9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutri

Tenang, ada solusinya, kok!

Tidak jarang pasangan mengalami masalah dengan kompatibilitas seksual dari waktu ke waktu. Bisa jadi karena stres, kesibukan, kelelahan dengan pekerjaan atau mengurus anak, atau faktor lainnya.

Beberapa pasangan bahkan ada yang terjebak dalam pernikahan tanpa seks atau keintiman selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Padahal, hilangnya keintiman bisa merusak hubungan.

Berikut ini beberapa perdebatan seputar seks yang sering dihadapi oleh para pasutri. Segera diatasi, ya!

1. Tidak punya waktu untuk berhubungan seks

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/EllyFairstyle

Antara pekerjaan, anak-anak, mengurus rumah tangga, dan tuntutan sosial akan berdampak pada tidak adanya waktu tersisa untuk satu sama lain, termasuk urusan seks. Bila ada waktunya bersama, kemungkinan cuma akan bersantai di sofa di depan televisi.

Padahal, seks adalah salah satu cara bagi pasangan untuk bisa terhubung secara fisik dan emosional, dan ini merupakan bagian penting dalam pernikahan.

Bila pasangan terlalu sibuk atau lelah, cobalah untuk alokasikan waktu untuk satu sama lain. Bila di rumah ada pembantu atau pengasuh anak, kamu dan pasangan bisa pergi berkencan, makan malam romantis, dan menutup hari dengan bercinta. 

Intinya, upayakan untuk bisa punya waktu berkualitas dengan pasangan demi menjaga cinta tetap membara. 

2. Mengalami seks yang membosankan

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/BaTik

Bukan hal yang aneh untuk merasakan kebosanan dalam kehidupan seks dengan pasangan, apalagi bila sudah menikah bertahun-tahun lamanya. Sebuah studi dalam jurnal BMJ Open tahun 2017 menunjukkan bahwa perasaan ini bisa datang lebih cepat pada perempuan.

Penelitian tersebut menemukan bahwa perempuan melaporkan kurangnya minat pada seks saat mereka menjalin hubungan selama lebih dari setahun. Seks dirasa hanya menyenangkan, tetapi tidak menggairahkan. Maka dari itu, pasutri harus mencoba hal-hal baru. Misalnya pakaian dalam baru, pijat, eksplorasi posisi seks, menonton film porno bersama, dan sebagainya.

3. Pasangan menginginkan seks terlalu sering

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/cottonbro

Sering kali laki-laki menginginkan seks yang lebih sering, meski tak jarang juga keinginan ini juga dimiliki perempuan.

Meski demikian, memang perempuan lebih menghargai hubungan emosional sebagai pemicu hasrat seksual. Perempuan lebih selaras secara emosional dalam hubungan. Mereka cenderung tidak ingin menjadi intim tapi terputus secara emosional dari pasangannya. 

Umumnya laki-laki menghargai makanan, seks, dan rasa hormat untuk bahagia dalam pernikahan, sementara perempuan menghargai keamanan dan segala sesuatu yang menyertai sisi emosional.

Baca Juga: 7 Posisi Cuddling Terbaik dengan Pasangan, Tingkatkan Kualitas Tidur

4. Seks itu menyakitkan

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutrifreepik.com/jcomp

Kadang ada alasan medis yang membuat seseorang tak nyaman dalam berhubungan seks. Pada perempuan, salah satunya adalah adanya vaginismus, yaitu ketika otot vagina kejang tanpa disengaja. Saat ini terjadi, hubungan seksual bisa menyakitkan.

Dalam hubungan heteroseksual, penis juga bisa terasa sakit saat berhubungan intim. Pasangan lelaki sering sulit untuk ereksi atau butuh penggunaan pelumas. 

Apa pun masalah seksual yang dirasakan pasangan, baik laki-laki maupun perempuan, baiknya bicarakan dengan pasangan dan konsultasi ke dokter agar masalah tersebut bisa segera ditangani.

5. Yang satu ingin siap secara emosional, yang satu ingin siap secara fisik

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/OdonataWellnesscenter

Satu pihak, biasanya perempuan, ingin terus merasa dekat secara emosional dengan pasangannya sebelum melakukan aktivitas seksual. Mungkin perempuan ingin menghabiskan waktu bersama, berbicara, dan memelihara aspek "persahabatan" dalam hubungan. 

Sementara pada laki-laki, mereka cenderung ingin merasa dekat dengan pasangannya secara fisik, termasuk sentuhan seksual, sensualitas, kasih sayang, atau perilaku menggoda lainnya. 

Yang terjadi kemudian adalah lingkaran setan. Bila seorang laki-laki memulai aktivitas seks dan perempuan menolak karena merasa jauh secara emosional, ia bisa menjadi terluka. Sang istri bisa menarik diri, menjadi tak tertarik secara fisik.

Saat itulah pasangan harus menemukan jalan tengah. Satu pihak harus membuat pasangannya merasa dihargai, dan lainnya perlu menunjukkan kasih sayang secara fisik. Intinya, hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling mengerti.

6. Satu pasangan ingin seks secara spontan, yang lainnya ingin terjadwal

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/KetutSubiyanto

Pasangan spontan mengasosiasikan seks yang baik dengan pendekatan saat sedang ingin atau horny. Di sisi lain, ada yang suka seks secara terjadwal.

Beberapa pasangan tidak senang dengan spontanitas karena banyak hal yang perlu dipersiapkan. Misalnya rutinitas bangun pagi, mengurus keperluan pasangan bekerja dan/atau anak sekolah, dan sebagainya.

Intinya, pasangan harus mencari jalan tengah dan menemukan waktu terbaik untuk berhubungan seks. Pada kasus ini, quickie bisa, lho, dicoba!

7. Ada perdebatan, sehingga salah satu pasangan tidak menginginkan seks

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/KetutSubiyanto

Perdebatan tentang rumah yang berantakan setelah seharian lelah bekerja, lupa bayar listrik, lupa membeli keperluan rumah tangga, dan sebagainya bisa bikin kesal dan memadamkan hasrat seksual. Bahkan, bila salah satu pasangan sudah lupa akan konflik tersebut, pasangan satunya mungkin masih merasa kesal. 

Banyak pasangan yang tak mau berhubungan seks (sebagai bentuk hukuman) atas tindakan tertentu yang dilakukan. Padahal, ini tidak sepenuhnya baik apalagi jika sering terjadi.

Pada kasus ini, pasangan harus berusaha untuk lebih menghormati dan berlaku baik antara satu sama lain terlebih dulu, kemudian keintiman seksual bisa dibangun dan berkembang. Mungkin seks akan sangat membantu dalam membangun komunikasi yang lebih baik lagi.

8. Selalu satu pihak yang memulai

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi Pasutripexels.com/AdrewNeel

Kebencian bisa terjadi jika salah satu pasangan merasa selalu yang punya inisiatif untuk memulai hubungan intim. Ini timbul dari adanya pemikiran bahwa bila dirinya tidak memulai, maka seks tidak akan pernah terjadi. Lalu, apa dampaknya? Pihak inilah yang tentunya akan merasakan sedihnya penolakan.

Tentunya hal tersebut membuat pasangan merasa tak diinginkan. Makanya, perlu diterapkan pola pikir untuk sama-sama bisa memulai inisiatif. 

9. Tidak adanya sinkronisasi

9 Perdebatan seputar Seks yang Sering Dihadapi PasutriPexels.com/Pxabay

Yang satu ingin bicara kotor saat berhubungan dan yang satu lagi mudah jijik atau tak menyukainya. Yang satu ingin mencoba bereksperimen dengan hal baru, misalnya sex toy, sedangkan yang satu lagi ingin seks secara tradisional saja.

Sering kali pasangan mengasosiasikan cinta dengan menginginkan hal yang sama. Jadi, jika pasangan menginginkan sesuatu selain yang kamu inginkan, itu bisa terasa menakutkan. Ibaratnya seks itu seperti makan. Kamu bisa memiliki selera yang berbeda, tetapi tetap harus menemukan cara untuk bisa menikmati makan bersama.

Hal lainnya adalah ketidaksinkronan atas libido, kehidupan seks yang telah berubah, sehingga pasutri kehilangan semangat. Tentunya ini bisa mengganggu keharmonisan. Yang penting adalah menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan.

Itulah beberapa perdebatan seputar seks yang sering dihadapi pasutri. Bicarakan apa yang kamu rasa mengganjal atau perlu diperbaiki dengan pasangan. Bila dibutuhkan, apalagi jika kamu dan pasangan terus berkonflik, konsultasilah dengan terapis atau konsultan pernikahan untuk menjembatani dan membantu mengatasi konflik tersebut.

Baca Juga: 7 Kode Seksual Terbaik untuk Pasangan saat Terangsang

Basri W Pakpahan Photo Verified Writer Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya