Cinta Laura Pernah Diperlakukan Gak Adil saat Jadi Pembicara Perempuan

Jakarta, IDN Times - Tepat pada Hari Kartini 2025, Cinta Laura mempersembahkan penampilan di panggung pementasan "Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini." Dalam acara yang berlangsung di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (21/4/2025) tersebut, Cinta Laura sukses membangun suasana emosional saat membacakan surat-surat RA Kartini.
Merasa bahwa keberanian Kartini dalam menyuarakan pikirannya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, Cinta pun menceritakan dirinya pernah merasa diremehkan sebagai seorang perempuan.
1. Curhat Cinta Laura pernah merasa diremehkan saat jadi pembicara di kampus

Cinta Laura menceritakan pernah merasa diremehkan sebagai seorang perempuan. Momen ini terjadi saat ia menjadi satu-satunya pembicara perempuan di sebuah universitas sekitar 2 atau 3 tahun lalu.
Menurut pengakuan Cinta, kala itu dia merasa bingung, karena alih-alih diajak duduk bersama para pembicara lainnya, justru digiring untuk duduk ke meja lain bersama para istri pembicara dan rektor.
"Bukan berarti para istri tidak luar biasa ya, saat saya mengobrol dengan istri-istri rektor dan juga para pembicara seminar, mereka pun punya banyak banget cerita menarik dan value yang luar biasa," kata Cinta saat ditemui di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025).
"Cuman, permasalahannya bukan aku diiring ke meja dengan istri-istri, permasalahannya kenapa aku sebagai pembicara tidak di meja yang sama dengan pembicara lain," lanjutnya.
Kendati demikian, Cinta kemudian mengambil inisiatif untuk duduk di meja pembicara dan menyapa bapak-bapak yang ada di meja tersebut. Namun, Cinta segera menyadari mereka jadi terlihat tidak nyaman.
2. Soroti keberanian Kartini dalam bersuara

Saat naik ke panggung, secara kebetulan Cinta Laura ditanya soal kesetaraan gender. Oleh karena itu, ia pun langsung menjadikan pengalaman yang baru dialaminya sebagai contoh.
"Akhirnya, situasi yang baru saja aku alami 15 menit sebelumnya, aku gunakan sebagai contoh di mana perempuan tidak diperlakukan dengan sama, tapi tentunya dilakukan dengan cara yang bijak dan baik."
Cinta melanjutkan, setelahnya rektor-rektor tersebut tampak merasa bersalah.
"Terlihat bahwa rektor-rektor tersebut merasa bersalah, karena yang mereka lakukan sebenarnya tidak adil dan sedikit aneh."
Meski begitu, Cinta tetap bersyukur karena perempuan yang hidup di masa sekarang sudah diberdayakan dengan pendidikan dan diberi pilihan untuk bersuara. Ia pun menyoroti keberanian Kartini dalam bersuara yang menurutnya masih sangat relevan saat ini.
"Yang masih sangat relevan dari Kartini adalah keberaniannya untuk menyuarakan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya. Aku percaya bahwa sepanjang sejarah, perubahan hanya terjadi saat kita konsisten menyuarakan sesuatu."
3. Cinta Laura konsisten bersuara melawan kekerasan dan pelecehan pada perempuan melalui platform-nya

Cinta Laura juga mengungkapkan keresahannya terkait banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan yang menyalahkan korban yang mayoritasnya adalah perempuan. Oleh karena itu, pemain film Devil on Top tersebut memutuskan untuk memberikan perlawanan dengan bersuara melalui platform yang dimilikinya dengan harapan perempuan bisa merasa aman.
"Aku rasa aku berusaha sekonsisten mungkin. Sudah 5 sampai 10 tahun terakhir melalui platform-ku, melalui teman-teman yang datang ke sini, aku akan selalu menyuarakan apalagi berbagi cara bagaimana kita bisa bebas dari kekerasan dan perempuan bisa merasa aman, nyaman, dan juga dihargai di mana pun mereka berada," pungkas Cinta.
Bertepatan dengan Hari Kartini, Cinta menyampaikan pesan untuk seluruh perempuan Indonesia agar tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
"Pesan yang aku ingin sampaikan ke wanita Indonesia adalah sadarlah bahwa kalian memiliki pilihan dalam hidup kalian. Jangan terpaku sama omongan orang lain. Jangan mau juga dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak membuat kalian nyaman." tutupnya.