5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk Diketahui

Plasenta yang tebalnya lebih dari 4 cm berisiko menyebabkan gangguan pada bayi

Mendengar nama plasenta spontan mengingatkan kita akan janin yang ada di dalam kandungan. Tanpa plasenta, janin yang di dalam kandungan tidak dapat hidup. Gangguan yang terjadi pada plasenta dapat berakibat fatal bagi keselamatan bayi dan ibu.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa plasenta sangat penting di dalam proses terbentuknya embrio hingga menjadi manusia. Tetapi pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana plasenta ini bisa terbentuk? Lalu adakah faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi kesehatan plasenta? Simak ulasannya di bawah ini.

Baca Juga: Insufisiensi Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

1. Bagaimana plasenta terbentuk?

5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk Diketahuiilustrasi terbentuknya embrio (freepik.com/brgfx)

Merangkum dari laman Cleveland Clinic, plasenta mulai terbentuk kira-kira 7 hingga 10 hari setelah konsepsi. Tepatnya setelah telur yang sudah dibuahi menempel pada dinding rahim.

Awalnya plasenta hanya terdiri dari beberapa sel namun kemudian tumbuh panjang menjadi beberapa centimeter. Seperti yang disebutkan di Continuing Education in Anaesthesia Critical Care and Pain tahun 2015, berat plasenta menjelang kelahiran dapat mencapai 500 gram dengan diameter 15-20 cm dan ketebalan 2-3 cm. 

2. Plasenta terbuat dari apa sih?

5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk Diketahuiilustrasi plasenta (unsplash.com/João Paulo de Souza Oliveira)

Dilansir dari laporan ilmiah berjudul "Embryology, Placenta" di StatPearls,  untuk membentuk sebuah plasenta diperlukan beberapa sel/lapisan atau jaringan, contohnya seperti: chorion, amnion, dan umbilical cords (tali pusar). Chorion atau korion terdiri dari 2 lapisan yang mengelilingi villi. Dua lapisan tersebut yaitu lapisan luar yang berhubungan dengan darah ibu dan lapisan dalam inner cytotrophoblast.

Villi atau chorionic villi mengandung materi genetik yang sama dengan janin. Apabila dokter akan melakukan tes penyakit genetik yang bernama chorionic virus sampling, maka sel dari bagian inilah yang diambil untuk diperiksa di laboratorium. 

Amnion adalah lapisan tipis yang menyelimuti janin di dalam kandungan. Lapisan ini berada setelah korion. Di dalam amnion terdapat air ketuban (amniotic fluid). Laman American Family Physician menyebutkan bahwa pada plasenta yang sehat atau normal memiliki tali pusar yang panjangnya kurang lebih 55 hingga 60 cm, memiliki senyawa menyerupai gel yang sering disebut wharton's jelly, dan tidak ada trombosis. Fungsi dari wharton's jelly adalah untuk melindungi tali pusar.

Baca Juga: 5 Fakta Penyakit Jantung pada Perempuan yang Wajib Diketahui

3. Fungsi plasenta bagi kesehatan janin

5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk DiketahuiIlustrasi janin di dalam amnion (pixabay.com/Weslleycs97)

Berikut adalah fungsi plasenta bagi janin yang berada di dalam kandungan:

  • Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
  • Melindungi janin dari penyakit dan infeksi bakteri.
  • Membentuk hormon seperti progesterone, corticotropin-releasing hormone, the human chorionic gonadotropin, dan the human placental lactogen.
  • Membuat glycogen dan kolesterol dari glukosa ibu dan fatty acid. Glycogen disimpan untuk dijadikan sumber energi bagi janin, sementara kolesterol dipakai untuk membuat hormon yang tadi disebutkan di atas. 
  • Membantu pembentukan sistem imun bayi.

4. Ukuran ketebalan plasenta dapat memprediksi kesehatan janin dan ibu 

5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk Diketahuiilustrasi ibu hamil yang dirawat di rumah sakit (pixabay.com/Parentingupstream)

Dikutip dari American Physician Family, ukuran plasenta yang terlalu tipis dikaitkan dengan kesehatan bayi yang buruk dan ketidak mampuan untuk mencapai berat badan normal. Sebaliknya plasenta dengan ukuran ketebalan lebih dari 4 cm diasosiasikan dengan ibu yang memiliki diabetes melitus, intrauterine fetal infection, dan hidrop fetalis.

Intrauterine fetal infection mengakibatkan bayi lahir prematur. Sedangkan hidrop fetalis adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan pada organ tubuh bayi yang masih di dalam kandungan. Ukuran ketebalan plasenta dapat diketahui lewat tes ultrasound. 

5. Hal apa yang perlu diwaspadai agar plasenta tidak rusak

5 Fakta tentang Plasenta yang Wajib untuk Diketahuiilustrasi dokter sedang memeriksa tekanan darah pasien (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dikutip dari Mayo Clinic, ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi plasenta dan janin: 

  • Usia ibu. Calon ibu yang berusia diatas 40 tahun cenderung mengalami gangguan dengan plasenta. 
  • Air ketuban keluar sebelum waktunya.
  • Tekanan darah tinggi
  • Kehamilan kembar atau lebih.
  • Penyakit yang berkaitan dengan pembekuan darah.
  • Pernah melakukan operasi di area uterus. 
  • Di kehamilan yang sebelumnya pernah mengalami masalah dengan plasenta. 
  • Merokok dan mengonsumsi obat terlarang.
  • Pernah mengalami cedera atau trauma pada bagian perut.

Itulah informasi mengenai bagaimana plasenta terbentuk berikut dengan tanda fisik seperti ketebalan untuk mendeteksi kondisi janin. Seseorang yang pernah mengalami trauma pada bagian perut, memiliki tekanan darah tinggi, atau pernah melakukan operasi di area uterus harus lebih waspada dan berhati-hati. 

Baca Juga: 9 Hal yang Meningkatkan Risiko Solusio Plasenta, Bumil Harus Waspada!

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya