Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui Film

Keduanya akan mengadaptasi novel Balada Si Roy ke film, lho

Jakarta, IDN Times - Pada 3 November 2020 lalu, IDN Pictures, production house di bawah naungan IDN Media, mengumumkan akan segera meluncurkan film perdananya, Balada Si Roy. Diadaptasi dari novel legendaris karya Gol A Gong, cerita Balada Si Roy telah memiliki banyak penggemar setia. Hal ini pula yang menjadi daya tarik bagi IDN Pictures untuk mengangkat kisah Balada Si Roy ke layar lebar.

Namun tentunya membuat sebuah film yang diadaptasi dari novel bukan hal yang mudah. Apalagi Balada Si Roy memiliki banyak penggemar. Fajar Nugros (Sutradara Film Balada Si Roy dan Head IDN Pictures) dan Susanti Dewi (Produser Film Balada Si Roy dan Head IDN Pictures) pun mengakui adanya tantangan tersendiri. “Penggemar Balada Si Roy akan pasang ekspektasi tinggi untuk filmnya,” ujar Nugros.

Lantas, bagaimana sebenarnya proses adaptasi yang dilakukan dari karya tulisan ke dalam bentuk film? Pada kesempatan kali ini, Nugros dan Santi akan membagikan pengalamannya.

1. Bagaimana menentukan layak atau tidaknya buku untuk difilmkan?

Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui Filminstagram.com/idnpictures

Menanggapi hal ini, baik Nugros maupun Santi sepakat bahwa keunggulan alur cerita menjadi unsur yang penting dimiliki buku yang akan diadaptasi menjadi sebuah film. “Utamanya, sebuah buku dianggap layak untuk difilmkan karena alur ceritanya menarik, lika-likunya yang mampu mencuri perhatian pembacanya. Pada intinya, pesan yang disampaikan oleh buku itu harus kuat, sehingga bila difilmkan, pesan yang kuat tersebut dapat diilhami oleh lebih banyak orang,” jelas Nugros.

Santi menambahkan, “Banyak pula pembaca yang ingin menikmati alur cerita dari novel favorit mereka dalam bentuk yang lebih nyata, yaitu visual. Tidak bisa dipungkiri, hal ini jugalah yang menantang sekaligus memotivasi kami untuk dapat merealisasikan ekspektasi penggemar. Daya tariknya, ‘kan, di situ.”

2. Perlukah membandingkan karya film dengan buku asalnya?

Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui FilmPexels.com/Donald Tong

Menurut Nugros, membandingkan hasil karya dengan wujud yang berbeda adalah suatu hal yang tak relevan. Ia menegaskan, “Harus ditanamkan bahwa sesungguhnya, buku dan film adalah dua media yang diwujudkan dengan cara yang berbeda, jadi jangan dibandingkan satu sama lain. Kendati demikian, IDN Pictures akan selalu berkomitmen untuk memproduksi film-film yang terjaga mutunya, baik dari sudut cerita, maupun teknisnya.”

3. Apakah ada elemen tertentu dalam buku yang harus diubah sebelum diangkat ke layar lebar?

Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui FilmIlustrasi Toko Buku (Book Store) (IDN Times/Anata)

Dalam memproses buku ke layar lebar, penyesuaian elemen pasti tak terhindarkan. Santi mengungkapkan, “Tentu ada elemen dari buku yang akan berubah. Biasanya, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan, ya: menyesuaikan durasi film, menyesuaikan penggambaran latar belakang. Misalnya, ‘Matanya sangat teduh bagai lautan biru’. Nah, ini, ‘kan, perlu penyesuaian agar esensi karakter dan cerita dari buku tetap dapat ‘hidup’ di dalam film.”

4. Mengapa film yang diadaptasi dapat memiliki daya tariknya sendiri?

Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui FilmPenonton menyaksikan pemutaran film saat simulasi pembukaan tempat hiburan bioskop New Star Cineplex di Ciamis Mall (Ci Mall), Ciamis, Jawa Barat, Rabu (2/12/2020) (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

Bagi keduanya, film yang diadaptasi memiliki daya tarik tersendiri karena biasanya, media audio visual dapat mewujudkan imajinasi pembacanya tentang karakter-karakter dan lokasi yang ada dalam suatu buku. “Kecintaan pembaca pada karakter dan cerita inilah yang dihidupkan ke layar bioskop, sehingga pembaca menjadi penonton yang bersama-sama merayakan jatuh bangun dan kesuksesan si tokoh dalam bukunya,” ujar Nugros.

5. Agar masyarakat semakin mengetahui proyek perdana IDN Pictures?

Fajar Nugros dan Susanti Dewi: Wujudkan Imajinasi Pembaca Melalui FilmIlustrasi Bioskop (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

“Tentu saja strategi pertama adalah memberitahu pada pembacanya bahwa buku yang mereka sukai, karakter yang mereka cintai, akan dihidupkan melalui sebuah media baru, yaitu film,” jawab Nugros. Perasaan excited dari para pembaca ini harus diikuti oleh kualitas film yang baik. Dengan demikian, film tersebut dapat menuai “kehebohan baru” dan dapat mengundang orang-orang yang bahkan belum mengetahui novel tersebut untuk ikut menonton filmnya.

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya