Asal-usul Nama Virus Nipah, Menarik untuk Diketahui

Patogen yang memiliki potensi epidemi tinggi

Negara bagian Kerala di India selatan sedang berjuang melawan wabah Nipah. Ini merupakan infeksi virus yang berasal dari kelelawar, tetapi telah memicu banyak wabah pada manusia dalam beberapa dekade terakhir.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan Nipah sebagai salah satu patogen prioritasnya: patogen yang memiliki potensi epidemi tinggi, dan tindakan penanggulangannya tidak ada atau tidak memadai. Virus ini juga dianggap sebagai ancaman bioterorisme.

Di antara banyak hal tentang virus ini, kamu mungkin bertanya-tanya tentang asal-usul virus Nipah, mengapa dinamakan demikian. Tuntaskan rasa penasaranmu dengan membaca informasinya di bawah ini.

Nama virus Nipah berasal dari nama desa

Asal-usul Nama Virus Nipah, Menarik untuk Diketahuiilustrasi kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai host alamiah virus Nipah (flickr.com/ANDREA JANDA)

Virus Nipah pertama kali diidentifikasi dalam cairan serebrospinal seorang pasien di Sungai Nipah, sebuah desa di selatan Kuala Lumpur, Malaysia, pada Maret 1999.

Lebih lanjut, pengujian mengungkapkan bahwa ini adalah jenis paramyxovirus yang sebelumnya tidak diketahui, termasuk dalam keluarga yang sama dengan virus campak, gondok, RSV, dan Hendra. Virus ini akhirnya diberi nama virus Nipah, diambil dari nama desa tempat virus tersebut pertama kali diidentifikasi, dilansir GAVI. 

Virus ini kemudian dikaitkan dengan wabah penyakit mirip ensefalitis yang sedang berlangsung di berbagai wilayah di Malaysia dan di antara pekerja rumah potong hewan di negara tetangga, Singapura. Wabah ini dimulai pada bulan September 1998, dengan sekelompok kasus yang terkait dengan pekerja peternakan babi di Peninsular Malaysia, yang pada awalnya diduga menderita Japanese ensefalitis.

Gejala umumnya meliputi demam, sakit kepala, dan penurunan kesadaran, dan infeksi yang sering terjadi berakibat fatal. Total, 265 orang terinfeksi dan 105 orang meninggal selama wabah di Malaysia, dengan tingkat kematian sebesar 39,6 persen. Sebanyak 11 orang terinfeksi di Singapura, satu orang meninggal.

Wabah ini berakhir pada Mei 1999, setelah pembantaian sekitar satu juta babi dan larangan ekspor babi ke Singapura. Investigasi selanjutnya mengungkapkan inang utama virus ini adalah kelelawar buah. Babi awalnya diduga tertular karena kebun buah-buahan ditanam di dekat peternakan babi, dan cairan dari kelelawar yang bertengger di sana mencemari pakan dan air babi.

Baca Juga: Potensi Penyebaran Virus Nipah di Indonesia, Tetap Waspada

Wabah menjadi lebih umum dan berpotensi makin berbahaya

Asal-usul Nama Virus Nipah, Menarik untuk DiketahuiInvestigasi "dugaan wabah virus Nipah" di distrik Faridpur, Bangladesh. Foto ini diambil pada 29 Maret 2018. (flickr.com/TEPHINET Secretariat/Dr. Mohammad Gazi Shah Alam)

Sejak wabah awal tersebut, wabah lainnya telah terjadi di Bangladesh, India, dan Filipina. Bangladesh mengalami wabah penyakit ini hampir setiap tahun antara tahun 2001 dan 2013, yang sebagian besar disebabkan oleh kontak dengan kelelawar pemakan buah, terutama dari meminum getah kelapa sawit mentah yang terkontaminasi dengan urine atau air liur kelelawar. Beberapa penularan terbatas dari manusia ke manusia juga terjadi.

Sebelum wabah ini terjadi di India, total 634 kasus dan 376 kematian telah tercatat di seluruh dunia. Meskipun mengkhawatirkan, tetapi angka tersebut masih relatif kecil dalam skala global.

Walaupun jumlah kasus Nipah pada manusia belum cukup untuk menyatakan dengan pasti bahwa virus ini menjadi lebih mematikan, tetap tingkat kematian akibat wabah baru-baru ini di Bangladesh dan India lebih tinggi daripada yang dilaporkan di Malaysia dan Filipina (Frontiers in Microbiology, 2022).

Selain itu, angka kematian pada wabah pertama di Bangladesh pada tahun 2001 sebesar 69 persen, sedangkan pada wabah tahun 2013 sebesar 83 persen, sementara wabah di Kerala, India pada tahun 2018 menewaskan 17 dari 18 orang yang terinfeksi—tingkat kematian sebesar 94,4 persen.

Pengujian terhadap kelelawar mengungkapkan keberadaan setidaknya dua jenis virus Nipah, yang dikenal sebagai strain Malaysia (yang juga dikaitkan dengan wabah di Filipina) dan strain Bangladesh (yang terkait dengan wabah di Bangladesh dan India).

Infeksi strain Malaysia pada manusia tampaknya tidak terlalu parah, dengan kasus yang lebih subklinis (orang terinfeksi menunjukkan beberapa gejala yang jelas), dan tidak ada tanda-tanda penularan dari manusia ke manusia.

Sudah tahu, ya, asal-usul nama virus Nipah. Walapun hingga saat ini belum dilaporkan kasus konfirmasi penyakit virus Nipah pada manusia di Indonesia, tetapi beberapa penelitian atau publikasi telah menemukan adanya temuan virus Nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) pada beberapa negara, termasuk Indonesia.

Pencegahan terhadap virus Nipah utamanya melalui pengendalian faktor risiko dengan langkah-langkah di bawah ini:

  • Tidak mengonsumsi nira/aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi sadapan aren/nira pada malam hari. Oleh karenanya, perlu dimasak sebelum dikonsumsi.
  • Cuci dan kupas buah secara menyeluruh.
  • Buang buah yang tampak ada tanda gigitan kelelawar.
  • Hindari kontak dengan hewan ternak (seperti babi, kuda) yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Apabila terpaksa harus melakukan kontak, gunakan alat pelindung diri.
  • Bagi petugas pemotong hewan, sarung tangan dan pelindung diri harus digunakan sewaktu menyembelih atau memotong hewan yang terinfeksi virus Nipah. Hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi.
  • Konsumsi daging ternak dalam keadaan benar-benar matang.
  • Bagi tenaga kesehatan dan keluarga yang merawat serta petugas laboratorium yang mengelola spesimen pasien terinfeksi, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dengan benar.
  • Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti membersihkan tangan secara teratur dan praktikkan etika bersin yang baik.

Belum ada vaksin untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah. Untuk pencegahan, kita dapat menerapkan upaya pengendalian faktor risiko yang dipaparkan di atas. Sampai saat ini juga belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit akibat virus Nipah. Tujuan pengobatan adalah terapi suportif untuk meredakan gejala, seperti infeksi pernapasan dan komplikasi neurologis.

Baca Juga: Proses Diagnosis Seseorang Jika Terpapar Virus Nipah

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya