Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Kamu Harus Nonton Serial Heartstopper, Ratingnya Sempurna!

Kit Connor dan Joe Locke dalam serial Heartstopper (dok. Netflix/Heartstopper)

Komitmen Netflix dalam menghadirkan serial remaja berkualitas patut diacungi jempol. Setelah mencuri perhatian lewat Sex Education, Never Have I Ever, hingga Young Royals, Netflix kembali memanjakan penonton mudanya dengan merilis Heartstopper.

Tayang sejak 22 April lalu, Heartstopper berhasil trending berkat alur ceritanya yang menggemaskan. Bagaimana tidak, romansa antara Charlie Spring (Joe Locke) dan Nick Nelson (Kit Connor) yang berawal dari teman sebangku bikin senyum-senyum sendiri.

Eits, bukan hanya romansanya saja yang membuat serial ini unggul dari para pesaingnya. Ulasan di bawah ini dijamin bakal membuatmu semakin kepo sama Heartstopper, deh!

1. Diangkat dari Webtoon dan novel grafis populer karya Alice Oseman

novel grafis Heartstopper karya Alice Oseman (instagram.com/waterstoneslincoln)

Sebelum membuat Heartstopper, Alice Oseman dikenal lewat novel perdananya yang berjudul Solitaire (2014). Kesuksesan novel tersebut melahirkan sejumlah karya yang berada dalam universe serupa, salah satunya Heartstopper.

Webtoon tersebut menghadirkan sosok Charlie Spring, adik dari karakter utama dalam Solitaire yang bernama Tori Spring. Selain Webtoon, Heartstopper juga dibuat dalam format novel grafis, lho.

Perilisannya disambut antusias, sampai-sampai volume pertamanya terjual jutaan kopi. Kamu sendiri termasuk penggemar karya-karya Oseman, gak?

2. Menggandeng Euros Lyn sebagai sutradara

Kit Connor dalam serial Heartstopper (dok. Netflix/Heartstopper)

Supaya lebih setia kepada Webtoon dan novel grafisnya, penulisan naskah Heartstopper pun dipercayakan kepada Alice Oseman. Ia bahkan mengaku terinspirasi dari pengalaman pribadinya dalam mengembangkan plot serialnya ini.

Sejalan dengan visi Oseman, See-Saw Films, selaku rumah produksi, menggaet Euros Lyn sebagai sutradara. Nama Lyn mungkin belum sementereng sutradara lain asal Britania Raya, seperti Kenneth Branagh dan Danny Boyle.

Namun, sebelum menggarap Heartstopper, Oseman pernah mengarahkan serial keren Netflix lainnya, yakni Daredevil (2015-2016). Bahkan, Dream Horse (2020), film panjang keempat arahannya, mendapat skor sebesar 89 persen di Rotten Tomatoes.

3. Menampilkan akting yang natural dari para aktor pendatang baru

William Gao dan Yasmin Finney dalam serial Heartstopper (dok. Netflix/Heartstopper)

Tak seperti serial remaja lainnya, Heartstopper memasang deretan aktor berusia antara 18-22 tahun sebagai pemain inti. Kehadiran mereka tak hanya membawa angin segar, tapi juga membuat serial ini terasa lebih natural.

Dua karakter utamanya, Charlie Spring dan Nick Nelson, diperankan oleh Joe Locke dan Kit Connor. Tak seperti Locke yang baru terjun ke dunia akting, Connor telah membintangi sejumlah film dan serial populer, seperti Rocketman (2019) dan His Dark Materials (2019-sekarang).

Tak hanya Locke, Heartstopper juga merupakan peran besar pertama bagi William Gao (Tao Xu), Yasmin Finney (Elle Argent), Corinna Brown (Tara Jones), Kizzy Edgell (Darcy), Tobie Donovan (Isaac), Rhea Norwood (Imogen), dan Cormac Hyde-Corrin (Harry). Masih belum cukup?

Serial ini juga dibintangi oleh Sebastian Croft (Game of Thrones) dan Olivia Colman! Yap, aktris peraih Oscar tersebut tampil sebagai Sarah Nelson, ibu Nick (Kit Connor).

4. Mengangkat beragam tema, mulai dari orientasi seksual hingga kesehatan mental

Kit Connor dan Joe Locke dalam serial Heartstopper (dok. Netflix/Heartstopper)

Tak melulu romansa, Heartstopper semakin berbobot berkat sejumlah isu penting yang diangkat. Salah satunya yakni orientasi seksual sejumlah karakternya.

Selain Charlie Spring yang sedari awal telah coming out sebagai homoseksual atau gay, serial ini mempunyai Nick Nelson dan Tara Jones yang masih struggling dengan orientasi seksualnya.

Di sisi lain, Charlie pun sedang mengatasi bullying yang dilakukan oleh Harry. Seakan belum cukup, gaslighting yang dilakukan sang mantan pacar, Ben Hope (Sebastian Croft), juga semakin membuat rasa percaya dirinya rendah.

Tak ketinggalan, ada Elle Argent, teman Charlie yang pindah ke sekolah khusus perempuan setelah mengaku sebagai transgender. Di sana, Elle kesulitan mencari teman sebelum bertemu dengan Tara dan Darcy.

5. Pengembangan karakternya juara!

Kit Connor dan Joe Locke dalam serial Heartstopper (dok. Netflix/Heartstopper)

Isu-isu penting yang diangkat tersebut mampu tersampaikan dengan baik berkat pengembangan karakter yang sempurna dari Alice Oseman. Contohnya adalah Nick Nelson yang masih meraba-raba tentang orientasi seksualnya.

Setelah melalui beberapa proses, ia pun bisa mengambil kesimpulan tentang orientasi seksualnya dan sikap terkait hubungannya dengan Charlie. Begitu pun dengan Charlie yang merasa rendah diri akibat bullying dan gaslighting yang menimpanya.

Setelah sekian lama diam, Charlie pun akhirnya berani untuk membela dirinya sendiri. Proses-proses penting yang kerap dilupakan oleh serial remaja lainnya tersebut, berhasil disulap Heartstopper menjadi sesuatu yang edukatif.

6. Representasi LGBT yang mendapat pujian dari kritikus

Selain character development yang ciamik, penggunaan warna dalam sejumlah adegan pun turut memperkuat representasi LGBT dalam Heartstopper. Euros Lyn memahami betul hal tersebut dengan menyelipkan warna pelangi dalam sejumlah adegan.

Bila kamu memperhatikan, properti seperti lampu disko hingga payung dengan cerdas digunakan sang sutradara sebagai simbol orientasi seksual para karakternya. Bahkan, demi membawa nuansa komikal, ia menyelipkan beberapa animasi yang melambangkan perasaan dari tokoh-tokoh di dalamnya.

Dengan character development dan pemahaman yang baik dari para pembuatnya tersebut, tak heran jika Heartstopper mendapat pujian dari kritikus. Terutama, terkait representasi LGBT yang diusungnya.

Gimana, enam alasan di atas sudah cukup meyakinkanmu untuk menonton Heartstopper, kan? Durasi dan jumlah episode yang minim juga menjadi alasan serial ini sayang banget untuk kamu lewatkan. Bahkan, Rotten Tomatoes memberikan serial ini rating sempurna, yakni 100 persen, lho!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us