Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang perempuan tidur nyenyak.
ilustrasi tidur lebih awal (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Menetapkan jam tidur yang tetap setiap malam selama dua minggu menurunkan tekanan darah 24 jam dan tekanan darah malam hari, menurut temuan studi.

  • Efeknya muncul tanpa mengubah durasi tidur dan bahkan terlihat pada peserta yang memakai obat antihipertensi.

  • Konsistensi waktu tidur diduga memperkuat ritme sirkadian yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada momen ketika tubuh seperti memberi sinyal halus bahwa ritmenya sedang tidak selaras, seper detak jantung sedikit lebih cepat dari biasanya, atau rasa letih yang datang pada jam-jam yang tidak biasa.

Dalam penelitian terbaru yang dilakukan tim ilmuwan dari Oregon Institute of Occupational Health Sciences, Amerika Serikat (AS), gagasan sederhana yang sering diabaikan, yaitu tidur pada jam yang sama setiap hari, ternyata punya dampak yang cukup berarti pada tekanan darah, terutama pada orang yang hidup dengan hipertensi.

Studi proof-of-concept ini melibatkan sebelas orang dewasa paruh baya dengan hipertensi. Para peneliti mengamati pola tidur mereka selama seminggu penuh, lalu meminta mereka memilih satu jam tidur tetap dan mempertahankannya selama dua minggu, tanpa mengubah durasi tidur atau kebiasaan lainnya.

Hasilnya cukup mencolok.

Variasi jam tidur yang awalnya bisa berbeda hingga 30 menit setiap malam mengecil menjadi hanya sekitar 7 menit. Perubahan sederhana ini ternyata berpengaruh pada tubuh: tekanan darah 24 jam turun sekitar 4 mmHg sistolik dan 3 mmHg diastolik, dengan penurunan terbesar terjadi di malam hari—hingga 5 mmHg sistolik dan 4 mmHg diastolik. Bahkan peserta yang sudah mengonsumsi obat antihipertensi tetap menunjukkan perbaikan.

Temuan ini selaras dengan penelitian populasi besar yang menunjukkan bahwa ketidakteraturan waktu tidur bisa meningkatkan risiko hipertensi. Satu studi melaporkan bahwa setiap tambahan 30 menit ketidakstabilan jam tidur meningkatkan risiko hipertensi lebih dari 30 persen. Dalam studi ini, efek perbaikan tekanan darah dinilai menggunakan ambulatory blood pressure monitoring—metode paling akurat karena memantau tekanan darah sepanjang hari dan malam.

Apa artinya untuk keseharian kita?

Para peneliti menduga bahwa kunci dari perubahan ini ada pada ritme sirkadian, yaitu sistem biologis yang mengatur tidur, hormon, dan tekanan darah.

Pada orang dengan pola tidur tak menentu, ritme ini sering bergeser. Akibatnya, tekanan darah tidak turun secara optimal pada malam hari. Dengan mengatur jam tidur lebih konsisten, tubuh mendapat sinyal yang lebih pasti tentang kapan harus tenang dan kapan harus aktif. Hasilnya terlihat pada pola tekanan darah yang lebih sehat.

Meski studi ini kecil dan tanpa kelompok kontrol, tetapi dampaknya dianggap cukup berarti untuk dijadikan pijakan penelitian lebih besar. Dari sisi praktis, intervensi ini juga nyaris tanpa risiko: tidak membutuhkan alat, biaya, atau perubahan drastis gaya hidup. Menetapkan jam tidur yang tetap setiap malam adalah langkah kecil yang bisa kamu lakukan dan mungkin jadi tambahan penting bagi perawatan hipertensi, berdampingan dengan obat, rutin berolahraga, dan pengaturan pola makan.

Referensi

Saurabh S Thosar, Alakananda M Sreeramadas, Megan Jones, Nicole Chaudhary, Cassidy Floyd-Driscoll, Andrew W McHill, Christopher T Minson, Robert Rope, Jonathan S Emens, Steven A Shea, Leandro C Brito, Bedtime Regularization as a Potential Adjunct Therapy for Hypertension, a proof-of-concept study, SLEEP Advances, 2025;, zpaf082, https://doi.org/10.1093/sleepadvances/zpaf082

Editorial Team