ilustrasi testis dan penis (pexels.com/Deon Black)
Baik klamidia maupun gonore (dan kebanyakan infeksi menular seksual lainnya) berisiko komplikasi. Infeksi yang dibiarkan terlalu lama, akan membuat penderita lebih rentan terhadap penyakit menular seksual lain, seperti HIV.
Pada laki-laki, infeksi klamidia atau gonore berisiko menyebabkan infeksi testis atau epididimitis. Hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah bakteri dan menyebar hingga ke masing-masing bagian testis.
Selain itu, infeksi kelenjar prostat atau prostatitis juga dapat terjadi. Kondisi ini menyebabkan cairan tambahan saat ejakulasi. Akibatnya, ejakulasi atau kencing terasa sakit, hingga memicu demam dan nyeri di punggung bawah.
Pada perempuan, perbedaan klamidia dan gonore dari segi risiko gak terlalu ketara. Keduanya dapat memicu penyakit radang panggul, yakni ketika rahim atau saluran tuba mengandung infeksi dari bakteri. Jika gak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan reproduksi.
Klamidia dan gonore juga dapat memicu kehamilan ektopik, yakni keadaan sel telur yang telah dibuahi menempel pada jaringan di luar rahim. Selain itu, infeksi menular seksual dapat diturunkan dan berisiko tinggi mengalami infeksi mata serta pneumonia pada bayi yang dilahirkan.
Perbedaan chlamydia dan gonore gak begitu signifikan, selain pada bakteri penyebab dan pengobatannya. Nah, yang perlu diperhatikan adalah menerapkan seks aman dan sehat guna menghindari infeksi dan penularan.