Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Saja Pelanggaran HAM yang Terjadi di One Piece?

perbudakan di One Piece (dok. Toei Animation/One Piece)

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) adalah tindakan yang meniadakan atau melanggar hak-hak dasar manusia yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau aparat negara. Pelanggaran HAM adalah masalah rumit yang sukar diatasi di berbagai belahan dunia sehingga kerap diangkat ke dalam karya fiksi, termasuk anime. One Piece adalah anime yang rajin menyoroti fenomena ini.

Melalui ceritanya, One Piece menghadirkan berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh para karakternya. Banyak korban terpaksa menanggung penderitaan akibat tindakan jahat yang merampas hak dasar mereka. Para korban pun harus merasakan kesengsaraan ini selama bertahun-tahun.

Lantas, pelanggaran HAM apa saja yang terjadi di One Piece? Bagaimana dampaknya terhadap para karakter yang menjadi korban? Berikut ceritanya.

1. Perbudakan

perbudakan di One Piece (dok. Toei Animation/One Piece)

Perbudakan adalah tindakan memiliki orang lain tanpa persetujuan orang tersebut. Para budak biasanya diperlakukan layaknya barang. Mereka dipaksa melakukan apa pun yang diminta tuan mereka tanpa imbalan.

Di dunia One Piece, perbudakan adalah kasus yang paling menyita perhatian menonton karena sering ditampilkan dan telah memakan banyak korban, sebut saja Boa Hancock, Koala, dan Fisher Tiger. Perbudakan sebenarnya sudah dilarang Pemerintah Dunia, tapi kasus ini terus berlanjut karena kekuasaan tertinggi dipegang oleh pelakunya sendiri, yaitu Tenryuubito.

Para Tenryuubito diizinkan bertindak sesuai kemauan mereka tanpa sanksi. Mereka boleh mengambil siapa pun yang mereka temui di jalan untuk dijadikan budak. Mereka pun tak segan melakukan apa pun kepada budaknya, termasuk menjadi kendaraan hidup mereka.

Para budak biasanya punya tanda berupa tapak kaki naga di tubuh mereka. Tanda ini diperoleh dengan cara menempelkan besi panas ke badan budak. Tanda ini tidak akan bisa hilang sehingga budak-budak yang berhasil kabur masih berstatus budak hingga akhir hayat mereka.

2. Penculikan manusia

pelelangan manusia di One Piece (dok. Toei Animation/One Piece)

Penculikan adalah tindak kejahatan yang dilakukan dengan cara menangkap dan mengurung seseorang. Penculikan selalu berimbas pada terampasnya kemerdekaan seseorang atas diri mereka. Para penculik selalu menempatkan korban dalam keadaan tak berdaya demi menggunakan korban untuk tujuan tertentu.

One Piece berkali-kali menceritakan soal penculikan manusia. Biasanya, para korban dibuat lemah karena tubuh mereka dipasangi borgol batu laut. Borgol ini mustahil dihancurkan oleh senjata apa pun. Ada juga korban yang dipasangi borgol yang siap meledak apabila mereka kabur atau membukanya secara paksa.

Biasanya, para korban penculikan akan langsung dijadikan budak oleh Tenryuubito. Korban juga sempat terlihat menjadi barang lelang di rumah pelelangan manusia. Harga mereka tergantung dari keunggulan atau ras mereka. Para bangsawan sangat senang mengajukan harga tinggi untuk memiliki para korban penculikan ini.

3. Genosida

Buster Call (dok. Toei Animation/One Piece)

Genosida merupakan tindak kejahatan berencana yang dilakukan untuk memusnahkan suatu kelompok masyarakat. Genosida berbeda dengan perang karena korban tidak punya kesempatan untuk melawan pelaku. Genosida digolongkan sebagai kejahatan internasional di dunia nyata.

Genosida sangat marak terjadi di dunia One Piece. Kejahatan ini tak hanya dilakukan oleh Pemerintah Dunia, tapi juga rakyat sipil. Nahasnya, korban genosida selalu berasal dari orang-orang yang tidak bersalah.

Buster Call adalah cara Pemerintah Dunia untuk melakukan genosida. Dengan Buster Call, Pemerintah Dunia bisa membombardir suatu daerah dengan ratusan meriam sampai tiada yang tersisa dari daerah tersebut. Pulau O’Hara adalah korban paling terkenal dari Buster Call.

Genosida lain terjadi di Flevance, sebuah negara di North Blue. Pada suatu masa, para penduduk Flevance terjangkit Amber Lead Syndrome yang telah memakan banyak korban. Para negara tetangga Flevance mengira Amber Lead Syndrome adalah penyakit menular, oleh karena itu mereka mengisolasi Flevance. Akan tetapi, penduduk Flevance berhasil lolos dari isolasi dan berusaha kabur ke negara tetangga. Para negara tetangga akhirnya bersatu dan membantai seluruh penduduk Flevance untuk mencegah penularan Amber Lead Syndrome.

Genosida juga sempat dilakukan untuk bersenang-senang. Para God’s Knight pernah bermain game dengan cara memburu masyarakat God Valley untuk mendapatkan poin. Semakin banyak masyarakat yang dibunuh, semakin besar poin mereka.

4. Diskriminasi

Hody Jones membenci manusia (dok. Toei Animation/One Piece)

Diskriminasi yaitu sikap membedakan dan memperlakukan suatu kelompok secara tidak adil. Diskriminasi berkaitan dengan ras, suku, hingga agama. Diskriminasi menyebabkan pihak-pihak tertentu mengalami kerugian dan tidak mendapatkan hak asasi yang seharusnya mereka dapatkan.

One Piece menggambarkan diskriminasi melalui kehidupan ras Manusia Ikan. Ras ini berbentuk hibrida manusia dan Ikan. Mereka tinggal Pulau Manusia Ikan, sebuah pulau di dasar laut yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Gara-gara kondisi fisiknya, para manusia menganggap Manusia Ikan bukan sebagai manusia, melainkan ikan. Padahal, Manusia Ikan sama seperti manusia pada umumnya. Mereka bahkan memiliki darah seperti ras manusia. Ini mengakibatkan manusia justru menganggap Manusia Ikan sebagai hewan peliharaan. Tak jarang mereka membeli Manusia Ikan di pasar gelap untuk menjadikannya budak atau peliharaan semata.

Para Manusia Ikan juga sering mendapat stigma buruk dari para manusia. Meskipun stigma tersebut belum tentu benar, para manusia sangat sulit untuk mengubah persepsi mereka karena stigma ini sudah diturunkan dari generasi terdahulu. Stigma ini berdampak pada hubungan manusia dan Manusia Ikan yang sulit akur.

Diskriminasi ini tak jarang menimbulkan konflik antar ras yang memperkeruh hubungan dua ras ini. Perdamaian mereka menjadi sulit dicapai. Akan tetapi, seiring zaman, selalu ada pihak yang berusaha mendamaikan hubungan manusia dan Manusia Ikan.

5. Eksperimen manusia

proyek Gigantifikasi di One Piece (dok. Toei Animation/One Piece)

Eksperimen manusia adalah eksperimen yang dilakukan para ilmuwan dengan melibatkan manusia sebagai subjek percobaan. Eksperimen manusia cenderung sering melanggar etika yang merugikan subjek percobaan sehingga menuai kontra banyak pihak. Eksperimen manusia sudah marak terjadi sejak dulu.

Di One Piece, eksperimen manusia dilakukan untuk menciptakan pasukan elit atau menelaah DNA dari suatu ras. Eksperimen ini melibatkan subjek-subjek yang dipaksa menjadi bahan uji coba. Contohnya adalah proyek Gigantifikasi, yaitu eksperimen untuk menjadikan anak-anak berukuran normal menjadi raksasa. Caesar Clown memberikan anak-anak tersebut NHC10, sebuah obat yang menyebabkan mereka mengalami pertumbuhan tubuh yang tak normal. Mereka akhirnya berubah menjadi raksasa meskipun masih anak-anak. Obat ini punya efek samping berupa ketergantungan dan sakit kepala ekstrem bila anak-anak itu tidak meminum obatnya. Semua anak yang menjadi subjek eksperimen ini terbukti dipaksa karena mereka pernah menangis dan memohon untuk diselamatkan oleh Nami.

Eksperimen manusia lain terjadi pada kuartet Vinsmoke yang menjadi subjek eksperimen sejak dalam kandungan. Eksperimen ini berhasil pada tiga orang, menyebabkan mereka punya kekuatan super meskipun harus kehilangan sisi manusia mereka. Sanji yang tak terpengaruh oleh eksperimen ini dianggap keluarganya sebagai kegagalan dan sering didiskriminasi.

Pemerintah Dunia juga melakukan eksperimen pada King, manusia yang berasal dari ras langka, Lunarian. Ras ini terkenal karena punya sayap hitam dan api membara di punggung mereka. Hasil eksperimen dari King digunakan untuk menciptakan Seraphim.

6. Kolonialisme

Suku Shandia melindungi tanah airnya (dok. Toei Animation/One Piece)

Kolonialisme adalah praktek penguasaan wilayah atau penduduk oleh negara asing untuk suatu tujuan. Para penjajah akan berusaha menguasai tanah jajahan untuk menetap di sana. Mereka berniat mengambil sumber daya dari tanah jajannya.

Dengan banyaknya orang jahat dan kuat di One Piece, tak jarang mereka datang ke suatu tempat hanya untuk menguasainya. Mereka akan mengambil hak milik dari tanah tersebut secara mutlak, serta bertindak layaknya diktator yang menakuti dan menyengsarakan rakyat. Biasanya, rakyat akan hidup di tengah ketakutan dan penderitaan selama bertahun-tahun.

Penjajahan terbesar yang pertama kali muncul di One Piece ada pada arc Skypiea. Enel berhasil menguasai Skypiea usai merebutnya dari Gan Fall dan memerintah pulau langit itu dengan tangan besi. Dengan kekuatan Mantra dan Goro Goro no Mi, Enel dapat memantau dan mengetahui perilaku penduduk. Siapa pun yang berani menghinanya atau melanggar aturannya, Enel tak segan memberi mereka serangan mematikan.

Enel beserta bawahannya juga berusaha mengambil alih Upper Yard, potongan pulau Jaya yang terlempar ke langit, dari Suku Shandia. Enel menganggap Upper Yard sebagai anugerah sehingga dia harus merebutnya demi menjadikannya simbol kekuasaan. Ini mengakibatkan perang panjang antara Suku Shandia dan para bawahan Enel.

Praktek penjajahan lain dilakukan oleh Kaidou di Wano. Kaidou menjajah Wano selama lebih dari 20 tahun karena bekerja sama dengan Orochi, shogun palsu dari Wano. Akibatnya, Kaidou mengubah Wano sebagai pabrik senjata yang mencemari lingkungan dengan limbah beracun, menyebabkan penduduk sulit mendapatkan akses makanan higienis dan air bersih. Kaidou juga mengklaim Wano sebagai markasnya dan menjadikan Onigashima sebagai pusat operasinya.

Para penduduk Wano harus rela hidup dalam penderitaan selama bertahun-tahun. Mereka tak mampu memberontak karena kekuatan Kaidou dan krunya yang luar biasa. Siapa pun yang berani memberontak, maka Kaidou tak segan membunuhnya atau memenjarakannya di Udon.

Berkat contoh-contoh di atas, One Piece sukses menyajikan beragam bentuk pelanggaran HAM yang merupakan refleksi dari kasus yang terjadi di dunia nyata. Melalui cerita tersebut, One Piece menggambarkan betapa kejamnya tindakan jahat seperti diskriminasi, perbudakan, hingga kolonialisme. Dengan adanya isu-isu ini di dalam cerita, One Piece seolah-olah mengajak penggemarnya untuk lebih sadar terhadap pentingnya hak asasi manusia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ken Ekaruz
EditorKen Ekaruz
Follow Us