Tes Kepadatan Tulang: Persiapan, Prosedur, Hasil, Risiko

Untuk mendiagnosis osteoporosis dan patah tulang

Tes kepadatan tulang adalah prosedur medis yang digunakan untuk menentukan kepadatan atau kekuatan tulang. Ini dapat mengidentifikasi osteoporosis (ketika tulang menjadi kurang padat, kehilangan kekuatan, dan lebih mudah patah karena kehilangan kalsium) atau osteopenia, bentuk pengeroposan tulang yang lebih ringan.

Ada berbagai prosedur medis berbeda yang dapat mengukur kepadatan tulang. Sebagian besar prosedur ini cepat dan tidak sakit. Dual-energy X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA), yang menggunakan mesin pemindai sinar-X khusus untuk mengukur kepadatan tulang, adalah teknik yang paling populer karena cepat dan akurat. Tes kepadatan tulang juga dikenal sebagai pengukuran massa tulang.

1. Kapan tes kepadatan tulang diperlukan?

Siapa pun bisa terkena osteoporosis. Ini lebih umum dialami perempuan yang lebih tua, tetapi laki-laki juga bisa mengalaminya. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

Diskusikan dengan dokter apakah kamu memerlukan tes kepadatan tulang. Dilansir WebMD, dokter mungkin merekomendasikannya jika kamu memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:

  • Perempuan berusia 65 tahun atau lebih.
  • Perempuan pascamenopause berusia 50 tahun atau lebih.
  • Perempuan usia menopause dan memiliki peluang tinggi untuk patah tulang.
  • Perempuan yang telah mengalami menopause, lebih muda dari 65 tahun, dan memiliki hal-hal lain yang menempatkan risiko lebih tinggi terkena osteoporosis.
  • Laki-laki berusia 50 tahun atau lebih dengan faktor risiko lain.
    Mengalami patah tulang setelah usia 50 tahun.
  • Telah kehilangan lebih dari 3,81 sentimeter (cm) dari tinggi dewasa.
  • Postur menjadi lebih membungkuk.
  • Mengalami sakit punggung tanpa sebab apa pun.
  • Haid telah berhenti atau tidak teratur meskipun tidak hamil atau menopause.
  • Menjalani transplantasi organ.
  • Mengalami penurunan kadar hormon.

Beberapa jenis obat resep dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Ini termasuk glukokortikoid, kelas obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan. Beri tahu dokter jika kamu menggunakan kortison, deksametason, atau prednison.

Selain itu, dikutip dari laman Cleveland Clinic, dokter juga dapat melakukan pemindaian DEXA untuk:

  • Melacak perubahan kesehatan tulang dari waktu ke waktu.
  • Memantau respons terhadap pengobatan, seperti obat osteoporosis.
  • Evaluasi komposisi tubuh, seperti berapa banyak lemak dan massa otot yang dimiliki tubuh (dan di mana).

2. Persiapan

Tes Kepadatan Tulang: Persiapan, Prosedur, Hasil, Risikoilustrasi tes kepadatan tulang (sjchs.org)

Kebanyakan orang tidak perlu mengubah rutinitas harian sebelum menjalani tes. Makan, minum, dan minum obat apa pun seperti biasa, kecuali ada instruksi berbeda dari dokter.

Kamu mungkin akan diminta untuk mengisi kuesioner tentang kesehatan saat ini, riwayat patah tulang dalam keluarga, riwayat merokok, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Sebelum tes, lakukan ini:

  • Berhenti mengonsumsi suplemen kalsium 24 jam sebelum tes. Ini termasuk multivitamin serta antasida.
  • Kenakan pakaian longgar tanpa logam dan nyaman. Hindari pakaian yang memiliki logam (ritsleting, kancing, atau gesper). Celana olahraga dan atasan kasual bisa menjadi pilihan yang baik.
  • Beri tahu dokter jika ada kemungkinan hamil. Pemindaian DEXA menggunakan radiasi tingkat rendah. Pakar medis merekomendasikan untuk menghindari semua paparan radiasi selama kehamilan untuk melindungi janin.

