Alasan One Ok Rock Langgeng, Hampir Dua Dekade Bermusik

Di tengah meredupnya popularitas genre rock dan alternatif pada umumnya, tiket konser One Ok Rock di beberapa negara, termasuk Indonesia berhasil terjual habis. Ini tanda bahwa band yang aktif sejak pertengahan 2000-an ini masih punya penggemar setia. Bahkan berhasil menggaet penggemar yang lebih muda.
Sepuluh album adalah bukti antusias penggemar yang masih tinggi. Meski belum bisa mengalahkan popularitas musisi Barat, pencapaian band Jepang yang satu ini bisa dibilang yang paling mencolok di Asia. Apalagi mereka mengusung genre yang dianggap mulai ditinggalkan. Apa yang menjadi alasan atas kelanggengan dan kesuksesan One Ok Rock hingga kini? Simak selengkapnya di artikel ini!
1. Menemukan niche di industri musik berkat keberanian mereka mempertahankan genre rock

One Ok Rock memang tak sepopuler boy group Korea dan musisi pop Barat, tetapi dengan keteguhan hati mereka untuk bertahan di genre rock dan alternatif, keempatnya mampu menemukan niche atau segmen khusus di pasar musik internasional. Ini pula membuat penggemar lawas mereka yang sudah mengenal Taka, dan kawan-kawan sejak 2000-an bertahan.
Penggemar baru pun bermunculan karena merasa beresonansi dengan genre yang mereka usung. Ada elemen nostalgic yang mereka tawarkan. Itu secara tidak langsung mengingatkan kita pada kejayaan band-band rock 2000-an macam Linkin Park, My Chemical Romance, Limp Bizkit, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari mereka sudah bubar atau tak lagi aktif, One Ok Rock hadir sebagai satu dari sedikit penyintas persaingan industri musik yang berat itu.
2. Pesan yang kuat di lirik lagunya

Nilai tawar lain yang jadi kekuatan One Ok Rock adalah kepiawaian mereka meramu lagu yang relevan dengan anak muda. Ini membantu mereka menggaet penggemar dari era ke era. Mereka masih sering mengangkat tema-tema yang relevan untuk segala kalangan.
Misalnya saja coming-of-age yang menarik pendengar berusia remaja ("Stand Out Fit In", "We Are"); kesehatan mental yang jadi magnet untuk milenial dan gen Z ("Listen", "Be The Light", "Clock Strikes"); kisah cinta yang elegan ("One Way Ticket, "Wherever You Are", "Heartache"), kebebasan yang timeless dan relevan untuk segala usia ("Neon", "Wasted Nights", "I Was King", "Shake It Down").
Sama seperti Coldplay, lagu-lagu One Ok Rock bisa didengar siapa saja. Mereka tak pernah menyertakan sumpah serapah dan kosakata eksplisit. Lirik yang universal, bermuatan semangat dan positivity ini sering diklaim penggemar sebagai salah satu hal yang membuat mereka bertahan menghadapi kesulitan. Lewat lagu-lagunya, band kuartet ini mampu jadi teman dan penyelamat banyak orang di luar sana.
3. Energi mereka saat konser luar biasa, menular ke penonton

Satu lagi yang membuat One Ok Rock tak pernah kesulitan menjual tiket konsernya. Apalagi kalau bukan energi luar biasa yang mereka tularkan ke penonton saat tampil langsung. Vokal Taka sering dipuji sama persis dengan suaranya di lagu versi rekaman.
Saat membawakan lagu-lagu anthemic seperti "Renegades", "We Are", dan "Clock Strikes", vokalnya menggema ke seluruh sudut venue konser, diikuti dengan iringan nyanyian penonton yang membahana. Rasanya tak heran bila siapapun yang menikmati lagu-lagu mereka mendambakan bisa merasakan langsung keajaiban musik One Ok Rock. Tanpa gimmick dan drama, mereka murni hanya menawarkan musik yang menggerakkan hati.
Meski beberapa kritik menghujani lagu-lagu baru mereka yang mengindikasikan kecenderungan One Ok Rock menyasar pasar Amerika dan mendekat ke genre pop, bukan berarti perjuangan mereka selama hampir dua dekade sia-sia. One Ok Rock masih diminati dan sepertinya masih akan menggebrak dunia bertahun-tahun lagi.