Fakta Alergi Debu, Gejala Sering Kambuh saat Sedang di Rumah

Karpet di rumahmu bisa memicu gejala reaksi alergi

Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling nyaman. Namun, bagi orang dengan alergi debu (atau lengkapnya alergi tungau debu), rumah bisa menjadi pemicu gejala. Anehnya, gejala sering kali memburuk selama atau segera setelah menyedot debu, menyapu, dan membersihkan debu. Proses pembersihan bisa membuat partikel debu lebih mudah terhirup.

Orang dengan alergi tungau debu sering kali paling menderita di dalam rumah mereka atau di rumah orang lain. Tungau debu adalah organisme kecil yang hampir tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mereka memakan debu rumah dan kelembapan di udara. Mereka adalah salah satu alergen dalam ruangan yang paling umum, dan gejalanya dapat muncul sepanjang tahun. Selain rinitis alergi, alergi tungau debu juga bisa memicu asma dan menyebabkan eksem kambuh.

1. Apa itu tungau debu?

Fakta Alergi Debu, Gejala Sering Kambuh saat Sedang di RumahTungau debu Dermatophagoides pteronyssinus. (flickr.com/Gilles San Martin)

Tungau debu hanya berukuran sekitar seperempat hingga sepertiga milimeter. Mereka terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Di bawah mikroskop, mereke terlihat seperti serangga berwarna putih. Mereka mempunyai delapan kaki. Jadi, mereka bukan serangga, melainkan atropoda, seperti laba-laba.

Menurut Asthma and Allergy Foundation of America, tungau debu tumbuh subur pada suhu 20 hingga 25 derajat Celcius. Mereka juga menyukai tingkat kelembapan 70 hingga 80 persen. Setidaknya ada 13 spesies tungau. Semuanya beradaptasi dengan baik dengan lingkungan di dalam rumah.

Mereka makan terutama dari serpihan kecil kulit manusia yang dikeluarkan manusia setiap hari. Serpihan ini masuk jauh ke dalam lapisan dalam furnitur, karpet, tempat tidur, bahkan boneka mainan. Di sinilah tempat tungau berkembang biak. Rata-rata orang dewasa bisa mengalami kerontokan kulit hingga 1,5 gram dalam sehari. Jumlah ini cukup untuk memberi makan satu juta tungau debu!

2. Penyebab dan faktor risiko

Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sesuatu seperti serbuk sari atau, dalam hal ini, tungau debu. Ketika sistem kekebalan melihat sesuatu sebagai hal yang berbahaya, ini menyebabkan peradangan. Ini sebabnya muncul gejala seperti bersin dan hidung meler, mirip dengan gejala pilek. Jika gejalanya menjadi sangat parah atau berlangsung lama, ini bisa menyebabkan asma.

Kamu lebih mungkin mengalami alergi debu apabila:

  • Memiliki riwayat alergi tungau debu atau alergi lainnya dalam keluarga.
  • Terpapar banyak debu dan tungau debu.
  • Anak kecil atau dewasa muda.

Baca Juga: Awas! 15 Hal Ini Bisa Bikin Rinitis Alergi Memburuk

3. Pemicu

Fakta Alergi Debu, Gejala Sering Kambuh saat Sedang di Rumahilustrasi menyedot debu karpet (pexels.com/cottonbro studio)
  • Tungau debu

Tungau debu, atau kadang disebut tungau tempat tidur, adalah penyebab paling umum dari alergi debu rumah. Tungau debu hidup dan berkembang biak dengan mudah di tempat yang hangat dan lembap, tumbuh subur pada suhu 20 hingga 25 derajat Celcius dan menyukai tingkat kelembapan 70 hingga 80 persen. Mereka mati ketika kelembapan turun di bawah 50 persen. Mereka biasanya tidak ditemukan di daerah beriklim kering.

Partikel tungau debu sering ditemukan di bantal, kasur, karpet, dan furnitur berlapis kain. Mereka melayang ke udara ketika kamu menyedot debu, berjalan di atas karpet, atau membersihkan seprai ataus selimut dan mereka menetap setelah gangguan tersebut selesai.

Tungau debu merupakan penyebab umum asma pada anak-anak.

Rumah tidak perlu terlihat kotor untuk memicu reaksi alergi tungau debu. Partikelnya terlalu kecil untuk dilihat dan sering kali tidak dapat dihilangkan menggunakan prosedur pembersihan normal. Faktanya, pembersihan yang berlebihan dapat memperburuk gejala orang dengan alergi.

  • Kecoak

Kecoak hidup di semua jenis bangunan dan lingkungan. Beberapa orang mengalami gejala alergi saat berada di sekitar kecoa. Partikel kecil dari kecoak adalah komponen umum dari debu rumah tangga dan mungkin merupakan penyebab sebenarnya dari alergi debu.

  • Kapang

Kapang (mold) adalah jamur yang menghasilkan spora yang melayang di udara. Ketika orang dengan alergi kapang menghirup spora, mereka mengalami gejala alergi. Ada banyak jenis kapang. Ada yang terlihat, ada yang tidak.

Kapang hidup di mana-mana—di batang kayu dan daun-daun berguguran, serta di tempat lembap seperti kamar mandi dan dapur. Partikel kecil kapang dan spora adalah komponen umum dari debu rumah tangga dan mungkin merupakan penyebab sebenarnya dari alergi debu.

  • Serbuk sari

Serbuk sari berasal dari pohon, rumput, bunga, dan rumput liar. Orang bisa alergi terhadap berbagai jenis serbuk sari. Misalnya, beberapa orang alergi terhadap serbuk sari yang hanya berasal dari pohon beech; yang lainnya alergi terhadap serbuk sari yang hanya berasal dari jenis rumput tertentu. Serbuk sari adalah komponen umum dari debu rumah tangga dan mungkin merupakan penyebab sebenarnya dari alergi debu.

  • Bulu binatang

Hewan peliharaan dapat menimbulkan masalah bagi orang dengan alergi dalam beberapa cara. Dander (serpihan kulit), air liur, dan urine dapat menyebabkan reaksi alergi, terutama bila dikombinasikan dengan debu rumah tangga.

Di rumah yang memiliki burung, bulu burung dan kotoran burung juga dapat menempel pada debu rumah tangga dan menimbulkan masalah bagi orang yang alergi terhadapnya.

4. Gejala alergi debu

Apakah kamu alergi terhadap tungau debu, debu, atau bulu hewan peliharaan, gejalanya serupa dan tingkat keparahannya bervariasi.

Gejala alergi debu dan tungau debu mirip gejala pilek. Catat berapa lama gejalanya berlangsung. Jika berlangsung lebih dari 10 hari, kemungkinan besar itu alergi.

Menurut Allergy & Asthma Network gejalanya antara lain:

  • Hidung meler.
  • Bersin.
  • Hidung tersumbat.
  • Mata merah, gatal, dan berair.
  • Rasa gatal di langit-langit mulut atau tenggorokan.
  • Batuk.
  • Postnasal drip.
  • Lingkaran hitam di bawah mata dan bengkak.
  • Tekanan atau nyeri di wajah (tekanan sinus).
  • Sulit tidur.

Dalam kasus yang jarang terjadi, ruam alergi debu mungkin muncul, menyebabkan kemerahan, gatal, atau gatal-gatal. Alergi kulit tungau debu dapat membuat gejala eksem kambuh.

5. Diagnosis

Fakta Alergi Debu, Gejala Sering Kambuh saat Sedang di Rumahilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/pressfoto)

Dilansir WebMD, apabila alergi debu dicurigai, dokter akan:

  • Menanyakan tentang gejala dan paparan debu.
  • Memeriksa bagian dalam hidung untuk melihat apakah hidungnya bengkak atau pucat dan kebiruan.
  • Melakukan tes alergi pada kulit. Dokter akan menusuk kulit dengan jarum kecil yang mengandung ekstrak tungau debu. Jika kamu alergi, kulit akan terasa gatal dan merah.
  • Melakukan tes darah untuk mencari antibodi tertentu. Hal ini lebih sering terjadi jika kamu tidak bisa melakukan tes kulit atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.

6. Pengobatan

Diterangkan dalam laman American College of Allergy, Asthma & Immunology, setelah alergi debu teridentifikasi, ahli alergi akan merekomendasikan satu atau lebih perawatan berikut ini:

  • Obat-obatan.
  • Suntikan alergi (imunoterapi subkutan).
  • Tablet (imunoterapi oral).
  • Perubahan rutinitas dalam rumah.

Mengelola alergi debu

Untuk mengatasi alergi debu, sebaiknya hindari hal-hal yang paling mungkin menyebabkan reaksi alergi. Berikut beberapa langkah sederhana untuk mengurangi paparan debu dalam ruangan:

  • Pilih lantai kayu dibandingkan karpet jika memungkinkan, terutama di kamar tidur.
  • Bersihkan rumah secara teratur, menggunakan penyedot debu sentral atau penyedot debu dengan filter HEPA. Pakai masker filter N95 saat membersihkan debu, menyapu, atau menyedot debu. (Diperlukan waktu lebih dari dua jam agar debu mengendap setelah pembersihan menyeluruh—jadi, jika memungkinkan, bersihkan saat orang dengan alergi tidak ada, dan hindari membersihkan kamar tidur orang yang alergi pada malam hari.)
  • Gunakan seprai dan sarung “anti tungau” pada kasur dan bantal. Cuci semua seprai secara rutin dengan air panas.
  • Biarkan pembersih udara HEPA tetap menyala di kamar tidur orang dengan alergi.
  • Jauhkan hewan peliharaan dari kamar tidur orang dengan alergi setiap saat.
  • Tutupi semua makanan yang tidak didinginkan; buang sisa makanan ke tempat sampah yang tertutup rapat.
  • Jika kecoak merupakan masalah yang diketahui, gunakan perangkap kecoak dan atur pembersihan rutin ke layanan pengendalian hama profesional.
  • Pasang filter media efisiensi tinggi dengan peringkat MERV 11 atau 12 di tungku dan unit AC. Biarkan kipas angin menyala untuk menciptakan filter udara “seluruh rumah” yang menghilangkan partikulat. Ganti filter setidaknya setiap tiga bulan (sesuai pergantian musim) untuk menjaga kebersihan udara sepanjang tahun. Periksa dan servis unit pemanas dan pendingin udara setiap enam bulan.
  • Biasakan menggunakan higrometer untuk mengukur kelembapan di rumah; jaga tingkat kelembapan di bawah 55 persen. Jika kamu tinggal di iklim lembap, penggunaan dehumidifier bisa membantu. Kamu bisa menggunakan kipas ventilasi untuk menghilangkan kelembapan di kamar mandi dan dapur. Memperbaiki semua kebocoran air juga akan membantu menghilangkan kelembapan.

Obat-obatan

Jika upaya-upaya untuk mengurangi paparan debu dalam ruangan tidak berhasil mengelola alergi debu, ahli alergi bisa merekomendasikan obat resep atau obat bebas.

Dekongestan dan antihistamin adalah obat alergi yang paling umum. Mereka membantu mengurangi gejala hidung tersumbat, hidung meler, bersin, dan gatal-gatal.

Obat lain bekerja dengan mencegah pelepasan bahan kimia yang menyebabkan reaksi alergi. Semprotan kortikosteroid efektif dalam mengobati peradangan di hidung. Suntikan alergi (imunoterapi) bekerja dengan meningkatkan toleransi seseorang terhadap pemicu alergi secara bertahap.

Imunoterapi oral, tablet yang dilarutkan di bawah lidah, juga bisa menjadi pilihan. Dosis pertama diberikan dengan pengawasan di klinik ahli alergi, dan kemudian dapat diminum di rumah setiap hari. Durasi pengobatan biasanya satu tahun.

Ahli alergi akan membantu menentukan obat mana yang terbaik buat kamu dan seberapa sering serta berapa banyak obat yang harus kamu gunakan.

7. Pencegahan

Fakta Alergi Debu, Gejala Sering Kambuh saat Sedang di Rumahilustrasi membersihkan kasur (pexels.com/cottonbro)

Tips dari Cleveland Clinic ini dapat membantu mengurangi paparan tungau debu di dalam rumah:

  • Gunakan penutup/seprai tempat tidur anti alergi: Penutup tempat tidur anti alergi yang ditenun rapat membantu mencegah tungau debu masuk dan menumpuk di bantal, kasur, dan pegas tempat tidur. Penutup plastik juga dapat membantu mencegah tungau debu di tempat tidur.
  • Cuci seprai dan sarung bantal/guling secara teratur: Cuci seminggu sekali dengan air panas, setidaknya 60 derajat Celcius). Setelahnya, masukkan ke dalam pengering pakaian dengan suhu terpanas setidaknya selama 30 menit. Jika tidak ada mesin cuci dan pengering, masukkan ke dalam kantong plastik dan tutup rapat. Simpan kantong tersebut di dalam freezer setidaknya selama 24 jam.
  • Kurangi kelembapan di rumah: Jaga kelembapan di rumah di bawah 50 persen untuk mencegah reproduksi tungau debu. AC dan dehumidifier dapat membantu menjaga kelembapan di rumah tetap rendah.
  • Menyaring udara di dalam rumah: Alergen tungau debu dapat dengan mudah masuk ke udara, terutama jika kamu menggunakan kipas angin. Gunakan filter udara HEPA untuk membantu menghilangkan alergen debu dari udara. Bersihkan filter udara secara teratur.
  • Vakum permadani, karpet, furnitur berlapis kain, dan permukaan lainnya secara teratur: Sebaiknya vakum setidaknya dua kali seminggu. Gunakan kantong vakum mikrofilter untuk membantu mencegah keluarnya alergen tungau debu. Jika memungkinkan, singkirkan permadani dan karpet dari rumah. Pertimbangkan untuk memakai masker saat menyedot debu.
  • Bersihkan permukaan keras secara teratur: Gunakan kain mikrofiber atau kain basah untuk menyeka permukaan agar alergen tungau debu tidak masuk ke udara.

Jika kamu punya alergi debu, paparan alergi secara terus-menerus akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Selain reaksi alergi, seringnya terpapar alergen di dalam ruangan juga dapat meningkatkan risiko terkena asma. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak.

Kabar baiknya, alergi debu bisa dikendalikan. Bekerja samalah dengan ahli alergi untuk menentukan praktik terbaik dan tindakan pengobatan sehingga kamu dapat mengelola gejala dengan baik.

Baca Juga: Kasus Alergi di Indonesia Paling Banyak Disebabkan oleh Tungau Debu

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya