6 Film Paling Menyentuh tentang Kehidupan di Tengah Perang

Perang tak hanya tercatat dalam sejarah sebagai deretan pertempuran besar, tapi juga sebagai rangkaian kisah manusia yang mencoba tetap hidup di tengah kekacauan. Banyak film telah mengangkat sisi kemanusiaan dari masa-masa konflik ini, bukan dari perspektif para jenderal atau tentara di medan laga, melainkan dari mereka yang terjebak di antara kehancuran.
Lewat cerita-cerita yang menyentuh, film-film ini memperlihatkan bagaimana perang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Dari laboratorium ilmuwan hingga kamp pengungsian, berikut deretan film paling menyentuh yang menggambarkan kehidupan di masa perang.
1. The Imitation Game (2014)

Film ini mengangkat kisah nyata Alan Turing, seorang ilmuwan jenius asal Inggris yang berjasa besar dalam memecahkan kode rahasia milik Nazi selama Perang Dunia II. Diperankan oleh Benedict Cumberbatch, Turing digambarkan sebagai sosok yang canggung namun brilian. Ia menciptakan mesin pemecah sandi yang kelak dikenal sebagai cikal bakal komputer modern.
Meski tak terjun langsung ke medan perang, kontribusinya sangat menentukan jalannya kemenangan Sekutu. Di balik pekerjaan rahasianya, kita diperlihatkan sisi pribadi Turing yang kompleks. Mulai dari kehidupan sosialnya hingga konflik batin yang ia alami sebagai seorang gay di masa di mana orientasi seksual seperti itu dianggap kriminal.
Film ini memperlihatkan bahwa kehidupan di masa perang bukan hanya soal pertempuran di garis depan, tapi juga perjuangan intelektual dan emosional dari orang-orang di belakang layar.
2. Oppenheimer (2023)

Disutradarai oleh Christopher Nolan, Oppenheimer menggambarkan proses penciptaan senjata paling mematikan dalam sejarah yakni bom atom. Cillian Murphy memerankan J. Robert Oppenheimer, ilmuwan Amerika yang memimpin Proyek Manhattan selama Perang Dunia II.
Film ini tidak menampilkan aksi peperangan secara langsung, melainkan berfokus pada ketegangan moral dan dilema etis dalam menciptakan alat penghancur massal. Oppenheimer menyuguhkan potret kehidupan di masa perang dari sudut pandang ilmuwan yang terisolasi, yang harus mempertanyakan makna dari temuannya sendiri.
Setelah bom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, sang ilmuwan justru dihantui rasa bersalah dan dikucilkan. Film ini adalah pengingat bahwa perang tak hanya merenggut nyawa, tapi juga jiwa dan prinsip para pencipta sejarah.
3. Downfall (2004)

Downfall mengambil latar di hari-hari terakhir Adolf Hitler menjelang kekalahan Nazi di Berlin. Bruno Ganz membawakan peran Hitler dengan begitu intens, memperlihatkan sosok diktator yang semakin paranoid dan kehilangan kendali. Berlatar di dalam bunker bawah tanah, film ini mengupas kehancuran para petinggi Nazi ketika menyadari mimpi mereka akan runtuh.
Alih-alih menampilkan pertempuran besar, Downfall lebih fokus pada suasana batin para tokoh yang hidup dalam tekanan luar biasa. Film ini memberikan gambaran bagaimana perang menghancurkan bukan hanya kota, tapi juga psikologi manusia. Kita diajak menyaksikan kekacauan, kebingungan, dan rasa takut dari orang-orang yang dulu merasa berkuasa.
4. Civil War (2024)

Berbeda dari film perang konvensional, Civil War adalah fiksi tentang perpecahan di Amerika Serikat masa depan yang dilanda perang saudara. Namun, film ini tidak berisi adegan aksi nonstop. Fokus utamanya adalah sekelompok jurnalis dan fotografer perang yang berusaha mencapai Washington DC untuk mewawancarai presiden sebelum ibukota dikepung.
Lewat lensa para wartawan, kita melihat betapa hancurnya kehidupan sehari-hari saat konflik bersenjata meletus, dari kekurangan air hingga ketegangan sosial yang mengancam nyawa. Sutradara Alex Garland mengajak penonton memahami pentingnya peran media dalam masa krisis serta risiko besar yang mereka ambil demi menyampaikan kebenaran.
5. Testament of Youth (2014)

Diadaptasi dari memoar Vera Brittain, Testament of Youth menyoroti pengalaman perempuan Inggris selama Perang Dunia I. Alicia Vikander memerankan Vera, mahasiswi yang memilih menjadi perawat perang. Ketika saudara dan teman-temannya pergi ke medan tempur, ia justru menghadapi penderitaan dari sisi lain yakni menerima kabar buruk tentang mereka satu per satu.
Film ini menggambarkan bagaimana perang memaksa anak-anak untuk tumbuh dewasa secara tiba-tiba, meninggalkan impian dan masa muda mereka. Dengan emosi yang halus namun kuat, Testament of Youth memperlihatkan betapa besarnya beban yang dipikul para perempuan di garis belakang selama perang.
6. First They Killed My Father (2017)

Disutradarai oleh Angelina Jolie, film ini mengangkat kisah nyata Loung Ung, seorang gadis kecil yang selamat dari kekejaman rezim Khmer Merah di Kamboja pada 1970-an. Saat perang sipil pecah, keluarganya yang hidup nyaman harus melepaskan segalanya dan melarikan diri. Mereka kemudian dipisah dan dikirim ke kamp kerja paksa.
Melalui mata anak-anak, film ini menampilkan horor perang dan genosida secara jujur dan memilukan. Setiap adegan mencerminkan penderitaan, ketakutan, dan kehilangan yang dirasakan ribuan keluarga pada masa itu. First They Killed My Father adalah peringatan tragis bahwa perang bukan hanya soal senjata, tapi juga tentang hancurnya kehidupan manusia secara perlahan.
Keenam film ini menunjukkan bahwa perang bukan sekadar pertempuran di garis depan, tapi juga perjuangan batin dan kehilangan yang dialami oleh mereka yang hidup di tengah-tengahnya. Dari semua kisah menyentuh itu, manakah yang paling membekas di hatimu?