TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Cara Mengatasi Keluar Darah saat Berhubungan Intim

Ada beberapa kondisi medis yang perlu diwaspadai

ilustrasi pasangan di tempat tidur (freepik.com/user18526052)

Apakah kamu pernah berdarah saat atau setelah berhubungan intim? Padahal saat itu kamu sedang tidak menstruasi.

Buat yang mengalaminya, normal untuk merasa bingung, khawatir, atau bahkan takut. Namun, kondisi ini sering kali tidak perlu dikhawatirkan.

Pendarahan selama atau setelah berhubungan seks bisa terjadi karena berbagai alasan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, pendarahan bisa menandakan kondisi serius, misalnya infeksi atau kanker serviks.

Apa saja penyebab pendarahan vagina ini dan bagaimana cara mengatasi keluar darah setelah berhubungan intim? Simak terus sampai habis, ya.

Baca Juga: Perawatan Ratus Vagina: Ketahui Manfaat dan Risikonya

Penyebab keluar darah setelah berhubungan seks

ilustrasi pendarahan vagina (pexels.com/Karolina Grabowska)

Keluarnya darah saat berhubungan seks atau disebut pendarahan postcoital. Ini bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Pendarahan vagina setelah berhubungan seks biasanya disebabkan oleh trauma langsung pada dinding vagina, mengutip studi dalam The Journal of Sexual Medicine. Ini disebut laserasi vagina.

Vagina biasanya tidak robek saat berhubungan seksual, tetapi ini bisa terjadi jika vagina tidak terlumasi dengan baik sebelumnya—baik dari sekresi alami atau lubrikan seks yang dibeli.

Misalnya, seiring bertambahnya usia, jaringan vagina dapat menipis dan lebih sensitif (vaginitis atrofi), yang dapat menyebabkan robekan saat berhubungan seksual lebih mungkin terjadi.

Dinding vagina juga bisa robek jika:

  • Tingkat estrogen rendah (misalnya, selama menyusui dan menopause).
  • Melakukan hubungan seks yang kasar.
  • Menggunakan benda asing untuk penetrasi vagina (misalnya tindikan atau implan genital).

Laserasi vagina juga bisa terjadi saat melahirkan. Bagaimanapun, vagina akan sembuh—tetapi butuh waktu.

Dengan jenis perdarahan postcoital ini, darah biasanya berwarna merah cerah dan kental. Luka robek kecil pada vagina mungkin hanya mengeluarkan darah dalam waktu singkat dan kemudian berhenti, meski rasa sakitnya bisa bertahan hingga dua minggu, dilansir Verywell Health. Pada kasus yang lebih parah, jahitan mungkin diperlukan.

Penyebab keluar darah saat berhubungan intim yang berhubungan dengan serviks

Berbeda dengan pendarahan dari vagina, pendarahan dari serviks setelah berhubungan seks biasanya hanya mengeluarkan sedikit darah. Darah yang keluar bisa sangat sedikit sehingga kamu mungkin baru menyadarinya saat membersihkan diri di kamar mandi.

Setidaknya ada empat alasan mengapa serviks berdarah setelah berhubungan seks:

  • Ektropion serviks: Serviks adalah jalan antara vagina dan rahim. Bagian luar serviks memiliki jenis sel yang sama dengan vagina, tetapi bagian dalam (saluran) serviks memiliki jenis sel yang berbeda. Sel-sel yang menutupi serviks bertindak sebagai penghalang. Mereka tahan terhadap lingkungan vagina, termasuk gesekan sanggama. Namun, sel-sel yang melapisi saluran serviks jauh lebih rapuh. Ektropion serviks adalah suatu kondisi saat saluran serviks terbalik, memperlihatkan sel-sel yang lebih rapuh. Kehamilan dan penggunaan pil KB dapat dikaitkan dengan perubahan ini. Sel-sel ini sangat mudah berdarah saat disentuh, bahkan sentuhan ringan sekali pun. Pada orang dengan ektropion serviks, kemungkin besar pendarahan postcoital dapat terjadi.
  • Polip serviks: Sel-sel yang melapisi saluran serviks dapat membuat pertumbuhan yang disebut polip. Polip endoserviks biasanya tidak serius (jinak). Namun, mereka memiliki suplai darah yang kaya dan mudah berdarah. Polip terbentuk di saluran serviks. Saat tumbuh, mereka menonjol keluar dari ujung leher rahim, yang mana mereka bisa teriritasi dan berdarah saat berhubungan seks.
  • Peradangan serviks (servisitis): Klamidia adalah penyebab paling umum servisitis akut. Pada tahap awal, infeksi klamidia tidak menimbulkan gejala. Namun, ini adalah infeksi serius yang dapat memengaruhi kesuburan. Klamidia dapat diobati dengan antibiotik.
  • Kanker serviks: Kanker serviks adalah penyebab paling serius dari perdarahan postcoital. Namun, ini juga merupakan penyebab keluar darah setelah berhubungan seks yang paling tidak umum. Kanker serviks bahkan lebih kecil kemungkinannya menjadi penyebab perdarahan postcoital kalau kamu secara teratur cek ke dokter untuk skrining kanker serviks secara teratur.

Ada juga penyebab perdarahan postcoital lainnya yang dapat melibatkan vagina, serviks, atau keduanya. Misalnya, infeksi menular seksual (IMS) dan penyakit radang panggul.

Pendarahan setelah berhubungan intim bisa terjadi jika seseorang memiliki kondisi reproduksi lain seperti endometriosis atau prolaps uterus. Kanker endometrium (rahim) dan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan setelah berhubungan seks.

Pendarahan ini juga bisa terjadi jika berhubungan seks saat sedang menstruasi. Akan tetapi, darah ini berasal dari siklus menstruasi normal atau flek, bukan pendarahan postcoital yang sebenarnya.

Diagnosis

ilustrasi masalah vagina (freepik.com/wayhomestudio)

Tidak ada suatu aturan nasional maupun internasional yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis perdarahan setelah berhubungan intim. Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai kesehatan, keluarga, dan melakukan pemeriksaan. 

Adapun tes tambahan yang digunakan untuk mendiagnosis pendarahan postcoital ini dapat meliputi:

  • Tes kultur untuk infeksi.
  • Kolposkopi.
  • Biopsi endometrium.
  • Tes darah.
  • Tes kehamilan.
  • Biopsi pertumbuhan dan masa abnormal.

Kapan harus ke dokter?

Ada beberapa orang yang mengalami pendarahan postcoital yang parah. Kondisi ini adalah pendarahan terjadi secara terus-menerus setelah berhubungan seksual.

Berikut ini beberapa gejala yang harus kamu waspadai dan konsultasikan ke dokter:

  • Sensasi terbakar pada vagina atau vagina gatal.
  • Sakit perut intens.
  • Keputihan tidak normal.
  • Sensasi terbakar atau sakit saat buang kecil atau saat berhubungan seksual.
  • Mual, muntah, atau kurang nafsu makan.
  • Nyeri punggung bawah.
  • Sakit kepala atau pusing.
  • Gejala kandung kemih atau usus.
  • Kulit pucat.
  • Gejala usus atau kandung kemih.

Baca Juga: 4 Penyebab Vagina Basah, Gak Selalu karena Terangsang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya