7 Film yang Diskusikan Trauma Masa Kecil, Korban Sering Tak Sadar

Pernah dengar trauma masa kecil atau yang dikenal pula dengan istilah childhood trauma? Belakangan ia jadi isu yang cukup ramai diperbincangkan di berbagai platform. Ini beriringan dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental.
Sebenarnya apa, sih, artinya? Melansir sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat, Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA), trauma masa kecil terbentuk ketika seorang anak (usia 1—17 tahun) mengalami kejadian mengerikan.
Ada beberapa kriteria kejadian yang disebut SAMHSA, yakni berada di lingkungan yang toksik (memiliki orangtua pecandu alkohol dan narkoba, menjadi korban pelecehan seksual, korban KDRT, dieksploitasi secara ekonomi); menyaksikan peristiwa mengerikan atau berkaitan dengan kekerasan (kecelakaan, bencana alam, perang, terorisme); diabaikan orangtua atau wali serta merasakan kehilangan mendadak (orangtua yang meninggal tiba-tiba, perceraian); dan lain sebagainya.
Trauma masa kecil lebih kompleks karena sering kali tidak terdeteksi. Ini karena anak cenderung belum mampu mengekspresikan perasaan mereka sefasih orang dewasa. Pada akhirnya, anak-anak cenderung menyalahkan diri sendiri ketika terjadi hal-hal mengerikan di luar kendali mereka (self-blaming). Tak jarang mereka mencoba mengubur memori buruk tersebut menggunakan imajinasi atau skenario tertentu (denial).
Dampaknya akan mulai terlihat pada usia remaja dan dewasa. Tak sedikit yang akan terjerumus dalam pusaran kekerasan, pelecehan, hingga penyalahgunaan narkoba dan alkohol.
Untuk itu, kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangani trauma masa kecil sudah waktunya dipromosikan. Ini yang dilakukan beberapa sineas lewat karya mereka.
Kamu bisa coba mengasah empati dan kepekaanmu lewat tujuh judul film di bawah. Mengingat isunya sensitif dan bisa saja memicu memori masa lalumu sendiri, pastikan kamu menyikapinya dengan bijak.
1. Mysterious Skin (2004)

Tokoh sentral dalam Mysterious Skin adalah Neil yang diperankan Chase Ellison saat kecil dan Joseph Gordon-Levitt saat sudah masuk usia remaja dan dewasa. Saat kecil, Neil yang polos mengagumi guru olahraganya yang ia anggap sebagai figur ayah. Namun, sang guru mengkhianati kepercayaan Neil dengan melecehkannya beberapa kali.
Tanpa ia sadari, ini berdampak pada keputusan-keputusan yang ia ambil saat dewasa. Akibat pelecehan itu, Neil percaya bahwa ia ditakdirkan untuk memuaskan hasrat seksual pria yang lebih tua darinya. Bahkan, ia tak melakukannya untuk uang.
Pada waktu bersamaan, sutradara Gregg Araki memperkenalkan penonton kepada sosok Brian, remaja yang terobsesi kepada alien. Namun, sebenarnya juga punya cerita masa lalu yang mirip dengan Neil.
Terlepas dari isunya yang sensitif, tidak ada adegan vulgar di dalam film ini. Meski begitu, intensitas dan rasa tak nyaman bisa tetap dirasakan penonton saat menyusuri terowongan memori Neil dan Brian.
2. Dalva (2022)

Dalva adalah film Belgia arahan sutradara Emmanuelle Nicot. Judulnya diambil dari nama sang lakon, seorang bocah perempuan yang percaya bahwa dirinya bukan anak-anak. Ia berpakaian dan bertingkah layaknya orang dewasa.
Ini membuatnya dianggap aneh dan bermasalah di sekolah. Hingga pemerintah pun melakukan intervensi dengan memisahkannya dari sang ayah yang selama ini membesarkannya.
Saat tinggal di fasilitas pemerintah, Dalva bertemu dengan orang-orang baru dan suportif yang menyadarkannya akan banyak hal. Sama dengan Brian dan Neil, karakter Dalva juga diceritakan sedang mengalami fase denial.
3. The Perks of Being a Wallflower (2012)

Charlie (Logan Lerman) diceritakan masuk ke SMA baru. Di sana ia bertemu dengan dua teman baru, Sam dan Patrick.
Semua berjalan normal. Mereka saling membantu dan bersenang-senang sampai satu per satu mulai membuka diri mereka.
Sam pernah jadi korban pelecehan seksual rekan kerja ayahnya, sementara Patrick yang memiliki orientasi seksual berbeda tidak diterima ayahnya. Sementara, Charlie masih menutup diri hingga depresinya kambuh dan hampir membahayakan dirinya sendiri.
4. Honey Boy (2019)

Honey Boy ditulis dan dibintangi sendiri oleh aktor Shia LaBeouf. Ceritanya cukup personal karena terinspirasi dari pengalamannya sebagai aktor cilik. Dirinya diperankan Noah Jupe, sementara LaBeouf memerankan ayahnya.
Di sini LaBeouf mencoba menggambarkan pengalaman masa kecilnya yang pahit. Saat kecil, ia dieksploitasi secara ekonomi oleh sang ayah. Ia diabaikan dan tidak mendapat dukungan emosi yang cukup.
5. Nope (2022)

Nope sebenarnya mengangkat banyak isu. Trauma masa kecil jadi salah satu yang dapat porsi. Isu itu diceritakan lewat karakter Jupe (Steven Yeun), seorang mantan aktor cilik yang pernah menyaksikan kengerian saat menjadi bagian dari pertunjukan simpanse.
Ia yang selamat dari kejadian itu mencoba menutup rapat-rapat terowongan memorinya. Namun, sebesar apa pun upayanya, selebar apa pun senyumnya, dan seberapa kerasnya ia menyakinkan diri bahwa ia baik-baik saja, otaknya berkali-kali mengulang adegan brutal tersebut.
6. By the Grace of God (2018)

By the Grace of God mencoba mengulik kehidupan para korban pelecehan tokoh agama di Prancis. Pada 2010-an, para korban tersebut sudah masuk usia dewasa. Banyak dari mereka yang sudah membina rumah tangga, tetapi tak sedikit yang ternyata kesulitan membangun hubungan karena trauma masa kecil mereka.
Terlihat jelas sejumlah korban mengalami fase denial. Beberapa bahkan mengidap berbagai gangguan psikologis hingga fisik. Ini diperparah pula dengan tekanan maskulinitas yang membuat banyak korban memilih memendam pengalaman buruk itu rapat-rapat.
7. When It Melts (2023)

Film dimulai dengan sosok perempuan dewasa bernama Eva, yang lebih suka menyendiri ketimbang bergaul dengan orang-orang seusianya. Usai pulang kerja, ia tak sengaja melihat notifikasi invitasi reuni di media sosial.
Agak ragu, Eva akhirnya datang benar ke acara yang diadakan di desa tempatnya pernah tinggal saat kecil. Di sana memori-memori lamanya mulai tersibak. Bagaimana ia menghancurkan dirinya sendiri hanya untuk dapat penerimaan dari dua sahabat laki-lakinya tergambar perlahan-lahan.
Mengupas isu trauma masa kecil bukan hal mudah. Namun, bukan berarti membicarakannya dianggap tabu. Dengan tujuh film tadi, kamu bisa memulai menghidupkan ruang-ruang diskusi perkara trauma masa kecil.