12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinya

Perhatikan gejala yang menyertai ruam pada bayi

Ada banyak kemungkinan penyebab ruam kulit pada bayi. Kadang, ruam terjadi tanpa gejala lain.

Pada satu waktu, ruam mungkin disebabkan oleh sebab yang jelas, seperti menggunakan sabun baru atau bersentuhan dengan bahan baru. Dalam waktu lain, orang tua atau pengasuh mungkin perlu menemui dokter untuk mengetahui apa yang menyebabkan ruam.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa penyebab ruam kulit pada bayi.

1. Cradle cap

Dilansir NI Direct, cradle cap atau dermatitis seboroik adalah tempat timbulnya bercak kekuningan, berminyak, dan bersisik di kulit kepala bayi.

Kadang, selain kulit kepala, wajah, telinga dan leher juga terdampak. Kondisi ini biasanya tidak gatal dan tidak mengganggu bayi. Ini adalah kondisi umum yang cenderung berkembang dalam dua atau tiga bulan setelah kelahiran, dan biasanya akan membaik tanpa pengobatan dalam beberapa minggu atau bulan.

Mencuci rambut dan kulit kepala bayi dengan lembut menggunakan sampo bayi dapat membantu mencegah timbulnya bercak lebih lanjut.

Jika bayi terlihat menggaruk atau kesal, bayi mungkin mengalami eksem.

2. Eksem

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi eksim pada bayi (commons.wikimedia.org/Gzzz)

American Academy of Dermatology Association (AAD) menunjukkan bahwa hingga 60 persen penderita eksem mengembangkannya pada tahun pertama kehidupannya, dan hingga 25 persen dari semua anak mengalami kondisi tersebut.

Eksem menyebabkan kulit merah dan kering yang biasanya terasa gatal dan kasar saat disentuh. Ini sering kali dimulai pada bayi kecil dengan ruam merah dan gatal di wajah, kulit kepala, dan tubuh. Seiring bertambahnya usia anak, biasanya eksem mulai berkembang di area lipatan kulit, seperti di belakang lutut atau di depan siku.

Eksem pada bayi di bawah 6 bulan kadang dikaitkan dengan alergi susu dan telur. 

Meskipun tidak ada obat untuk eksem, tetapi orang tua atau pengasuh dapat membantu mengurangi gejalanya dengan perawatan yang tepat, seperti mencuci, melembapkan, dan mengurangi paparan terhadap pemicunya. Krim dan salep tertentu sering kali dapat meredakan gejalanya.

3. Ruam popok

Ruam popok pada bayi adalah kelainan kulit berupa iritasi yang terjadi pada area kulit yang tertutup oleh popok. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ruam popok merupakan penyebab kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi, terutama usia 9–12 bulan. Sekitar 7–35 persen bayi mengalami ruam popok.

Ruam popok adalah ruam merah, terkadang disertai benjolan, yang dapat timbul di area popok bayi. Daerah yang terkena bisa meliputi perut bagian bawah, pantat, alat kelamin, dan lipatan paha.

Ruam popok bisa dipicu oleh popok basah atau kotor yang dibiarkan terlalu lama, atau popok terlalu kecil untuk bayi. Ruam ini juga bisa merupakan reaksi terhadap sesuatu pada produk baru, misalnya detergen untuk mencuci popok kain bayi, atau popok atau tisu merek baru.

Memperkenalkan makanan baru ke dalam makanan bayi juga bisa menjadi penyebab potensial karena apa yang ada dalam tinja bayi dan peningkatan frekuensi buang air besar bisa menyebabkan iritasi.

Infeksi bakteri dan jamur juga dapat menyebabkan ruam popok.

Ruam popok biasanya hilang dalam tiga hingga empat hari jika penyebab ruamnya teratasi. Untuk mencegah atau mengatasinya, ganti popok yang basah atau kotor sesegera mungkin. Bersihkan area popok bayi dengan tisu atau waslap dan air, dan biarkan pantat bayi terkena udara bila memungkinkan.

Kamu juga bisa menggunakan krim anti ruam popok untuk melindungi dari kelembapan. Hubungi dokter anak jika ruam disertai demam, atau jika ruam tak kunjung membaik setelah beberapa hari mencoba metode pengobatan yang disebutkan di atas, atau jika ruam terlihat sangat parah.

4. Jerawat neonatal

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi jerawat bayi (acne.org)

Ya, bayi juga bisa berjerawat. Jerawat bayi adalah jerawat yang terkadang muncul di pipi, hidung, dan dahi bayi dalam waktu satu bulan setelah kelahirannya. 

Menurut AAD, jerawat memengaruhi sekitar 20 persen bayi baru lahir. Orang tua atau pengasuh mungkin pertama kali menyadari hal ini ketika bayi berusia sekitar 2 minggu, tetapi ini bisa berkembang kapan pun sebelum usia 6 minggu.

Jerawat bayi cenderung bertambah parah sebelum hilang sepenuhnya setelah beberapa minggu atau bulan.

Mencuci muka bayi dengan air dan pelembap ringan dapat memperbaiki penampilan kulitnya. Hindari obat jerawat yang ditujukan untuk anak-anak dan orang dewasa.

Jerawat atau komedo yang muncul setelah usia tiga bulan (jerawat infantil) cenderung lebih parah. Sering kali kondisi ini memerlukan perawatan medis.

5. Impetigo

Impetigo adalah infeksi bakteri yang sangat menular pada lapisan permukaan kulit. Ini menyebabkan luka dan lepuhan.

Impetigo merupakan ruam merah bulat yang biasanya muncul di hidung, mulut, dan telinga. Impetigo menular selama masih terdapat ruam, yang terkadang melepuh dan akhirnya mengeras. Selama masa ini, bayi harus menghindari kontak dengan anak-anak lain, dan kamu sebaiknya menghindari menyentuh ruam untuk membantu mencegah penyebaran infeksi.

Impetigo dapat disebabkan oleh bakteri stafilokokus atau streptokokus. Bakteri dapat masuk ke kulit melalui luka atau gigitan serangga, tetapi kadang infeksi bisa terjadi pada kulit yang sehat.

Bayi akan memerlukan antibiotik dan dokter akan memesan tes untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi, yang membantu menentukan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Cara Mengobati Ruam Cacar Monyet, Jangan Digaruk!

6. Penyakit kelima

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi ruam pada kulit bayi akibat penyakit kelima atau erythema infectiosum (picryl.com/Wikimedia Commons)

Penyakit kelima (fifth disease) adalah penyebab umum ruam dan demam pada anak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus parvovirus B19 bertanggung jawab atas kondisi ini. Dokter terkadang menyebutnya erythema infectiosum.

Kelima penyakit ini sering muncul sebagai ruam merah di pipi, namun bisa juga muncul di bagian tubuh lain.

Selain ruam, dilansir Medical News Today, bayi juga mungkin mengalami hidung meler, demam, dan sakit kepala.

Penyakit kelima disebabkan oleh virus, sehingga tidak dapat diobati dengan antibiotik. Dalam kebanyakan kasus, penyakit ini merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak perlu obat.

Biasanya anak akan merasa baik-baik saja dan hanya perlu istirahat. Setelah demam dan gejala pilek ringan hilang, hanya sedikit yang bisa diobati kecuali rasa tidak nyaman akibat ruam.

Menurut laman KidsHealth, jika ruam pada anak terasa gatal, mintalah saran dokter untuk mengurangi rasa tidak nyamannya. Dokter mungkin merekomendasikan asetaminofen untuk demam atau nyeri sendi. Jangan berikan aspirin kepada anak karena aspirin dikaitkan dengan sindrom Reye jika diberikan kepada anak yang menderita infeksi virus.

7. Hand, foot, and mouth disease

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan kaki mulut adalah penyakit virus yang ringan namun sangat menular. Penyakit ini menyebabkan ruam pada telapak tangan dan telapak kaki serta lepuhan di mulut.

Penyakit ini umum terjadi di tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak. Anak mungkin merasa tidak enak badan dan mengalami demam serta lepuhan di tangan dan kaki, di mulut, dan di area popok.

Penyakit ini biasanya berlangsung sekitar 7 sampai 10 hari. Anak dengan HFMD harus menjauhi tempat penitipan anak atau sekolah sampai semua lepuhnya mengering.

Pengobatan biasanya tidak diperlukan karena sistem kekebalan bayi biasanya dapat membersihkan virus. Gejalanya hilang setelah sekitar tujuh hingga 10 hari. Jika kamu khawatir, temui dokter anak.

8. Urtikaria

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi urtikaria atau biduran pada anak (commons.wikimedia.org/Gzzz)

Urtikaria atau biduran adalah ruam yang menonjol, merah, dan gatal. Ini biasa terjadi di dada, perut dan punggung, serta tenggorokan dan anggota badan, tetapi bisa muncul di bagian tubuh mana pun, mengutip dari Pregnancy, Birth and Baby.

Biduran biasanya hilang dalam beberapa hari tanpa pengobatan apa pun. Antihistamin dapat diberikan untuk meredakan rasa gatal. Jika ruam tidak kunjung hilang, sebaiknya temui dokter.

Biduran biasanya tidak serius, tetapi bisa menjadi tanda reaksi alergi yang lebih serius (anafilaksis). Jika anak mengalami gatal-gatal setelah makan, atau disertai gejala lain seperti muntah, pusing, atau kesulitan bernapas, segera cari pertolongan medis.

9. Miliaria

Menurut IDAI, miliaria merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Kondisi ini ditandai bintil-bintil kecil berwarna merah yang kadang-kadang berisi air, disertai atau tidak kulit yang tampak kemerahan.

Pada bayi sering disertai gejala rewel bahkan mengganggu tidurnya. Pada anak yang lebih besar, mereka akan sering menggaruk bagian-bagian yang terkena miliaria, hal ini disebabkan karena rasa gatal.

Juga dikenal sebagai ruam panas atau biang keringat, miliaria biasanya terjadi di daerah beriklim panas dan lembap, atau jika bayi kepanasan karena berpakaian berlebihan. Ini menandakan kelenjar keringat bayi tersumbat.

Bayi mungkin mengalami benjolan kecil berwarna merah atau lepuhan di kulitnya, tetapi ini biasanya akan segera hilang tanpa pengobatan dalam beberapa hari.

10. Cacar air

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi ruam cacar air pada bayi (commons.wikimedia.org/Øyvind Holmstad)

Cacar air muncul sebagai ruam bayi di tubuh. Sebelum vaksin cacar air—atau varicella—tersedia pada tahun 1995, hampir setiap anak terkena cacar air sebelum usia 9 tahun, menurut American Academy of Pediatrics.

Saat ini, sangat jarang bayi terkena cacar air berkat adanya vaksin. Ini adalah infeksi virus yang sangat menular yang disebabkan oleh virus varicella zoster, jadi hindari kontak dengan orang yang terinfeksi untuk menjaga keselamatan bayi.

Gejala cacar air antara lain:

  • Benjolan dan lepuhan merah, dimulai dari punggung, perut atau wajah dan menyebar ke seluruh tubuh bayi. Lepuh sering kali berada dalam tahap penyembuhan yang berbeda-beda, sehingga ada yang tampak seperti benjolan berwarna merah muda, ada yang tampak seperti benjolan berkeropeng, dan ada pula yang tampak seperti lepuh.
  • Ruam akibat cacar air terkenal karena rasa gatalnya yang hebat.
  • Demam 38 hingga 39 derajat Celcius.

Dokter menyarankan untuk memandikan bayi setiap hari dan menjaga kuku bayi tetap pendek agar tidak menggaruk dan menusuk kulitnya, yang dapat menyebabkan infeksi sekunder.

Biasanya, pengobatan cacar air adalah dengan menunggu hingga sembuh—dapat berlangsung selama lima hingga tujuh hari—tetapi dalam kasus yang parah (jarang terjadi), obat antivirus mungkin akan diresepkan.

Untuk mencegah cacar air, bayi direkomendasikan untuk mendapatkan dosis pertama vaksin pada usia 12 dan 15 bulan, diikuti dengan dosis kedua pada usia 4 hingga 6 tahun, dilansir The Bump.

11. Meningitis

Meningitis adalah infeksi pada selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).

Ruam klasik yang berhubungan dengan meningitis biasanya tampak seperti tusukan peniti kecil berwarna merah pada awalnya, kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh dan berubah menjadi bercak merah atau ungu. Itu adalah ruam bercak yang tidak memudar ketika gelas kaca ditekan di atas kulit yang terdapat ruam (ini tidak selalu berkembang), dilansir NI Direct.

Gejala lainnya dapat meliputi:

  • Sensitivitas terhadap cahaya.
  • Leher bayi kaku.
  • Guncangan yang tak terkendali.
  • Tangan dan kaki bayi terasa sangat dingin.
  • Bayi tampak kebingungan.
  • Demam.

Cari perawatan medis darurat jika bayi memiliki gejala meningitis. Perawatan yang tepat waktu dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

12. Ruam air liur

12 Penyebab Ruam Kulit pada Bayi dan Cara Mengatasinyailustrasi air liur bayi (pexels.com/RDNE Stock project)

Kehadiran air liur yang terus-menerus di dagu dan leher bayi bisa berubah menjadi ruam air liur (drool rash). Ini mungkin merupakan efek samping umum dari tumbuh gigi, tetapi banyak bayi yang ngiler meski belum tumbuh gigi baru.

Ruam air liur bisa muncul di sekitar mulut dan pipi, lipatan leher, dan di dada bayi akibat terlalu banyak air liur sehingga menyebabkan kulit basah, mengutip dari Healthline.

Ruam air liur biasanya muncul sebagai bercak datar atau sedikit menonjol dengan benjolan merah kecil. Ruam juga bisa terlihat pecah-pecah.

Walaupun kemungkinan besar ini disebabkan oleh air liur, tetapi bayi mungkin mengalami ruam air liur jika ia menggunakan dot yang membuat kulit di sekitar mulutnya tetap basah, atau jika ada olesan makanan yang tertinggal di wajahnya terlalu lama.

Kamu bisa membantu menghilangkan ruam dengan mengoleskan krim pelindung seperti petroleum jelly ke area kulit yang terkena. Lanjutkan menyeka air liur dengan celemek atau tisu bersih.

Menjaga kulit bebas dari air liur adalah strategi pengobatan rumahan yang paling efektif untuk ruam air liur. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan celemek penyerap dan sering menggantinya serta melapisi kulit dengan petroleum jelly.

Jika ruam air liur bayi tidak merespons pengobatan di rumah, dokter anak mungkin meresepkan krim atau salep.

Ruam pada bayi dapat menyebabkan ketidaknyamanan tetapi biasanya akan hilang dengan perawatan rumahan. Namun, orang tua atau pengasuh sebaiknya mencari pertolongan medis jika bayi mengalami gejala lain, seperti demam, kurang nafsu makan, atau leher kaku.

Perawatan akan bervariasi berdasarkan kondisi yang mendasarinya. Kalau kamu tidak yakin tentang penyebab ruam kulit pada bayi atau pengobatan yang tepat, berkonsultasilah dengan dokter.

Baca Juga: Perbedaan Gejala Campak dan Alergi, Sama-sama Ada Ruam

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya