10 Film Bertema Perang di Afrika yang Penuh Konflik Militer

Eagle Wings adalah film aksiperang militer pertama dari Nollywood, Nigeria. Eagle Wings menceritakan Angkatan Udara Nigeria yang berjuang melawan pemberontakan di bagian utara negara tersebut. Menggambarkan kisah nyata para prajurit, film ini mendapat dukungan penuh dari militer Nigeria dalam hal pelatihan, kostum, dan properti, yang menambah keaslian cerita.

Berlatar pada Krisis Kongo pada 1960-an, The Siege of Jadotville mengisahkan sekelompok tentara Irlandia yang berperang di Kongo. Walaupun lebih berfokus pada tentara Irlandia, film ini tetap menampilkan beberapa aktor dari Afrika Selatan dan menggunakan lokasi syuting di negara tersebut. Konflik yang diangkat meskipun tidak terlalu akurat tetap memberikan ketegangan yang menarik.

Ezra mengisahkan seorang pemuda pemberontak dari Sierra Leone yang kembali setelah perang saudara panjang dan mencari bantuan psikiatri untuk mengatasi PTSD (post-traumatic stress disorder). Dengan latar perang saudara Sierra Leone (1991—2002), film ini menyentuh sisi kelam perang dan dampak psikologis yang ditimbulkannya.

Sometimes in April merupakan kolaborasi antara pembuat film Amerika dan Rwanda. Sometimes in April Menggambarkan kekejaman genosida Rwanda secara lebih eksplisit dibandingkan Hotel Rwanda. Dengan menghadirkan aktor terkenal, seperti Idris Elba, film ini menawarkan pandangan yang emosional terhadap peristiwa mengerikan tersebut.

Mengangkat kisah pasukan Afrika Utara yang berperang di Front Barat selama Perang Dunia II, Days of Glory adalah proyek bersama antara Prancis, Maroko, dan Aljazair. Film ini menyoroti pengorbanan besar yang dilakukan oleh prajurit dari negara-negara Afrika Utara yang sering kali diabaikan dalam sejarah perang dunia.

A Screaming Man berlatar pada Perang Saudara Chad dan mengisahkan perjuangan Adam yang harus mengirim putranya ke medan perang demi mempertahankan pekerjaannya. A Screaming Man mendapat penghargaan di Festival Film Cannes dan mengupas hubungan antara pekerjaan dan keluarga dalam konteks perang.

Berlatar di Afrika Selatan selama apartheid, Moffie menceritakan tentara Afrika muda yang menghadapi diskriminasi karena orientasi seksualnya. Diadaptasi dari novel autobiografi, Moffie menampilkan perjuangan kaum LGBTQ+ dalam lingkungan militer yang penuh dengan maskulinitas berlebihan.

Saladin berasal dari Mesir yang mengisahkan tentang Saladin, pendiri Dinasti Ayyubiyah yang berperang melawan Tentara Salib selama Perang Salib. Menyoroti sisi lain dari sejarah, film ini memperlihatkan perjuangan para pembela yang sering kali diabaikan dalam kisah-kisah Perang Salib.

Saloum menggabungkan unsur horor, kejahatan, fiksi ilmiah, dan perang. Film asal Senegal ini mengikuti sekelompok tentara bayaran yang diutus ke zona perang untuk mengevakuasi seorang raja narkoba Meksiko. Namun, situasi berubah ketika entitas seperti serangga mulai mengacaukan wilayah tersebut.

Menggambarkan Perang Kemerdekaan Aljazair melawan Prancis pada 1950-an, The Battle of Algiers dianggap sebagai salah satu film perang terbaik sepanjang masa. Film ini memberikan kritik terhadap imperialisme dan masih relevan hingga saatini dan menyoroti perjuangan untuk kemerdekaan yang luar biasa.
 
Setiap rekomendasi film di atas membawa penonton lebih dekat dengan kenyataan perang di Afrika. Film-film tersebut mengungkapkan sisi kemanusiaan, keberanian, dan tragedi yang sering kali tersembunyi dari pandangan dunia.