Gangguan Ovulasi adalah Penyebab Utama Infertilitas pada Perempuan

Seperti apa gejalanya?

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah hal yang tidak diinginkan setiap pasangan. Mereka pasti menginginkan keturunan yang diharapkan menjadi penerus. Sayangnya, sebagian orang tidak seberuntung itu.

Sebenarnya, infertilitas bisa dialami oleh laki-laki dan perempuan. Namun, kali ini yang dibahas dalam program Break Time with Manuka adalah "Deteksi Dini Gangguan Infertilitas pada Wanita" yang disiarkan langsung di Instagram @manukahealth.id pada Selasa (9/8/2022).

Pembicara yang didatangkan ialah dr. Shanty Olivia Jasirwan, SpOG-KFER, dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Check this out!

1. Perempuan dilahirkan dengan jutaan sel telur

Menurut dr. Olivia, perempuan sudah memiliki sel telur sejak masih di dalam kandungan. Puncaknya saat janin berusia 5 bulan, jumlah sel telurnya mencapai 6–7 juta. Namun, hanya tersisa 1–2 juta sel telur ketika lahir.

"Kemudian, pada saat pubertas makin berkurang lagi menjadi 300–400 ribu (sel telur). Lama-lama sel telur itu akan habis. Berbeda dengan laki-laki yang sel spermanya diproduksi terus setiap hari," terangnya.

Ketika ovulasi, seorang perempuan akan melepaskan sekitar 400-500 sel telur dari ovarium atau indung telurnya. Setelah diovulasikan, sel telur hanya bertahan 12–24 jam. Umurnya sangat pendek, berbeda dengan sel sperma yang bisa bertahan selama 3–5 hari.

2. Infertilitas dibagi menjadi primer dan sekunder

Dokter Olivia mendefinisikan infertilitas sebagai ketidakmampuan pasangan untuk memperoleh keturunan secara alami setelah berhubungan seks setidaknya satu tahun secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. Nama lainnya adalah gangguan kesuburan atau subfertilitas.

Menurutnya, infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer artinya pasangan tersebut belum pernah hamil sebelumnya. Sementara itu, infertilitas sekunder adalah ketika pasangan tersebut sudah punya anak, tetapi tidak hamil lagi meski rutin berhubungan seks tanpa kontrasepsi.

3. Beberapa faktor yang menyebabkan infertilitas

Gangguan Ovulasi adalah Penyebab Utama Infertilitas pada Perempuanilustrasi pasangan yang sedang bersedih (pexels.com/RODNAE Productions)

Infertilitas pada perempuan disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling sering adalah gangguan ovulasi atau gangguan pematangan telur. Biasanya ditandai dengan gangguan haid, seperti menstruasi tidak teratur.

"Sekitar 85 persen penyebab gangguan ovulasi adalah PCOS atau polycystic ovary syndrome. Itu adalah gangguan keseimbangan hormonal pada perempuan yang cukup sering terjadi. Ditandai dengan gangguan haid, hiperandrogen, pertumbuhan bulu atau rambut berlebih, sering jerawatan, dan sel telur yang kecil-kecil dan banyak," jelas dr. Olivia.

Faktor lainnya adalah endometriosis, saluran telur tersumbat atau membengkak, radang panggul, miom yang posisinya mengganggu tempat penempelan janin, serta idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

Baca Juga: 7 Perubahan yang Terjadi Ketika Masa Subur Wanita!

4. Infertilitas tidak hanya terjadi pada perempuan

Pasangan yang belum hamil walau sudah bertahun-tahun menikah, yang biasanya dituduh mandul adalah pihak perempuan. Padahal, infertilitas tidak pandang bulu, bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki.

Dikatakan oleh dr. Olivia, dari seluruh kasus infertilitas, 30 persen disebabkan oleh perempuan, 30 persen oleh laki-laki, 20 persen adalah faktor gabungan, dan 20 persen idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

5. Penggunaan obat-obatan tertentu bisa menyebabkan infertilitas

Gangguan Ovulasi adalah Penyebab Utama Infertilitas pada Perempuanilustrasi obat (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Dokter Olivia mengakui bahwa ada obat-obatan tertentu yang bisa mengganggu kesuburan. Misalnya obat psikiatri dan kemoterapi. Pasien disarankan berkonsultasi terlebih dahulu, apalagi yang belum punya anak dan ingin punya keturunan di masa depan.

"Zat kimia dalam beberapa obat-obatan memang bisa mengakibatkan gangguan kesuburan, apalagi kalau dikonsumsi jangka panjang. Menyebabkan cadangan telur, sistem endokrin, atau hormon reproduksi terganggu. Memang harus berhati-hati sekali kalau mengonsumsi obat, harus dengan petunjuk dokternya," tegasnya.

Baca Juga: Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosis

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya