Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alasan Harus Baca All the Light We Cannot See Sebelum Serialnya Rilis

All the Light We Cannot See (instagram.com/4thstatebooks)

All the Light We Cannot See adalah proyek terbaru 21 Laps Entertainment, rumah produksi di balik serial laris Stranger Things dan Shadow and Bone. Seperti Shadow and Bone, serial All the Light We Cannot See diadaptasi dari sebuah karya tulis fiksi alias novel berjudul sama karya Anthony Doerr.

Novel ini terbit perdana pada 2014 dan baru hits di kalangan influencer buku pada 2021. Popularitas itu pula yang bikin All the Light We Cannot See memikat rumah produksi untuk mengadaptasinya menjadi serial Netflix yang rilis November 2023 mendatang. Sebelum serialnya rilis di Netflix, rasakan sensasi membaca narasi memukau Doerr dalam novel All the Light We Cannot See ini, deh. Guna meyakinkanmu, ini tiga alasan kuat untuk mulai baca novel satu itu.

1.  Jenis novel yang ditulis dari banyak sudut pandang

All the Light We Cannot See (instagram.com/scribnerbooks)

All the Light We Cannot See fokus pada dua remaja beda bangsa yang bertemu pada satu momen. Mereka adalah Marie-Laure remaja perempuan difabel berkebangsaan Prancis serta Werner, tentara muda Jerman yang ditugaskan menyadap transmisi radio musuh. Cerita ditulis Doerr relatif linier, dimulai dengan perkenalan latar waktu, masuk ke introduksi dua lakon utamanya, kemudian urut hingga konflik dan resolusi. 

Doerr menggunakan kata ganti orang ketiga dan tak hanya fokus pada dua remaja ini. Ia menyelipkan beberapa bab yang fokus pada orang-orang di sekitar Marie-Laure dan Werner, seperti kerabat, teman kerja, bahkan atase militer yang membawahi Werner. Ini tipe novel yang membawamu menyelami beberapa cerita sekaligus, tetapi masih saling berkaitan dan relevan satu sama lain. Untuk penamaan tiap babnya, Doerr pun cukup kreatif. Ia kadang menggunakan nama karakter, latar tempat, hingga kata kerja. 

2. Novel sastra dengan sentuhan coming-of-age

All the Light We Cannot See (instagram.com/4thstatebooks)

Meski masuk kategori coming-of-age dengan karakter remaja, All The Light We Cannot See tidak sepenuhnya tepat bila dikategorikan novel young adult (YA). Beda dengan novel-novel fiksi sejarah YA karya Ruta Sepetys (Between Shades of Gray, Salt to the The Fountains of Silence, dan I Must Betray You) yang jelas menyasar pembaca muda dan pemula, buku fiksi Anthony Doerr lebih cocok dikategorikan novel sastra karena pilihan diksi dan studi karakternya yang lebih mendalam. 

All the Light We Cannot See bisa dibilang perpaduan antara YA dan novel sastra. Ini membuatnya cocok dibaca remaja dan dewasa. Tentu dengan beberapa trigger warning yang harus disikapi dengan bijak mengingat latar peperangannya yang mau tak mau brutal dan tragis. 

3. Gaya bercerita mengalir yang bikin 500 halaman terasa singkat

All the Light We Cannot See (instagram.com/4thstatebooks)

Pernahkah kamu menemukan buku yang transisi antar babnya kurang gereget? Kasus seperti itu tidak akan kamu temukan dalam All the Light We Cannot See. Doerr punya bakat meramu narasi yang mengalir bak sungai dengan diksi dan detail yang memukau. Meski setebal lebih dari 500 halaman, durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya relatif cepat karena ini. Istilah bahasa Inggrisnya, page turner, tipe buku yang bikin kamu ingin terus membalik halaman sampai tuntas. 

Doerr juga bisa jadi salah satu rujukan saat mencari penulis pria yang tidak menyertakan male gaze (cara pandang laki-laki yang mengobjektifikasi perempuan) dalam karyanya. Elemen romansa dalam novel ini pun dikemas tanpa keintiman fisik, fokus pada koneksi emosional yang elegan dan menghangatkan hati.

Keputusan Doerr untuk menutup novelnya dengan akhir yang di luar ekspektasi pembaca, mungkin dianggap sebagian orang sebagai kelemahan. Namun, di sisi lain, itulah justru meninggalkan bekas dalam benak pembacanya. Penasaran? Sebelum serialnya rilis, silakan baca dan buktikan dulu superioritas novel All the Light We Cannot See ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us