Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ternyata ADHD Rentan Toxic Relationship, Ini Alasannya!

Ilustrasi toxic relationship (Pexels.com/Timur Weber)

ADHD adalah neurodevelopmental disorder umum yang ditandai oleh pola hiperaktivitas, ketidaktahuan, impulsivitas, kegelisahan, atau kombinasi dari semuanya. Orang dengan ADHD rentan terhadap hubungan toksik dengan berbagai alasan.

Meskipun tidak ada hubungan yang sempurna, toxic relationship sering membuat orang merasa tidak didukung, dikendalikan, tidak dihormati, dan selalu tidak dipahami. Akibatnya, waktu yang dihabiskan dengan pasangan atau orang terkasih dapat membuat orang merasa selalu kelelahan dan tidak bahagia.

Lalu, apa penyebab orang dengan ADHD seringkali terjebak dalam hubungan yang tidak sehat ini? Daripada terus-terusan bingung, yuk simak penjelasannya berikut ini. It's time to ignite the spark and begin.

1. Divided attention

Ilustrasi hubungan toksik (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Seseorang dengan ADHD cenderung memiliki perhatian yang mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitarnya atau pikiran yang muncul. Perhatian yang terbagi ini dapat memiliki dampak negatif yang signifikan dalam sebuah hubungan.

Misalnya, ketika orang dengan ADHD berbicara dengan pasangan mereka, mereka mungkin terganggu oleh suara atau hal lain di sekitar mereka sehingga tidak bisa sepenuhnya fokus pada percakapan. Hal ini bisa membuat pasangan merasa diabaikan atau tidak diutamakan, yang dapat menyebabkan pertengkaran dan perpecahan dalam hubungan.

Perhatian yang terbagi juga dapat mempengaruhi aktivitas bersama atau waktu yang dihabiskan bersama dalam hubungan. Seperti, ketika orang dengan ADHD sedang melakukan kegiatan bersama, seperti menonton film atau berbicara, mereka mungkin kesulitan untuk tetap fokus dan terus mengalihkan perhatian mereka pada hal-hal lain. Ini dapat membuat pasangan lainnya merasa tidak dihargai atau merasa hubungan yang mereka jalani tidak menjadi prioritas utama.

Penting orang dengan ADHD dan pasangan untuk menyadari tantangan ini dan berkomunikasi dengan jujur ​​tentang perasaan mereka. Dengan saling pengertian dan dukungan, mereka dapat bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat dan membangun hubungan yang lebih sehat.

2. Sifat impulsif dan kurang bisa memperhatikan dengan baik

Ilustrasi pasangan yang saling perhatian (Pexels.com/Mikhail Nilov)

Orang dengan ADHD sering kali sulit untuk fokus atau memperhatikan hal-hal dengan baik. Mereka mungkin mudah teralihkan oleh hal-hal di sekitar mereka, seperti suara-suara atau hal-hal yang menarik perhatian mereka.

Selain itu, orang dengan ADHD juga cenderung bersifat impulsif. Mereka seringkali bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu konsekuensi dari tindakan mereka dan juga seringkali mengambil keputusan tanpa berpikir panjang yang dapat menyebabkan mereka terjebak dalam situasi yang serius.

Orang dengan ADHD umumnya sulit untuk memperhatikan pasangannya dengan baik, pasangan tersebut mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai. Mereka mungkin merasa bahwa orang dengan ADHD tidak benar-benar mendengarkan atau peduli pada apa yang mereka katakan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan frustasi dan tidak bahagia dalam hubungan.

Di sisi lain, impulsivitas dapat menyebabkan orang dengan ADHD melakukan tindakan yang tidak dipikirkan dengan baik, seperti berbicara atau bertindak tanpa mempertimbangkan perasaan pasangan mereka. Misalnya, mereka mungkin mengatakan sesuatu yang kasar atau melompat ke dalam argumen tanpa memikirkan konsekuensinya. Hal ini dapat menyebabkan pertengkaran dan ketidakharmonisan dalam hubungan.

3. Stigma dan kurangnya pemahaman mengenai ADHD

ilustrasi ADHD (pexels.com/Tara Winstead)

Orang yang mengalami ADHD seringkali dicap sebagai berbeda atau dijauhi oleh orang lain karena kecenderungan mereka untuk menjadi impulsif, kurang fokus, atau hiperaktif. Orang-orang mungkin tidak tahu bahwa ADHD adalah kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperhatikan, mengendalikan dorongan, atau duduk tenang. Ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan ekspektasi yang tidak realistis terhadap orang dengan ADHD.

Pasangan yang tidak memahami kondisi ADHD dapat menganggap perilaku yang terkait dengan ADHD sebagai kelalaian atau keengganan untuk berubah. Mereka mungkin kurang sabar dan cepat marah terhadap perilaku yang dianggap "aneh" atau "tidak wajar".

Stigma dan kurangnya pemahaman juga dapat menghambat komunikasi yang efektif. Orang yang mengalami ADHD mungkin merasa malu atau takut untuk berbicara terbuka tentang kondisinya karena takut dihakimi atau diremehkan. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan kesalahpahaman dalam hubungan.

Komunikasi terbuka dan saling pengertian adalah kunci dalam menghadapi stigma dan kurangnya pemahaman. Orang dengan ADHD dapat berbagi informasi dengan pasangan mereka tentang apa itu ADHD, bagaimana itu mempengaruhi mereka, dan strategi yang mereka gunakan untuk mengelola kondisi tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik, hubungan dapat menjadi lebih harmonis dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.

4. Emosi fluktuatif yang tidak diimbangi dengan kemampuan mengelolanya

Ilustrasi manajemen emosi yang buruk (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Orang dengan ADHD sering mengalami perubahan perasaan yang intens dan cepat yang tidak diimbangi dengan manajemen emosi yang memadai. Nah, hal ini bisa berdampak pada hubungan yang toksik atau tidak sehat.

Perubahan suasana hati yang fluktuatif ini bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain, termasuk pasangan. Mereka mungkin seringkali meledak-ledak atau marah tanpa alasan yang jelas. Mereka juga mungkin sulit untuk merasa tenang atau empati terhadap perasaan pasangan mereka.

Ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan baik ini dapat menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan. Hal ini dapat membuat pasangan merasa terluka, tidak dihargai, atau tidak aman dalam hubungan tersebut. Jika emosi yang tidak terkendali terjadi secara terus-menerus, hubungan dapat menjadi toksik atau tidak sehat.

Penting bagi orang dengan ADHD dan pasangan mereka untuk saling memahami dan bekerja sama. Komunikasi yang jujur dan terbuka sangat penting. Pasangan bisa berbicara tentang bagaimana perubahan suasana hati tersebut mempengaruhi mereka dan penderita ADHD bisa belajar bagaimana untuk memanajemen emosi dengan baik.

Penting juga bagi orang dengan ADHD untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor untuk mencari solusi dalam masalah manajemen emosi. Dengan pengelolaan yang tepat, hubungan bisa menjadi lebih sehat dan harmonis.

5. Kurangnya komunikasi yang efektif

Ilustrasi pasangan dengan komunikasi yang baik (Pexels.com/Gustavo Fring)

Komunikasi yang efektif berarti kemampuan untuk berbicara dengan baik dan saling mendengarkan dengan baik. Ketika kita berbicara dengan orang lain, penting untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kita dengan jelas dan dengan cara yang bisa dimengerti.

Namun, pada orang dengan ADHD, terkadang mereka mengalami kesulitan dalam komunikasi yang efektif. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian atau kesulitan dalam mempertahankan fokus saat berbicara dengan orang lain. Mereka juga mungkin menjadi impulsif, yang berarti mereka mungkin terburu-buru atau tidak sabar saat berbicara.

Ketika orang tidak bisa saling berkomunikasi dengan baik, masalah tidak terpecahkan dan perasaan tidak puas dapat terus berkembang. Ini dapat mengganggu hubungan dan menyebabkan konflik yang lebih serius.

Ketika komunikasi terganggu, sering kali terjadi kesalahpahaman dan perdebatan yang meningkat. Pasangan mungkin merasa diabaikan atau tidak dipahami, sementara orang dengan ADHD mungkin merasa tidak didengarkan atau ditekan. Ini bisa menciptakan lingkungan yang toksik, di mana hubungan menjadi tegang dan penuh dengan konflik.

Namun, dengan kesabaran dan pemahaman yang tepat, pasangan dapat mengatasi kesulitan komunikasi ini. Penting bagi pasangan untuk belajar mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka dengan cara yang jelas dan terbuka serta mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan waktu dan ruang untuk orang dengan ADHD menyampaikan pikiran mereka.

Selain itu, penggunaan strategi komunikasi yang efektif, seperti memberikan instruksi yang jelas dan mengulang kembali apa yang telah disampaikan, juga dapat membantu meningkatkan komunikasi dalam hubungan. Dengan saling memahami dan bekerja sama untuk mengatasi kesulitan komunikasi, pasangan dapat mengurangi konflik dan menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Masrurotul Hikmah
EditorMasrurotul Hikmah
Follow Us