7 Pasang Film Double Feature 90-an Berdasar Sutradara Hits Masa Itu

- Richard Linklater: Slacker (1990) dan Dazed and Confused (1993) - Film-film underrated dengan perspektif unik dan latar kota Austin, Amerika Serikat.
- Joel Schumacher: Falling Down (1993) dan The Client (1994) - Film drama suspense yang menghipnotis dari sutradara Batman.
- Kathryn Bigelow: Strange Days (1995) dan Point Break (1991) - Aksi fenomenal dengan perpaduan sains-fiksi dan neo-noir yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.
Tahun 1990-an sering disebut orang sebagai salah satu era terbaik dalam skena perfilman global. Saat itu, film-film independen berkembang pesat dan ide-ide segar pun bermunculan. Sutradara-sutradara muda pun menyembul ke permukaan dan menciptakan gelombang baru yang belum pernah kita saksikan sebelumnya.
Banyak dari mereka yang masih bertahan, tetapi gak sedikit pula yang tenggelam. Terlepas dari nasib masing-masing sutradara, mari tonton beberapa karya mereka berikut sebagai bentuk apresiasi. Sudah ada 7 pasang rekomendasi film yang bisa kamu tonton sebagai double feature, nih. Coba cek mana saja yang sudah kamu tonton.
1. Richard Linklater: Slacker (1990) dan Dazed and Confused (1993)

Sebelum meluncur nonton Trilogi Before, sempatkan nonton dua film underrated-nya Richard Linklater yang berjudul Slacker (1990) dan Dazed and Confused (1993). Dua film ini dibuatnya memakai beberapa perspektif sekaligus dan pakai latar kota Austin, Amerika Serikat. Slacker lebih tepat disebut film dokufiksi tentang subkultur neo-Bohemian yang dianut sejumlah anak muda. Sementara, Dazed and Confused adalah film coming-of-age yang mengambil latar hari terakhir tahun ajaran 1975/1976 di sebuah SMA. Kedua film ini tidak memiliki tokoh sentral dan konflik yang jelas, tetapi tetap seru diikuti karena dialognya yang kreatif dan pergerakan kameranya yang dinamis.
2. Joel Schumacher: Falling Down (1993) dan The Client (1994)

Bicara film 90-an, tentu gak bisa lepas dari Joel Schumacher. Ia memang gak berhasil bikin film Batman yang memorable, tetapi ia punya banyak film drama suspense yang menghipnotis. Coba tonton balada pegawai kantoran yang burnout di Falling Down dan dilema bocah 11 tahun yang jadi saksi mata kasus pembunuhan di The Client. Biar makin yakin, Schumacher adalah sosok di balik film brilian Phone Booth (2002), The Phantom of Opera (2004), dan The Lost Boys (1987).
3. Kathryn Bigelow: Strange Days (1995) dan Point Break (1991)

Sebelum meraih Oscar berkat Hurt Locker (2009), Kathryn Bigelow pernah bikin beberapa film aksi fenomenal pada 90-an. Strange Days adalah perpaduan sains-fiksi dengan neo-noir yang pada perilisan awalnya sempat dicemooh, tetapi kini jadi cult-classic karena komentar sosialnya yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Lanjut dengan nonton Point Break yang mengikuti sesosok polisi saat menginfiltrasi geng kriminal berbahaya.
4. Hal Hartley: Trust (1990) dan Henry Fool (1997)

Butuh film dark-comedy? Coba tonton film-filmnya Hal Hartley. Sutradara yang prolifik pada 90-an itu paling dikenal lewat film Trust (1990). Sebuah film romantis yang cukup edgy pada masanya. Film ini mengikuti kisah cinta seorang pemuda idealis dengan remaja yang galau berat gara-gara hamil di luar nikah. Dalam Henry Fool, Hartley memotret relasi unik seorang tunawisma dengan petugas kebersihan yang punya potensi jadi penulis hebat. Premis-premisnya terdengar sederhana, tetapi dialog dan backstory mereka cukup kompleks. Hartley paling suka membahas isu krisis eksistensial lewat karakter-karakter buatannya.
5. Jim Jarmusch: Dead Man (1995) dan In the Soup (1992)

Seperti Hartley, Jarmusch juga sering bikin film minimalis yang membahas isu krisis eksistensial. Coba tonton Dead Man dan In the Soup sebagai double feature, deh. Dua film ini berlakonkan pemuda yang gagal mencapai ambisi mereka dan akhirnya terkatung-katung. Dead Man lebih suram dan menyertakan elemen supranatural, sementara In the Soup dikemas dalam genre dark-comedy yang unik.
6. Doug Liman: Swingers (1996) dan Go (1999)

Ingin nonton film komedi yang lajunya cepat dan dialognya menggelitik? Swingers dan Go karya Doug Liman bisa jadi materi sesi double feature-mu hari ini. Swingers mengekor perjalanan sekelompok pemuda yang memutuskan bersenang-senang di Las Vegas demi melupakan masalah hidup masing-masing. Sementara, Go adalah keputusan seorang pegawai toko ritel melakukan transaksi zat terlarang yang menciptakan efek domino. Satu hal yang sama dari dua film ini adalah jalan ceritanya yang sulit ditebak, bikin kamu tak sudi berpaling dari layar sampai credit roll bergulir.
7. Claire Denis: Beau Travail (1999) dan No Fear, No Die (1990)

Penasaran bagaimana jadinya kalau sutradara perempuan bikin film tentang laki-laki? Claire Denis jawabannya. Dalam dua film yang ia rilis pada tahun 1990-an, Denis memotret dinamika relasi mereka yang diinfiltrasi kebutuhan bertahan hidup dan tekanan sosial. Beau Travail mengekspos tensi seorang tentara dengan salah satu anak buahnya. Kalau No Fear, No Die bicara tentang hubungan tiga imigran Afrika di Prancis yang memutuskan bekerja sama membangun bisnis ilegal.
Pendapat yang bilang kalau tahun 90-an adalah era terbaik dalam industri hiburan memang subjektif. Itu mungkin dipengaruhi efek nostalgia karena usia kita yang masih relatif muda dan belum terekspos masalah berarti. Namun, benar adanya tahun-tahun itu jadi semacam waktu di mana kita tak pernah tahu apa yang bakal jadi tren. Keragaman perspektif tumbuh subur dan bikin era itu terasa mengasyikkan dan seru. Bagaimana? Masih ragu buat memasukkan film 90-an dalam daftar tontonmu?



















