Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergi

Alergi lebih mungkin terjadi pada orang-orang tertentu

Alergi adalah reaksi tubuh terhadap protein asing. Biasanya, protein (alergen) ini tidak berbahaya. Namun, jika kamu punya alergi terhadap protein tertentu, sistem pertahanan tubuh bereaksi berlebihan terhadap keberadaannya di dalam tubuh.

Saat ini tidak ada obat untuk alergi. Namun, ada obat bebas dan resep yang dapat meredakan gejala. Menghindari pemicu alergi atau mengurangi kontak dengannya dapat membantu mencegah reaksi alergi. Seiring waktu, imunoterapi dapat mengurangi keparahan reaksi alergi.

Reaksi alergi umumnya ringan, seperti gatal, bersin, hidung meler. Namun, ada juga reaksi alergi yang tergolong berat seperti sesak dada, sulit menelan, muntah, sakit perut, pusing, hingga nyeri tulang. Oleh sebab itu, penting sekali mengidentifikasi jenis alergi dan reaksinya, apalagi jika itu jenis reaksi alergi yang tidak umum. Cara terbaik adalah dengan mendatangi dokter untuk menjalani sejumlah tes. 

Terlepas dari itu semua, menurut sejumlah teori, ada beberapa orang yang cenderung lebih mungkin mengalami alergi. Siapa saja?

1. Lansia cenderung mengalami alergi yang disebabkan oleh banyak faktor

Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergiilustrasi lansia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Alergi akan lebih sering terjadi pada usia tua. Hanya saja, pada lansia alergi sering tersamarkan dan tidak disadari kehadirannya, karena mereka umumnya mengidap komorbid atau penyakit bawaan.

Secara umum penyebab alergi pada lansia mencakup banyak faktor, seperti yang tertulis dalam studi berjudul "Allergy and Aging: An Old/New Emerging Health Issue" dalam jurnal Aging and Disease pada 2017. 

Pertama, malnutrisi dan kekurangan vitamin pada lansia, terutama vitamin D, dapat menyebabkan lansia mudah terserang alergi. Berdasarkan beberapa penelitian dalam jurnal Scientific Research tahun 2017 berjudul "Vitamin D Deficiency Is Correlated with Severity of Allergic Rhinitis", kekurangan vitamin D menjadi penyebab kenaikan gejala alergi.

Pasalnya, sistem imunitas tubuh menjadi kurang efektif sehingga mudah terjadi alergi. Biasanya dokter akan meresepkan suplemen yang berfungsi memperbaiki kondisi alergi pada lansia.

Kedua, immunosenescence membuat lansia lebih rentan alergi. Ini adalah kondisi ketika respons sistem kekebalan tubuh berubah terhadap alergen sebagai adaptasi terhadap usia yang menua. Fungsi sistem imun tubuh menurun saat tubuh menua, sehingga respons terhadap alergen menjadi lebih sulit dan lambat. Padahal, respons imun memainkan peran sentral dalam mendorong timbulnya alergi.

Ketiga, konsumsi obat-obatan adalah penyebab alergi paling sering terjadi pada lansia. Akibat penuaan, banyak lansia menderita berbagai penyakit karena penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Oleh karenanya, lansia cenderung mengonsumsi obat-obatan. Jika konsumsi makanan biasa sudah sering memicu alergi pada lansia, apalagi ditambah konsumsi obat-obatan. 

Pasalnya, perubahan respon imun saluran pencernaan berkontribusi terhadap perkembangan alergi makanan pada usia berapa pun, apalagi pada lansia. Lansia memiliki risiko lebih tinggi terkena alergi makanan karena sistem kekebalan tubuh yang menua. Di samping itu, penurunan kapasitas pencernaan juga menjadi faktor risiko alergi makanan pada lansia.

2. Urutan kelahiran menentukan risiko alergi

Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergiilustrasi anak pertama (pexels.com/Daniel Jurin)

Berdasarkan studi "Birth order effect on childhood food allergy" dalam jurnal Pediatric Allergy and Immunology tahun 2012, anak pertama berisiko lebih besar memiliki alergi dibanding adik-adiknya. Pasalnya, kelahiran yang berkali-kali dapat meningkatkan sistem imun dalam kandungan. Jadi, makin tinggi urutan kelahiran, misalnya kelahiran anak ke-2, anak ke-3, anak ke-4 dan seterusnya, maka risiko alergi lebih kecil.

Dilansir Express, ada pula hipotesis bahwa rasa gugup saat pertama kali menjadi orang tua membuat para orang tua terlalu higienis. Pada kelahiran anak ke-2, anak ke-3, dan seterusnya, orang tua cenderung lebih santai dan tidak berlebihan dalam hal higienitas, sehingga terbentuklah sistem kekebalan tubuh yang lebih baik. 

Menurut spesialis penyakit alergi anak, Dominique Bullens dalam Dieta Efektiva, perubahan gaya hidup dalam negara-negara industri berkontribusi terhadap penurunan penyakit infeksi. Namun, hal ini justru memperbanyak jumlah kasus alergi dan kondisi autoimun. Pasalnya, sistem kekebalan tubuh terganggu dengan banyaknya produk-produk pembersih.

Dorothy Matthews, seorang ahli biologi dalam Dieta Efektiva  menyatakan bahwa alergi merupakan suatu reaksi yang berlebihan terhadap lingkungan yang berarti tubuh kita sudah lupa bagaimana hidup berdampingan dengan mikroba. Cucilah tangan cukup dengan air tanpa sabun biasa, bukan sabun antibakteri, karena ini dapat mempertahankan beberapa bakteri baik.

Baca Juga: 4 Tanda Alergi pada Anak, Hati-Hati Moms!

3. Penduduk desa lebih sedikit kemungkinan memiliki alergi daripada penduduk kota

Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergiilustrasi masyarakat (pexels.com/Kaique Rocha)

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Clinical Pediatrics tahun 2012, makin padat populasi di suatu daerah, maka makin besar kemungkinan alergi makanan di daerah tersebut. Penelitian ini melibatkan 38.465 anak-anak berusia 1 hingga 18 tahun dan berlangsung dari tahun 2009 hingga 2010.

Ini berarti kemungkinan terjadinya alergi pada penduduk kota lebih tinggi daripada penduduk di desa. Berdasarkan penelitian ini, persentase penduduk desa yang memiliki alergi sebesar 6,2 persen, sedangkan penduduk kota sebesar 9,8 persen.  

Dilansir News Center, hasil penelitian lainnya menemukan bahwa tingkat alergi yang lebih tinggi, seperti asma, eksem, rinitis alergi, dan konjungtivitis, pada penduduk yang bermukim di perkotaan.

Hipotesis sementara menyimpulkan bahwa paparan bakteri sejak dini pada penduduk desa membangun daya tahan tubuh terhadap hipersensitivitas alergen tertentu. Di samping itu, banyaknya polutan di perkotaan memicu perkembangan alergi. 

4. Perempuan lebih banyak memiliki alergi

Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergiwanita lebih banyak terkena alergi daripada pria (pexels.com/Cottonbro)

Menurut laporan "Gender effects in allergology – Secondary publications and update" dalam World Allergy Organization Journal tahun 2017, gender memengaruhi kecenderungan alergi. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa perempuan lebih cenderung mengalami alergi daripada laki-laki.

Penyebabnya adalah karena perbedaan gaya hidup. Misalnya, perbedaan dalam olahraga yang ditekuni, asupan obat hormonal, begitu pula asupan makanan. Namun, hal yang paling berdampak terhadap alergi adalah perbedaan dalam hormon seks.

Sebagai contoh, asma lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Namun, seiring bertambahnya usia, perempuan dewasa lebih dominan mengalami asma daripada laki-laki. Obesitas bersinergi dengan asma dan karena faktor hormon, maka risiko obesitas pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Juga, hormon testosteron pada laki-laki melindungi mereka dari timbulnya asma, sementara hormon estrogen pada perempuan dapat memperburuk asma. Siklus menstruasi pertama, dilanjutkan dengan konsumsi pil KB, kehemilan, dan terapi penggantian hormon juga merupakan faktor-faktor yang memicu asma. Tidak hanya asma, hormon seks perempuan juga meningkatkan risiko alergi makanan.

5. Anak-anak dan bayi lebih banyak mengalami alergi daripada orang dewasa

Menurut Banyak Teori, 5 Orang Ini Rentan Terkena Alergiilustrasi bayi (pexels.com/Daniel Reche)

World Allergy Organization melaporkan 22 persen penduduk dunia menderita alergi dan terus meningkat setiap tahun. Data tahun 2014, diperkirakan kasus alergi makanan terjadi pada 5 persen dewasa dan 8 persen pada anak-anak.

Menurut laporan dalam jurnal Sari Pediatri berjudul "Alergi Makanan pada Bayi dan Anak Alergi Makanan pada Bayi dan Anak" tahun 2001, reaksi alergi makanan lebih sering terjadi pada usia tahun pertama kehidupan. Di Poliklinik Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo terdapat 4,6 persen kasus alergi makanan pada anak selama kurun waktu 9 tahun (1987-1996). Juga, pada tahun 1996-1997 dari 18 anak alergi susu sapi, 13 di antaranya berusia di bawah 1 tahun. 

Pada prinsipnya, alergi pada anak dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, riwayat alergi pada salah satu orang tua ataupun kedua orang tua. Kemungkinan alergi pada anak menjadi lebih besar saat kedua orang tua memiliki riwayat alergi.

Faktor kedua, imaturitas saluran cerna pada anak-anak tidak sebaik orang dewasa. Itulah sebabnya alergi makanan pada bayi dan anak-anak akan membaik pada usia tertentu seiring bertambahnya usia.

Jadi, apa pun penyebab alergi memperkuat daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat dan makanan gizi seimbang adalah pilihan yang bijak. Sebab, pola hidup sehat dengan menjaga makanan padat gizi adalah pilihan terbaik untuk mencegah alergi.

Baca Juga: Kasus Alergi di Indonesia Paling Banyak Disebabkan oleh Tungau Debu

Sari rachmah hidayat Photo Verified Writer Sari rachmah hidayat

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya