Lichen Sclerosus, Sebuah Kondisi Kulit Jangka Panjang

Biasanya muncul di area genital atau anus

Lichen sclerosus adalah kondisi kulit langka yang biasanya muncul di area genital atau anus. Namun, ini juga bisa memengaruhi lengan atas, dada, dan payudara.

Lichen sclerosus adalah kelainan kulit peradangan kronis yang paling sering menyerang wanita sebelum pubertas atau setelah menopause. Meski jarang, kondisi ini juga bisa dialami laki-laki. Pada laki-laki, penyakit ini disebut sebagai balanitis xerotica obliterans.

1. Penyebab

Dilansir Yale Medicine, penyebab lichen sclerosus tidak diketahui, meskipun penelitian telah menemukan kaitan dengan faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan terkait kekebalan.

Misalnya, beberapa bukti menunjukkan predisposisi genetik pada beberapa orang, yang kondisinya mungkin dipicu oleh cedera atau trauma pada area yang terkena.

Studi lain menunjukkan bahwa beberapa kasus lichen sclerosus mencerminkan kelainan autoimun, yang berarti bahwa sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang pada akhirnya mengarah pada perkembangan lesi kulit dan gejala lain dari kondisi tersebut.

Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa kadar hormon estrogen yang rendah dapat menjadi penyebab lichen sclerosus, walaupun hubungan antara estrogen dan penyakit ini belum sepenuhnya dipahami.

Menambahkan dari laman Cedars Sinai, seseorang lebih berisiko mengalami lichen sclerosus jika memiliki penyakit autoimun seperti:

  • Penyakit tiroid terkait autoimun.
  • Anemia terkait autoimun.
  • Vitiligo.
  • Diabetes tipe 1.
  • Alopecia areata.

Faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko meliputi:

  • Riwayat pelecehan seksual.
  • Riwayat lichen sclerosus dalam keluarga.

Sunat sangat menurunkan risiko lichen sclerosus pada pria.

2. Gejala

Lichen Sclerosus, Sebuah Kondisi Kulit Jangka PanjangLichen sclerosus (casereports.bmj.com/Uthayakumar AK, Kravvas G, Bunker/BMJ Case Reports CP 2022;15:e246216.)

Gejala lichen sclerosus dapat berkisar dari ringan hingga parah. Dalam kasus ringan, kamu mungkin tidak mengalami gejala apa pun.

Pada perempuan, gejala biasanya mengenai vulva, anus, dan perineum (area antara anus dan vulva). Kondisi ini juga dapat memengaruhi kulit di bagian tubuh lain, seperti leher, payudara, dada, punggung atas, pergelangan tangan, dan mulut, seperti dipaparkan dalam laman Cleveland Clinic.

Pada laki-laki yang tidak disunat, lichen sclerosus menyebabkan kulup penis menjadi iritasi dan gatal. Bukaan di bagian atas kulup bisa menjadi bekas luka dan menyempit, menyebabkan ereksi yang menyakitkan.

Gejalanya meliputi:

  • Gatal dan iritasi: Gatal dan ketidaknyamanan pada vulva dan vagina bisa parah. Bersepeda atau mengenakan pakaian ketat dapat memperburuk gejala. Selain gatal, sensasi terbakar juga bisa terjadi pada vulva.
  • Perubahan kulit: Bintik putih kecil mungkin muncul di alat kelamin. Saat bercak putih tumbuh, kulit menjadi putih, halus, berkilau, menipis, atau transparan. Terkadang area tersebut mungkin terlihat "berkerut". Perubahan ini biasanya memengaruhi kulit di sekitar vulva dan anus pada perempuan, membuat pola angka delapan menutupi area tersebut. Pada laki-laki, kulup penis terlihat putih dan mengilap.
  • Ulkus dan luka: Lepuh, retakan, dan luka genital dapat berkembang, terutama jika menggaruk area tersebut untuk menghilangkan rasa gatal. Kulit bisa memar, pecah-pecah, dan berdarah dengan sedikit sentuhan.
  • Jaringan parut: Lichen sclerosus yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar vulva, dan tudung klitoris mungkin terlihat rata sehingga anatomi terlihat berbeda. Mungkin ada bekas luka di anus atau penis. Jaringan parut dapat menyebabkan masalah buang air kecil atau buang air besar (sembelit), dan dapat menyebabkan seks yang menyakitkan (dispareunia).

Baca Juga: Lichen Planus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, Komplikasi

3. Diagnosis

Untuk diagnosis, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan gejala. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan. Ini akan mencakup pemeriksaan pada area yang terdampak.

Sering kali, ini itu sudah cukup untuk dokter mendiagnosis. Dalam beberapa kasus, kamu mungkin menjalani biopsi kulit. Untuk biopsi, sampel kulit kecil dikeluarkan dan diperiksa di laboratorium.

Dalam beberapa kasus, mungkin memerlukan tes lain. Ini untuk memastikan kamu tidak memiliki kondisi kesehatan lain. Ini mungkin termasuk lichen planus, kadar estrogen rendah, atau vitiligo.

Dokter mungkin juga menginginkan tes untuk memeriksa kondisi tertentu, seperti masalah tiroid autoimun. Area kulit juga dapat diperiksa untuk memastikan tidak ada infeksi.

4. Pengobatan

Lichen Sclerosus, Sebuah Kondisi Kulit Jangka Panjangilustrasi krim topikal (pexels.com/Mike Murray)

Meskipun tidak ada obat untuk lichen sclerosus, tetapi berbagai perawatan tersedia. Ini meliputi:

  • Steroid topikal: Ini biasanya merupakan pilihan pengobatan pertama untuk lichen sclerosus. Salep steroid topikal resep yang dioleskan ke kulit yang terkena dapat mengurangi peradangan dan gatal. Steroid topikal yang paling sering diresepkan adalah cobetasol propionate.
  • Calcineurin inhibitor topikal: Dengan menekan respons sistem kekebalan, krim dan salep ini dapat mengurangi peradangan kulit.
  • Retinoid topikal dan oral: Kelas obat yang berasal dari vitamin A yang disebut retinoid terkadang digunakan untuk mengobati lichen sclerosus.
  • Fototerapi: Paparan area kulit yang terkena sinar ultraviolet dengan panjang gelombang tertentu dapat mengurangi peradangan dan gatal.

Operasi mungkin direkomendasikan sebagai pengobatan untuk beberapa orang. Perawatan untuk pria yang tidak disunat dengan lichen sclerosus, misalnya, mungkin termasuk sunat. Operasi juga dapat bermanfaat bagi perempuan yang vulvanya terdapat jaringan parut.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Komplikasi serius dapat terjadi, tetapi ini jarang.

Jika lichen sclerosus memengaruhi alat kelamin, kamu mungkin lebih mungkin mengembangkan jenis kanker kulit yang disebut karsinoma sel skuamosa.

Perempuan yang memilikinya juga berisiko sedikit lebih tinggi terkena kanker vulva. Ini juga dapat menyebabkan perubahan pada penampilan alat kelamin.

Beberapa perempuan mungkin mengalami nyeri kronis atau berkelanjutan pada vulva atau penyempitan lubang vagina. Komplikasi ini dapat membuat seks menjadi sulit.

Kalau kamu menderita lichen sclerosus, jujurlah dengan dokter tentang gejala yang dialami. Juga, beri tahu dokter jika gejalanya memburuk atau kembali setelah perawatan.

Dengan pemeriksaan rutin, dokter dapat memantau kondisi, mengobati gejala, dan membantu mencegah terbentuknya jaringan parut dan masalah jangka panjang.

Karena orang dengan lichen sclerosus memiliki risiko lebih tinggi terkena karsinoma sel skuamosa, kamu harus sering menemui dokter untuk memeriksa tanda-tanda kanker kulit.

Baca Juga: Oral Lichen Planus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya