6 Double Feature Film Terbaik dan Terburuk dari Sutradara yang Sama

- Jacques Audiard: A Prophet (2009) dan Emilia Pérez (2024)
- M. Night Shyamalan: The Sixth Sense (1999) dan The Last Airbender (2010)
- Francis Ford Coppola: Apocalypse Now (1979) dan Megalopolis (2024)
Pernahkah kamu merasa dikerjai oleh seorang sutradara saat nonton filmnya? Biasanya, ini terjadi karena kamu akhirnya menemukan semacam spektrum dari diri sang sutradara. Pada satu waktu, kamu dibikin terbuai dengan satu karyanya yang brilian. Namun, pada lain waktu, ekspektasimu hancur berkeping-keping saking buruknya film garapan sang sutradara. Sampai-sampai sulit buat percaya kalau dua film itu dibuat oleh orang yang sama.
Penasaran seberapa ekstrem spektrum kualitas film seorang sutradara? Coba kamu tonton enam pasang film terbaik dan terburuk yang bakal bikin kamu keheranan berikut ini, deh.
1. Jacques Audiard: A Prophet (2009) dan Emilia Pérez (2024)

Jacques Audiard adalah sutradara Prancis yang cukup tersohor. Pada debutnya 30 tahun lalu, Audiard langsung dapat nominasi Cesar Award (penghargaan film terbaik Prancis). Namanya makin meroket sepanjang akhir 90-an sampai 2010-an lewat film-film lain macam A Self-Made Hero, Read My Lips, A Prophet, The Beat That My Heart Skipped, dan Rust and Bone. Selain Cesar Award, Cannes Film Festival pun jadi tongkrongannya.
Namun, siapa sangka pada 2024, ia merilis Emilia Pérez yang dicap problematik banyak pihak. Audiard yang biasa bikin film berlatar Prancis dan sekitarnya, tiba-tiba bikin film tentang Meksiko tanpa pakai referensi kultural yang akurat. Benar saja, film itu jadi bulan-bulanan, meskipun tetap meraih banyak penghargaan internasional. Coba bandingkan dengan film paling dekoratifnya sejauh ini, A Prophet, niscaya kamu bakal terkejut dengan kekontrasannya.
Terbaik: A Prophet (2009)
Terburuk: Emilia Pérez (2024)
2. M. Night Shyamalan: The Sixth Sense (1999) dan The Last Airbender (2010)

M. Night Shyamalan juga sering bikin kejutan buat penontonnya. Ia bisa bikin film-film brilian dan mengguncang dunia macam The Sixth Sense, Unbreakable, dan Split, tetapi pada lain waktu ia bisa membuat penggemar kecewa berat. The Last Airbender yang merupakan adaptasi serial animasi Avatar the Last Airbender adalah buktinya.
Film itu jadi bulan-bulanan orang dan dianggap salah satu film adaptasi terburuk sepanjang masa. Rasanya sulit menerima kalau film itu dibuat sutradara sekaliber Shyamalan. Namun, sepertinya tak tertebak memang jadi bagian dari brand M. Night Shyamalan sebagai sineas.
Terbaik: The Sixth Sense (1999)
Terburuk: The Last Airbender (2010)
3. Francis Ford Coppola: Apocalypse Now (1979) dan Megalopolis (2024)

Dikenal luas gara-gara The Godfather (1972) dan Apocalypse Now (1979), Coppola gagal mengembalikan kejayaannya lewat film Megalopolis (2024). Tak hanya gagal memenuhi standar tinggi yang sudah dibuatnya beberapa dekade lalu, Megalopolis disebut film terburuk yang ironisnya dibuat dengan anggaran bombastis.
Sebenarnya, Coppola masih menggunakan gaya khasnya, yakni mengeksplorasi bagaimana keserakahan jadi motif utama protagonisnya. Namun, Megalopolis kehilangan momentum gara-gara penulisan naskah yang kurang matang dan dialog yang kurang natural. Susah buat menyukai film ini apalagi percaya kalau ia dibikin seseorang di balik film-film bombastis 70—80-an.
Terbaik: Apocalypse Now (1979)
Terburuk: Megalopolis (2024)
4. Spike Lee: Do the Right Thing (1989) dan Oldboy (2013)

Spike Lee juga salah satu sutradara yang konsistensinya patut dipertanyakan. Ia dipuji banyak orang gara-gara beberapa film seperti Do the Right Thing, Malcolm X, dan BlacKkKlansman, tetapi dicerca saat merilis Oldboy pada 2013. Bagaimana tidak, mengadaptasi sebuah film legenda bukan hal mudah alias berisiko besar.
Sebagai konteks, Oldboy karya Spike Lee adalah remake dari film Korea berjudul sama yang rilis 1 dekade sebelumnya. Film itu fenomenal dan tentunya gak mudah menyamai kesuksesan itu. Namun, Lee justru mengambil risiko dan benar saja, itu jadi film terburuk yang pernah ia buat. Bersanding dengan film horor garapannya Da Sweet Blood of Jesus (2015).
Terbaik: Do the Right Thing (1989)
Terburuk: Oldboy (2013)
5. Ridley Scott: Blade Runner (1982) dan A Good Year (2006)

Sutradara lain yang karyanya kurang konsisten adalah Ridley Scott. Bayangkan, ia adalah sosok di balik film-film sukses secara komersial macam Blade Runner, Gladiator, Thelma & Louise, Alien dan The Martian. Namun, pada 2000-an, ia pernah merilis film A Good Year yang dicap gagal total oleh penonton.
Itu adalah film romantis satu-satunya dalam daftar filmografi Ridley Scott, sekaligus mengonfirmasi kalau memang genre itu bukan untuknya. A Good Year dibintangi Russel Crowe yang terlibat dalam Gladiator. Namun, dua film itu sungguh kontras dari kematangan cerita dan kualitas produksi.
Terbaik: Blade Runner (1982)
Terburuk: A Good Year (2006)
6. Josh Boone: The Fault in Our Stars (2014) dan Regretting You (2025)

Josh Boone sedang jadi bulan-bulanan di jagat maya gara-gara Regretting You (2025). Padahal, kalau kamu baca riwayat kariernya, Boone adalah sutradara film The Fault in Our Stars (2014). Dua film ini sama-sama diadaptasi dari novel laris, tetapi beda nasib. Film pertama sukses besar dan dipuja para pembaca novelnya.
Apalagi, caranya membahas penyakit kronis dianggap akurat alias risetnya niat. Sementara, Regretting You justru bikin orang makin pesimis dengan masa depan sinema romcom modern. Eksekusinya tidak maksimal, banyak plot hole, dan chemistry antara para protagonisnya tidak menyakinkan.
Terbaik: The Fault in Our Stars (2014)
Terburuk: Regretting You (2025)
Berharap seseorang konsisten mengesankan memang tidak manusiawi. Ada kalanya memang kita jatuh, termasuk dalam urusan pekerjaan. Ini juga bisa jadi pengingat kalau tak ada manusia yang sempurna, untuk itu ada baiknya kita tak perlu berlebihan mengidolakan seseorang.



















