Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Difabel Jadul yang Dapat Ulasan Positif

Read My Lips
Read My Lips (dok. Criterion/Read My Lips)
Intinya sih...
  • Banyak film klasik yang sudah menampilkan karakter difabel sebagai elemen penting cerita meski beberapa masih memiliki masalah representasi.
  • Lima judul yang dibahas menunjukkan cara berbeda dalam menggambarkan karakter difabel.
  • Representasi difabel membutuhkan riset dan sensitivitas agar tidak jatuh pada penggambaran yang ableist atau diskriminatif.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Koleksi film difabel tidak sulit dicari, apalagi yang dirilis pada 2010–2020-an. Beberapa bahkan sukses secara komersial, seperti CODA (2022), A Quiet Place (2018), A Different Man (2024), dan Sound of Metal (2019). Meski begitu, topik difabel sebenarnya bukan sesuatu yang baru.

Tidak sedikit sebenarnya film klasik yang menggunakan karakter difabel sebagai bagian integral dalam plot. Kamu bisa lihat lewat lima judul berikut. Apa saja?

1. Children of a Lesser God (1986)

Children of a Lesser God
Children of a Lesser God (dok. Paramount Pictures/Children of a Lesser God)

The Children of a Lesser God memang bukan film difabel yang bebas problem, apalagi dengan perkembangan zaman yang makin progresif dan inklusif seperti sekarang. Namun, ia jadi salah satu yang melegenda karena jadi film Hollywood pertama yang menggunakan jasa aktor Tuli bernama Marlee Matlin. Ia didapuk memerankan perempuan difabel yang menjalin hubungan dengan pria dari kaum dengar. Sayangnya, perspektif karakter Matlin kurang dikembangkan karena sutradara fokus pada POV si karakter pria. Padahal, karakter Matlin cukup menarik dan beda dari representasi difabel dalam film zaman itu. Ia tahu apa yang dimau, proaktif, dan mandiri.

  • Genre: drama, romantis
  • Pemain: Marlee Matlin, William Hurt
  • Sutradara: Randa Haines

2. The Elephant Man (1980)

The Elephant Man
The Elephant Man (dok. Criterion/The Elephant Man)

The Elephant Man jadi film yang cukup mencolok dari filmografi sutradara David Lynch. Bukan karena sukses secara komersial, tetapi ia berbeda dari film-film biasanya yang condong ke genre aksi dan noir. The Elephant Man dibuat Lynch berdasarkan kisah nyata pria yang memiliki bentuk wajah berbeda dari orang biasa. John (John Hurt), sang lakon, pada suatu hari tak sengaja bertemu dengan seorang dokter yang melihatnya tampil di sebuah pertunjukan sirkus. Iba dan tertarik dengan kasusnya, ia menawari John untuk melakukan pemeriksaan medis. Ini jadi awal relasi pertemanan mereka sekaligus perubahan dalam hidup John.

  • Genre: drama, biografi
  • Pemain: John Hurt, Anthony Hopkins
  • Sutradara: David Lynch

3. Rain Man (1988)

Rain man
Rain Man (dok. MGM/Rain Man)

Charlie (Tom Cruise) diceritakan sebagai pria arogan yang gila kerja dan berorientasi uang. Sampai suatu hari, ia dapat kabar kalau ayahnya yang sudah lama tak pernah ia temui meninggal dunia. Ia berniat membereskan urusan administrasi sang ayah ketika sebuah fakta mencengangkan dibongkar. Sang ayah ternyata tak mewariskan apa pun pada Charlie dan justru menuliskan nama orang lain di surat wasiat. Saat itulah, Charlie baru baru tahu kalau dirinya punya seorang kakak yang mengidap autisme dan selama ini ditinggal di sebuah panti.

  • Genre: road trip, drama, keluarga
  • Pemain: Tom Cruise, Dustin Hoffman
  • Sutradara: Barry Levinson

4. Compensation (1999)

Compensation
Compensation (dok. Criterion/Compensation)

Lewat Compensation kamu bakal berkenalan dengan sutradara Zeinabu Irene Davis yang karya-karyanya wajib diapresiasi. Dalam film ini, Davis mencoba menggambarkan dinamika relasi pasangan dengar dan Tuli. Ia membuat dua cerita pararel berlatarkan awal dan akhir abad ke-20 serta melibatkan pasangan kulit hitam. Jadilah Compensation, sebuah film romantis dengan representasi difabel dan etnik minoritas yang melankolis.

  • Genre: melodrama, romantis
  • Pemain: John Earl Jelks, Michelle A Banks
  • Sutradara: Zeinabu Irene Davis

5. Read My Lips (2001)

Read My Lips
Read My Lips (dok. Criterion/Read My Lips)

Film difabel klasik berikutnya berlatar Prancis era 2000-an. Tidak seperti film-film difabel yang biasanya mengharu biru, sutradara Jacques Audiard mengusung genre noir. Ia memotret relasi unik seorang pegawai kantoran dengan mantan napi yang tak sengaja bertemu karena pekerjaan. Sang pegawai kantoran ini mengalami gangguan pendengaran dan didiagnosis hampir Tuli. Namun, kondisi itulah yang membuatnya mahir membaca gerak bibir. Kelebihan inilah yang nanti akan berperan penting seiring plot bergulir.

  • Genre: noir, romantis, thriller
  • Pemain: Emmanuelle Devos, Vincent Cassel
  • Sutradara: Jacques Audiard

Membuat film tentang karakter difabel bukan perkara remeh. Riset seksama perlu dilakukan untuk memastikan representasinya akurat dan gak bikin kesan ableist atau diskriminatif seperti beberapa kasus yang pernah terjadi. Bagaimana menurutmu? Apakah kelima film klasik tadi sudah memenuhi kriteria film difabel yang berimbang dan akurat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Hype

See More

8 Meme SpongeBob tentang Penjara, Rumah Kedua Nyonya Puff?

21 Nov 2025, 23:13 WIBHype