Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Screen Time Jadi Faktor Penyebab Anak Mengalami Gangguan Bicara

ilustrasi screen time pada anak (unsplash.com/Alexander Dummer)
Intinya sih...
  • Keterlambatan atau gangguan bicara makin banyak dijumpai pada anak, berdampak besar pada kehidupannya.
  • Gangguan bicara dan bahasa memiliki perbedaan signifikan, serta faktor penyebabnya termasuk stimulasi yang kurang dan penggunaan gadget berlebihan.
  • Pentingnya deteksi dini terhadap perkembangan bicara anak dengan memperhatikan milestone bicara pada usia 12 bulan hingga 3 tahun.

Keterlambatan atau gangguan bicara (speech delay) dilaporkan makin banyak dijumpai pada anak, yang mana ini bisa berakibat besar pada aspek kehidupannya.

Orang tua perlu waspada akan perkembangan bicara anaknya dan mengetahui tonggak perkembangan bicara anak, sehingga dapat mendeteksi jika ada tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak.

Menanggapi hal ini, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan seminar media secara daring pada Selasa (15/10/2024). Acara ini menghadirkan Dr. dr. Fitri Hartanto, SpA(K), Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, memberikan informasi penting terkait gangguan bicara. 

1. Perbedaan gangguan bicara dan gangguan bahasa

ilustrasi anak (pexels.com/ Ksenia Chernaya)

Sering dianggap sama, Dr. Fitri menjelaskan perbedaan signifikan antara gangguan bicara dan gangguan bahasa.

Gangguan bicara merupakan suatu kondisi seseorang memiliki masalah dalam menciptakan atau membentuk bunyi ujaran yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Adanya gangguan bicara membuat ucapan anak sulit untuk dipahami.

Gangguan bicara yang umum meliputi:

  • Gangguan artikulasi.
  • Gangguan fonologis.
  • Ketidaklancaran/disfluensi.
  • Gangguan suara atau gangguan resonansi.

Di sisi lain, gangguan bahasa mencakup kesulitan dalam memahami atau menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna. Anak dengan gangguan bahasa mungkin mengalami hambatan dalam memahami perintah, mengekspresikan pikiran, atau menyusun kalimat yang sesuai dengan aturan tata bahasa.

Baik gangguan bicara maupun gangguan bahasa tidak dapat dibiarkan, harus segera ditangani.

"Dua gangguan ini bisa berdampak pada komunikasi anak, namun penanganannya akan berbeda tergantung jenis gangguan yang dialami," jelas Dr. Fitri.

2. Screen time bisa menyebabkan overstimulasi

ilustrasi screen time anak (pexels.com/Alex Green)

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan akan mengalami gangguan bicara, mulai dari gangguan saraf, kelainan organ, hingga kurangnya stimulasi pada anak. 

Satu hal yang digarisbawahi oleh Dr. Fitri terkait faktor penyebab gangguan bicara adalah penggunaan gadget atau screen time yang berlebihan. Menurutnya, screen time berlebihan akan memberikan stimulasi berlebihan pada anak, yang bisa mengakibatkan penurunan konsentrasi.

Anak-anak yang terlalu sering terpapar layar cenderung kurang mendapatkan interaksi langsung dengan orang tua atau pengasuh. Hal ini sangat penting dalam perkembangan bahasa mereka.

Saat menonton atau bermain dengan perangkat digital, anak tidak berlatih untuk berbicara, mendengarkan, atau merespons secara interaktif. Padahal, itu merupakan kunci utama dalam mengembangkan keterampilan bicara.

Studi menunjukkan, anak-anak yang menghabiskan waktu lebih lama di depan layar memiliki risiko lebih tinggi mengalami keterlambatan bicara dibandingkan mereka yang lebih sering berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. 

"Paparan TV, paparan gadget, dan paparan media yang lain, itu bisa menjadi pengalaman negatif yang menghambat perkembangan otak anak. Harus benar-benar diawasi," jelas Dr. Fitri. 

3. Tips mengatasi gangguan bicara anak

ilustrasi anak usia 2 tahun (unsplash.com/kazuend)

Dokter Fitri menekankan pentingnya deteksi dini untuk mengatasi gangguan bicara yang dialami anak. Cara yang bisa digunakan adalah dengan memperhatikan milestone bicara anak. 

  • Usia 12 bulan: Pada usia ini, bayi biasanya mulai mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “dada” dan merespons suara dengan mengoceh. Jika anak tidak menunjukkan minat berbicara atau tidak mengoceh sama sekali, hal ini bisa menjadi tanda peringatan awal.
  • Usia 18 bulan: Anak seharusnya sudah bisa mengucapkan sekitar 10–20 kata yang bermakna. Jika pada usia ini anak hanya menggunakan sedikit kata atau lebih suka menunjuk, ini bisa menandakan keterlambatan bicara.
  • Usia 2 tahun: Anak biasanya mulai menggabungkan dua kata sederhana menjadi kalimat, seperti “mau susu” atau “pergi main.” Jika anak tidak bisa merangkai dua kata atau sulit dimengerti, mungkin ada tanda gangguan bicara.
  • Usia 3 tahun: Anak seharusnya sudah bisa berbicara dengan kalimat sederhana dan lebih dimengerti oleh orang di luar keluarga. Jika pada usia ini anak masih sulit dimengerti, evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan.

Sebagai orang tua, memahami perkembangan bicara anak dan mengenali tanda-tanda gangguan bicara adalah langkah penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat, sebagian besar anak yang mengalami keterlambatan bicara bisa mengejar ketertinggalannya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us