Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Gagal yang Jadi Hebat dengan Satu Perubahan Kecil

film In Time (dok. 20th Century Studio/In Time)
film In Time (dok. 20th Century Studio/In Time)
Intinya sih...
  • Ada beberapa film gagal yang sebenarnya punya potensi besar.
  • Aliens (1986) dan Grease 2 bisa lebih kuat secara emosional dengan sedikit penyesuaian karakter dan keputusan casting.
  • Deadpool di X-Men Origins: Wolverine dan Mary Corleone di The Godfather Part III dianggap merusak tone film dengan penampilan yang tidak tepat.

Setiap sineas tentu ingin menciptakan film yang dikenang sepanjang masa. Namun, kenyataannya tidak semua film bisa memenuhi ekspektasi penonton. Bahkan karya dengan premis menjanjikan, sutradara terkenal, atau aktor populer pun bisa berakhir mengecewakan. Tetapi, hal yang paling menyakitkan adalah ketika penonton sadar bahwa film tersebut sebenarnya punya potensi besar.

Beberapa film berikut bukanlah sekadar gagal, tapi gagal padahal bisa jadi bagus. Dengan sedikit penyesuaian baik dari segi karakter, jalan cerita, atau keputusan casting, film-film ini mungkin akan dikenang sebagai mahakarya, bukan sebagai bahan olok-olok di forum penggemar. Kira-kira apa saja film gagal yang jadi hebat dengan satu perubahan kecil?

1. Alien 3 (1992)

film Aliens 3 (dok. 20th Century Studio/Aliens 3)
film Aliens 3 (dok. 20th Century Studio/Aliens 3)

Film Aliens (1986) sukses besar karena memperkuat karakter Ellen Ripley dengan memberi dia keluarga baru seperti Hicks, Bishop, dan Newt. Para penonton akhirnya melihat Ripley tidak lagi sendirian dan ada harapan serta emosi yang tumbuh di antara mereka. Namun, Alien 3 langsung menghancurkan semua itu dalam menit-menit pertama.

Ketiga karakter penting tersebut dibunuh tanpa ampun sehingga membuat akhir yang emosional dari film sebelumnya jadi sia-sia. Kalau saja salah satu dari mereka terutama Newt tetap hidup, Alien 3 bisa lebih kuat secara emosional. Kehadiran Newt di penjara tempat cerita berlangsung akan membawa ketegangan dan drama yang lebih dalam.

Selain itu, penonton tidak perlu menyaksikan adegan tidak nyaman seperti autopsi anak kecil yang sebenarnya bisa dihindari. Ini adalah contoh bagaimana satu keputusan kecil bisa mengubah keseluruhan pengalaman menonton.

2. X-Men Origins: Wolverine (2009)

film X-Men Origins: Wolverine (dok. 20th Century Studio/X-Men Origins: Wolverine)
film X-Men Origins: Wolverine (dok. 20th Century Studio/X-Men Origins: Wolverine)

Film ini awalnya menjanjikan, dengan kesempatan mendalami masa lalu Wolverine dan memperkenalkan berbagai karakter mutan. Namun, film ini dirusak oleh penampilan buruk Deadpool versi awal yang justru kehilangan keunikan karakternya. Studio malah menjadikannya senjata eksperimental tanpa mulut yang membuat banyak penggemar komik kecewa berat.

Sebenarnya, solusi sederhana bisa menyelamatkan film ini yaitu keluarkan Deadpool dari cerita. Bahkan jika ingin mempertahankan karakter itu, lebih baik disimpan untuk film tersendiri yang bisa mengeksplorasinya dengan benar. Fokus pada konflik antara Wolverine dan Sabretooth sudah cukup menarik tanpa harus menambahkan elemen yang malah merusak.

3. Grease 2 (1982)

film Grease 2 (dok. Paramount Pictures/Grease 2)
film Grease 2 (dok. Paramount Pictures/Grease 2)

Sebagai sekuel dari film legendaris Grease, film ini sudah berat dari awal. Tapi sebenarnya Grease 2 punya potensi. Lagu-lagunya cukup menyenangkan dan Michelle Pfeiffer tampil memikat sebagai pemeran utama. Sayangnya, lawan mainnya, Michael Carrington yang diperankan oleh Maxwell Caulfield, tampil sangat lemah dan tidak meyakinkan sebagai tokoh utama pria.

Jika saja pemeran Michael diganti dengan aktor yang lebih karismatik dan bisa bernyanyi, film ini bisa lebih menyenangkan. Karakter utama dalam film musikal seharusnya punya kekuatan vokal dan kehadiran panggung yang kuat, bukan sekadar pelengkap dari pasangan mainnya. Ini adalah salah satu contoh bagaimana satu pemeran bisa meruntuhkan potensi sebuah film.

4. In Time (2011)

film In Time (dok. 20th Century Studio/In Time)
film In Time (dok. 20th Century Studio/In Time)

Premis In Time sangat menarik yakni waktu adalah mata uang dan orang harus bekerja untuk memperpanjang hidup mereka. Sayangnya, ide bagus itu berubah arah terlalu cepat. Film ini awalnya seperti kisah pribadi seorang pria yang difitnah, tapi kemudian berubah menjadi aksi penuh pesan sosial yang terlalu terburu-buru.

Seandainya film ini tetap fokus pada perjuangan pribadi Will untuk membersihkan namanya dan membongkar korupsi dari dalam, hasil akhirnya bisa jauh lebih kuat. Perubahan arah yang tiba-tiba menjadi aksi ala Robin Hood membuat pesan film terasa dipaksakan dan kehilangan kedalaman emosional. Terkadang, tetap sederhana bisa lebih berdampak.

5. The Godfather Part III (1990)

film The Godfather Part III (dok. Paramount Pictures/The Godfather Part III)
film The Godfather Part III (dok. Paramount Pictures/The Godfather Part III)

Sebagai penutup dari dua film legendaris, The Godfather Part III tidak berhasil memenuhi ekspektasi. Ceritanya terasa kurang bersemangat dan banyak aktor terlihat tidak sepenuh hati dalam perannya. Salah satu kelemahan terbesar film ini adalah karakter Mary Corleone yang diperankan oleh Sofia Coppola yang aktingnya lemah dan sering mencuri perhatian secara negatif.

Andai saja peran Mary tetap dimainkan oleh Winona Ryder seperti rencana awal, mungkin dinamika emosional film akan jauh lebih kuat. Kehadiran aktor yang tidak siap di peran penting bisa benar-benar merusak tone film, apalagi dalam trilogi yang sudah sangat dihormati. Terkadang, satu peran saja bisa menjadi perbedaan antara film biasa dan karya klasik.

Menonton film memang soal selera, tapi sebagian besar dari penonton bisa merasakan saat sebuah cerita tersandung oleh keputusan kecil yang keliru. Melihat kembali film gagal yang jadi hebat dengan satu perubahan kecil memberikan pelajaran tentang betapa pentingnya detail dalam proses kreatif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us