Baca Juga: Hitung Darah Lengkap: Tujuan, Kapan Diperlukan, Hasil

3. Prosedur

Dirangkum dari laman Better Health Channel, dalam kebanyakan kasus, kamu akan diminta untuk ganti pakaian dan mengenakan gaun rumah sakit dan melepas semua perhiasan. Ada beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang, antara lain:

  • DEXA: Berkas sinar-X dengan energi berbeda digunakan untuk mendeteksi kepadatan tulang dan jaringan lunak secara terpisah. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang pada tulang belakang, pinggul, lengan bawah, dan seluruh tubuh. Ini adalah salah satu metode yang paling umum untuk menentukan kepadatan tulang karena cepat dan sangat akurat.
  • Single energy X-ray absorptiometry: Sinar-X tunggal digunakan untuk mengukur kepadatan tulang di tempat-tempat periferal seperti lengan bawah dan tumit. Dalam teknik ini, area yang akan diuji dibungkus dengan zat seperti tisu atau direndam dalam air untuk meningkatkan kualitas hasil.
  • Ultrasound: Pengukuran yang dilakukan selama ultrasound dapat memberikan data tentang integritas struktural tulang. Perangkat ultrasound baru seperti ultrasound kuantitatif (QUS) dapat memperkirakan kepadatan tulang tumit dalam beberapa menit, memberikan hasil cetak otomatis.

Prosedurnya kurang lebih akan berjalan seperti ini:

  • Kamu akan diminta untuk berbaring di meja rontgen DEXA. Teknisi akan membantu memosisikan kamu dengan benar dan menggunakan perangkat pemosisian seperti balok busa untuk membantu mempertahankan posisi yang diinginkan.
  • Saat lengan mesin DEXA melewati tubuh, dua sinar-X berbeda akan digunakan. Sinar menggunakan radiasi yang sangat sedikit untuk menjaga tes lebih aman, dan membantu membedakan tulang dari jaringan lain.
  • Alat pemindai akan menerjemahkan data pengukuran kepadatan tulang ke dalam gambar dan grafik. Tulang paling mudah terlihat dalam warna putih, sedangkan jaringan lemak dan otot terlihat seperti bayangan.
  • Hasil ini kemudian ditinjau dan ditafsirkan oleh ahli radiologi atau dokter lain yang terlatih dalam interpretasi DEXA.
  • Dokter akan dikirimkan salinan laporan tertulis untuk didiskusikan dengan kamu dan mempertimbangkan perawatan apa yang paling tepat.

Kebanyakan pemindaian kepadatan tulang memakan waktu sekitar 30 menit atau lebih dan setelahnya kamu bisa langsung pulang. Kamu harus membuat janji tindak lanjut dengan dokter untuk mendiskusikan hasil.

4. Hasil

Tes Kepadatan Tulang: Persiapan, Prosedur, Hasil, Risikoilustrasi osteoporosis (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Tes kepadatan tulang menentukan kepadatan mineral tulang. Kepadatan mineral tulang dibandingkan dengan dua norma—dewasa muda yang sehat (skor T) dan orang dewasa dengan usia yang sama (skor Z), dilansir Johns Hopkins Medicine.

Pertama, hasil kepadatan mineral tulang dibandingkan dengan hasil kepadatan mineral tulang dari orang dewasa sehat berusia 25 hingga 35 tahun dari jenis kelamin dan etnis yang sama.

Standar deviasi (SD) adalah perbedaan antara kepadatan mineral tulang dan orang dewasa muda yang sehat. Hasil ini adalah skor T kamu. Skor T positif menunjukkan tulang lebih kuat dari biasanya; skor T negatif menunjukkan tulang lebih lemah dari biasanya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, osteoporosis didefinisikan berdasarkan tingkat kepadatan tulang berikut:

  • Skor T dalam 1 SD (+1 atau -1) dari rata-rata dewasa muda menunjukkan kepadatan tulang yang normal.
  • Skor T 1 hingga 2,5 SD di bawah rata-rata dewasa muda (-1 hingga -2,5 SD) menunjukkan massa tulang yang rendah.
  • Skor T 2,5 SD atau lebih di bawah rata-rata dewasa muda (lebih dari -2,5 SD) menunjukkan osteoporosis.

Secara umum, risiko patah tulang berlipat ganda dengan setiap SD di bawah normal. Dengan demikian, seseorang dengan kepadatan mineral tulang 1 SD di bawah normal (skor T -1) memiliki risiko dua kali lipat untuk patah tulang dibandingkan orang dengan kepadatan mineral tulang normal.

Ketika informasi tersebut diketahui, orang dengan risiko tinggi patah tulang dapat diobati dengan tujuan mencegah patah tulang di masa mendatang. Osteoporosis berat didefinisikan sebagai memiliki kepadatan tulang lebih dari 2,5 SD di bawah rata-rata dewasa muda dengan satu atau lebih patah tulang sebelumnya karena osteoporosis.

Kedua, kepadatan mineral tulang dibandingkan dengan norma yang sesuai dengan usia. Ini disebut skor Z. Skor Z dihitung dengan cara yang sama, tetapi perbandingan dibuat untuk seseorang seusia, jenis kelamin, ras, tinggi, dan berat badan.

Selain tes densitometri tulang, dokter dapat merekomendasikan jenis tes lain, seperti tes darah, yang dapat digunakan untuk menemukan adanya penyakit ginjal, mengevaluasi fungsi kelenjar paratiroid, mengevaluasi efek terapi kortison, dan/atau menilai kadar mineral dalam tubuh yang berhubungan dengan kekuatan tulang, seperti kalsium.

5. Risiko

Tes densitometri tulang menggunakan radiasi dosis rendah. Kamu bisa menanyakan kepada penyedia layanan kesehatan tentang jumlah radiasi yang digunakan selama prosedur dan risiko yang terkait dengan situasi. Beri tahu juga bila pernah terpapar radiasi sebelumnya dan jenis sinar-X lainnya. Risiko dari paparan radiasi mungkin terkait dengan jumlah kumulatif pemeriksaan atau perawatan sinar-X dalam jangka waktu yang lama.

Jika hamil atau ada kemungkinan hamil, beri tahu penyedia layanan kesehatan. Paparan radiasi selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir.

Mungkin ada risiko lain tergantung pada masalah kesehatan spesifik seseorang. Bicarakan tentang masalah apa pun dengan penyedia layanan kesehatan sebelum prosedur.

Faktor atau kondisi tertentu dapat mengganggu tes kepadatan tulang. Ini termasuk:

  • Perhiasan logam atau benda logam lainnya dari operasi masa lalu seperti penggantian pinggul atau operasi tulang belakang.
  • Tindik badan.
  • Sinar-X barium sebelum 10 hingga 14 hari pengujian.
  • Sklerosis artritis terkalsifikasi pada vertebra posterior.
  • Aneurisme aorta perut terkalsifikasi.
  • Baru sembuh dari patah tulang.
  • Klip logam dari operasi perut sebelumnya.

Tes kepadatan tulang adalah pengukuran berapa banyak mineral, seperti kalsium, yang kamu miliki di tulang. Tes yang paling umum dan paling serbaguna adalah dengan DEXA. Ini digunakan untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum kamu mengalami patah tulang, membantu memperkirakan kemungkinan mengalami patah tulang di masa mendatang, dan memantau efektivitas perawatan osteoporosis. Bicarakan dengan dokter apakah kamu memerlukan tes ini.

Baca Juga: USG Kranial: Jenis, Tujuan, Prosedur, Keamanan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya