Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigi

Hindari pemakaian pasta gigi berfluorida yang berlebihan

Penampilan dan kebersihan gigi berperanan penting dalam meningkatkan rasa percaya diri. Namun, apa jadinya jika gigi kamu mengalami masalah seperti munculnya bercak yang menggumpal berwarna putih dan menguning? Kondisi ini disebut dengan fluorosis.

Fluorosis adalah kelainan struktur enamel yang termanifestasi dalam bentuk bercak atau cacat (mottled enamel) sebagai hasil dari konsumsi fluorida yang berlebihan selama fase pembentukan gigi. Kondisi ini menyebabkan perubahan warna pada gigi.

Fluorosis terjadi ketika jumlah fluorida yang berlebihan masuk ke dalam tubuh, terutama selama masa perkembangan gigi. Fluorosis umumnya terjadi sebelum usia 8 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada orang dewasa.

Meskipun prevalensi fluorosis gigi dan tulang secara global tidak sepenuhnya jelas, tetapi diperkirakan konsentrasi fluorida yang berlebihan dalam air minum telah menyebabkan puluhan juta kasus fluorosis gigi dan tulang di seluruh dunia selama beberapa tahun, mengutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Meskipun fluorida memiliki peran penting dalam mencegah gigi berlubang, tetapi kelebihannya dapat menimbulkan efek samping seperti fluorosis. Apa saja faktor-faktor pemicu fluorosis? Simak ulasannya berikut ini, yuk!

1. Konsumsi obat-obatan dan antibiotik

Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigiilustrasi obat-obatan (unsplash.com/Roberto Sorin)

Faktor pemicu pertama apabila anak mengalami gejala fluorosis adalah konsumsi obat-obatan jenis antibiotik seperti fluoroquinolone, doxycycline, dan amoxicillin. Studi telah menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang atau dosis yang tinggi dari antibiotik-antibiotik tersebut dapat memengaruhi penyerapan fluorida dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko fluorosis.

Selain antibiotik, penggunaan beberapa jenis antidepresan juga telah dikaitkan dengan fluorosis. Beberapa kelas antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), dapat memengaruhi metabolisme fluorida dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perkembangan fluorosis.

Obat penurun kolesterol, yang sering kali mengandung fluorida sebagai salah satu komponennya, juga dapat menjadi pemicu fluorosis. Penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko fluorosis. Apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama pada anak yang sedang mengalami tumbuh kembang gigi, maka dapat memicu fluorosis.

2. Defisiensi kalsium

Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigiilustrasi olahan yang mengandung kalsium (unsplash.com/engin akyurt)

Orang dengan defisiensi kalsium atau kekurangan kalsium juga menjadi salah satu faktor penyebab fluorosis. Kalsium memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan mineral pada enamel gigi, dan defisiensi kalsium dapat meningkatkan kerentanan gigi terhadap efek berlebihan fluorida.

Ketika tubuh kekurangan kalsium, proses demineralisasi enamel dapat meningkat, sehingga risiko terjadinya fluorosis gigi menjadi lebih besar. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan asupan kalsium dalam pola makan sehari-hari sebagai upaya untuk mengurangi risiko fluorosis gigi, terutama pada individu yang berisiko tinggi.

Baca Juga: Fluorosis, Bercak Putih pada Gigi Anak Akibat Sering Menelan Fluorida

3. Pasta gigi yang tertelan

Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigiilustrasi sikat gigi (unsplash.com/Diana Polekhina)

Penggunaan pasta gigi yang berlebihan dan tidak tepat penggunaannya seperti termakan, terjilat, atau tertelan, serta gumpalan pasta yang menempel pada gigi, juga dapat menjadi pemicu fluorosis.

Ketika pasta gigi yang mengandung fluorida digunakan dalam jumlah yang tidak sesuai atau tidak benar, risiko terlalu banyak fluorida masuk ke dalam sistem tubuh meningkat.

Tindakan seperti memakan atau menjilat pasta gigi bisa memperbesar risiko jumlah fluorida yang berlebihan dan masuk ke dalam tubuh, terutama pada anak-anak yang cenderung belum terbiasa untuk berkumur dan meludah setelah menyikat gigi.

Apalagi masalah yang terjadi pada anak adalah ketika pasta gigi yang mereka gunakan mengandung rasa seperti buah-buahan yang mereka sukai.

Dokter gigi biasanya menyarankan untuk pasta gigi berfluorida seukuran kacang polong sudah cukup untuk satu kali sesi menyikat gigi. Selain itu, anak-anak di bawah usia 3 tahun sebaiknya menggunakan pasta gigi dengan jumlah yang lebih sedikit lagi, kira-kira seukuran sebutir beras. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko tertelannya fluorida yang berlebihan oleh anak-anak yang mungkin belum dapat mengontrol proses berkumur dan meludah setelah menyikat gigi. 

4. Tembakau kunyah

Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigiilustrasi cerutu (unsplash.com/Valiant Made)

Selain dari paparan fluorida yang dapat berasal dari sumber air minum, makanan, atau produk perawatan gigi, tembakau kunyah dapat memberikan kontribusi tambahan pada risiko fluorosis. Tembakau kunyah mengandung zat-zat kimia tertentu yang dapat mempercepat penyerapan fluorida oleh tubuh, meningkatkan paparan secara keseluruhan.

Tembakau kunyah juga menjadi penyebab fluorosis pada gigi karena proses pengolahan tembakau dapat menghasilkan senyawa-senyawa kimia yang berinteraksi dengan fluor dalam air liur. Fluorosis adalah suatu kondisi saat gigi mengalami perubahan warna dan struktur akibat paparan berlebihan terhadap fluor selama masa pertumbuhan gigi.

Rokok, tembakau kunyah, cerutu, dan daun tembakau yang belum diolah yang digunakan sebagai bungkus rokok mengandung partikel kecil yang sangat kasar pada gigi. Ketika bahan-bahan ini bersentuhan dengan air liur, mereka akan membentuk pasta yang dapat mempercepat abrasi gigi.

5. Sumber air minum yang mengandung fluorida

Kenali 5 Faktor Pemicu Fluorosis pada Gigiilustrasi seseorang sedang minum (unsplash.com/engin akyurt)

Walaupun kadar fluorida  memberikan manfaat untuk mencegah gigi berulang, tetapi jika komposisinya berlebihan justru dapat menimbulkan risiko pada gigi.

Kandungan fluorida yang terkandung dalam air minum apabila melampaui tingkat optimal dapat menyebabkan risiko fluorosis, yang termanifestasi dalam bentuk bintik-bintik pada gigi.

Fluorosis gigi ini terjadi selama proses pembentukan gigi dan dampak yang ditimbulkan dapat bervariasi. Mulai dari efek yang ringan, seperti garis-garis putih atau bintik-bintik yang hampir tidak terlihat pada gigi, hingga efek yang lebih parah seperti noda permanen berwarna cokelat atau abu-abu kecokelatan pada gigi, dan/atau kerusakan gigi yang signifikan.

National Research Council (NRC) telah melakukan tinjauan ilmiah terhadap hasil penelitian terkait efek kesehatan, termasuk dampaknya pada gigi, dari konsumsi air minum yang terkontaminasi kandungan fluorida pada tingkat maksimum yang diizinkan dalam persediaan air minum secara umum, yang melebihi lebih dari empat kali lipat dari tingkat optimal yang direkomendasikan.

Mereka memastikan bahwa konsumsi berlanjut air yang mengandung konsentrasi fluorida di atas tingkat optimal umumnya dapat menyebabkan fluorosis gigi yang lebih serius. Sepuluh dari 12 anggota komite menyimpulkan bahwa kehilangan enamel dan kerusakan yang terkait dengan fluorosis parah dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi dan infeksi.

Seperti halnya dengan elemen jejak lainnya, asupan fluorida yang berlebihan dapat menyebabkan toksisitas akut. Mengonsumsi jumlah fluorida yang berlebihan (300 hingga 750 miligram tergantung pada berat badan) dalam satu dosis dapat menyebabkan mual atau muntah. Tingkat asupan fluorida seperti ini mungkin terjadi akibat ketidaksengajaan, seperti anak kecil mengonsumsi overdosis suplemen fluorida. Batas asupan fluorida yang aman adalah 0,7 ppm. Jika paparan yang diterima melebihi batas tersebut, maka dapat meningkatkan risiko fluorosis gigi.

Bercak putih dan warna kuning pada gigi yang disebabkan oleh fluorosis dapat menurunkan kepercayaan diri. Meskipun fluorosis tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi hal ini justru mengganggu penampilan sehari-hari.

Langkah tepat untuk mengatasi fluorosis adalah dengan berkonsultasi dengan dokter gigi. Dokter gigi dapat memberikan saran mengenai perawatan gigi yang sesuai, seperti pemutihan gigi atau penggunaan pasta gigi khusus. Selain itu, ada juga prosedur kosmetik gigi seperti bonding atau veneer yang dapat membantu memperbaiki penampilan gigi yang terkena fluorosis.

Penting juga untuk menjaga kebersihan gigi secara rutin dengan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, menggunakan benang gigi, dan rutin melakukan pemeriksaan gigi secara berkala. Selain itu, mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fluorida berlebihan juga dapat membantu mencegah fluorosis gigi lebih lanjut.

Baca Juga: Penyebab Warna Gigi Menjadi Hitam, Bisa Menandakan Pembusukan

Reyvan Maulid Photo Verified Writer Reyvan Maulid

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya