Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar 

Cek kesehatan nadimu dengan metode MENARI

Jantung merupakan organ penting yang berfungsi untuk memompa darah sekaligus mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan jantung untuk memompa darah tentunya tak lepas dari aktivitas kelistrikan jantung.

Aritmia merupakan kondisi ketika jantung berdetak secara tidak teratur, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Gangguan ini berkaitan dengan aktivitas jantung yang tidak normal.

Heartology Cardiovascular Center melaksanakan media gathering pada Senin (30/1/2023) untuk meningkatkan kesadaran tentang aritmia.

Dalam acara ini, dr. Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K), spesialis jantung dan pembuluh parah, membagikan informasi terkait gejala aritmia dan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan. 

1. Gejala aritmia

Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar Ilustrasi gejala aritmia (unsplash.com/Fernando @cferdophotography)

Dalam kondisi istirahat, detak jantung normal memiliki kisaran antara 60–100 kali per menit. Untuk orang dengan aritmia, jantung akan berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari angka kisaran normal.

Dokter Sunu menjelaskan bahwa gejala yang dirasakan oleh pasien aritmia sangat beragam. Beberapa gejalanya meliputi berdebar-debar, dada tidak nyaman, sesak napas, cepat lelah, dan sempoyongan.

Dalam kondisi yang lebih berat, gejala bisa berupa stroke, pingsan, bahkan kematian mendadak. 

"Pasien usia muda sering datang dengan keluhan rasa berdebar-debar atau rasa tidak nyaman di dada, yang muncul secara tiba-tiba. Oleh karena kemunculannya yang tiba-tiba, deteksinya sering tidak mudah," ucap dr. Sunu. 

2. Penyebab pasti aritmia pada usia muda masih belum pasti

Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar ilustrasi gorengan sumber kolesterol (unsplash.com/Markus Winkler)

Dokter Sunu menyebutkan bahwa ada peningkatan kasus aritmia pada orang-orang yang berusia muda. Penyebab pastinya masih belum bisa dipastikan. 

Akan tetapi, dr. Sunu menyebutkan bahwa ada beberapa faktor penting yang dapat meningkatkan risiko aritmia secara signifikan. Faktor ini meliputi merokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol

Selain itu, genetik juga bisa menjadi faktor aritmia dapat terjadi pada usia muda. 

"Selain faktor eksternal, sedikit banyak mereka (penderita aritmia) itu ada faktor genetiknya," ucap dr. Sunu. 

Baca Juga: Kapan Detak Jantung Dikatakan Berbahaya?

3. Gunakan metode MENARI untuk mengecek nadi

Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar ilustrasi mengecek denyut nadi (pixabay.com/kian2018)

Hal sederhana yang bisa kita untuk mengecek denyut nadi adalah dengan metode MENARI (Meraba Nadi Sendiri). Dokter Sunu mengatakan metode ini bisa dilakukan untuk mewaspadai gangguan irama jantung. 

Untuk melakukannya, ikuti cara ini:

  • Genggam pergelangan tangan. 
  • Raba dengan jari telunjuk, tengah, dan manis tonjolan tulang di bagian bawah pangkal ibu jari. 
  • Geser sedikit ke arah tengah pergelangan tangan. 
  • Rasakan denyutan dan hitung dalam 30 detik. 

Jika denyutan kamu tidak teratur atau jumlah denyutan di atas 50 atau di bawah 30, itu perlu dikhawatirkan. 

4. Diagnosis aritmia menggunakan EKG

Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar ilustrasi elektrokardiogram atau EKG (heartandstroke.ca)

Karena aritmia dapat terjadi secara tiba-tiba, dokter membutuhkan alat bantu untuk mendiagnosis dan memberikan perawatan yang tepat. Salah satu alat yang digunakan dalam diagnosis aritmia adalah elektrokardiografi (EKG). Selain itu, Selain itu, dokter juga mungkin memerlukan alat bantu lain, seperti monitor Holter.

Dokter Sunu bercerita bahwa ia baru-baru ini menangani pasien aritmia pada seorang laki-laki muda usia 30 tahun. Keluhan berdebar dirasakan sudah sejak setahun yang lalu, tetapi rekaman EKG sering ditemukan normal.

Akhirnya, masalah berhasil dideteksi setelah menggunakan perekaman irama jantung secara kontinyu selama 24 jam.

5. Teknologi 3D bantu penanganan lebih baik

Waspada Aritmia pada Usia Muda, Ini Kata Pakar ilustrasi gangguan jantung (pexels.com/freestocks.org)

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi masalah aritmia adalah dengan kateter ablasi.

Ini adalah tindakan intervensi nonbedah menggunakan kateter yang digunakan untuk memandu dokter memetakan, melokalisir, dan menghancurkan jaringan penyebab impuls listrik tidak normal pada jantung.

Sebagai tambahan, teknologi 3D akan meningkatkan keberhasilan tindakan dan penanganan masalah aritmia.

"Pada pasien tersebut, setelah dilakukan ablasi konvensional, gangguan irama jantungnya belum membaik. Namun, dengan teknologi 3D, alhamdulillah gangguan aritmianya berhasil disembuhkan sehingga kualitas hidup pasien tersebut jauh lebih nyaman dan beliau tidak perlu minum obat lagi," dr. Sunu bercerita.

Aritmia merupakann masalah kardiovaskular yang harus diwaspadai. Jika kamu merasakan gejalanya, segera periksa kesehatan jantungmu dengan dokter spesialis jantung.

Baca Juga: Aritmia Menyebabkan Henti Jantung dan Stroke, Cegah dengan Ini

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya