6 Film Indie Arkais Terbaik Karya John Cassavetes

A Woman Under the Influence (dok. Criterion/A Woman Under the Influence)

A Woman Under the Influence adalah sebuah observasi menarik John Cassavetes soal ekspektasi sosial yang dibebankan pada perempuan. Film berfokus pada pasutri, Mabel (Gena Rowlands) dan Nick (Peter Falk), yang hidup bersama 3 anak mereka.

Satu hari, saat makan malam romantis dengan suaminya, Mabel justru mengalami insiden traumatis yang mengubah dirinya dan memengaruhi kehidupan rumah tangganya. Dianggap tak stabil secara emosional dan otomatis gak bisa menjalankan perannya sebagai istri sekaligus ibu, Nick terpaksa mengirim Mabel ke institusi kesehatan mental, meninggalkan ketiga anaknya di bawah asuhan sang suami.

Husbands (dok. Criterion/Husbands)

Husbands gak kalah unik. Kali ini Cassavetes mengajak kita memikirkan ulang konsep maskulinitas yang justru memaksa pria menekan emosinya. Ini dilakukan sang sutradara dengan mengajak kita menyelami kehidupan tiga pria paruh baya yang secara tiba-tiba dapat kabar kematian salah satu sahabat mereka secara mendadak. Bukannya melakukan refleksi dan memproses rasa dukacita mereka, ketiganya justru secara impulsif pergi ke luar negeri untuk kabur dari kenyataan. Namun, di sinilah krisis justru terbentuk.

Opening Night (dok. Criterion/Opening Night)

Coba tonton juga film indie lawas lain dari John Cassavetes yang berjudul Opening Night. Kembali berkolaborasi dengan istrinya, Gena Rowlands, film garapannya ini mengajakmu mendalami efek dari trauma terhadap psikis seorang seniman.

Rowlands memerankan Myrtle, seorang aktris teatrikal yang berada di puncak kariernya. Masa depannya tampak cerah sampai ia menyaksikan kecelakaan yang menewaskan salah satu penggemar beratnya. Diselimuti rasa bersalah, kondisi mental Myrtle pun memburuk dan kestabilan kariernya terancam.

Love Streams (dok. Criterion/Love Streams)

Love Streams adalah film terakhir Cassavetes sebelum ia tutup usia pada 1989. Dalam film ini, ia dan istrinya memerankan kakak beradik berusia 40-an yang bertemu lagi setelah bertahun-tahun hidup dengan pasangan masing-masing. Ini terjadi ketika keduanya sama-sama mengalami prahara rumah tangga. Keduanya berusaha untuk saling membantu, tetapi pada akhirnya tetap harus ada kemauan untuk menyelamatkan diri sendiri.

Faces (dok. Continental Distributing/Faces)

Dinamika relasi gender dalam pernikahan jadi tema utama film garapan John Cassavetes, Faces. Ini tentang pernikahan Richard (John Marley) dan istrinya, Maria (Lynn Carlin) yang di ujung tanduk. Berasal dari kalangan menengah atas, keduanya punya semuanya, harta, karier, kedudukan sosial. Namun, satu yang mereka tak punya, cinta.

Menariknya, film ini juga sering dilihat sebagai upaya Cassavetes mengkritik kapitalisme, yakni ketika orang-orang di piramida teratas tak punya apapun untuk dilakukan selain memanfaatkan dan menghabiskan sumber daya untuk kesenangan mereka sendiri.

Shadows (dok. Criterion/Shadows)

Dalam Shadows, Cassavetes menyoroti stigma rasial yang bisa memengaruhi dinamika relasi antarmanusia. Ini dielaborasinya lewat balada Lelia, perempuan keturunan Afrika-Amerika yang berkulit terang. Penampilan fisiknya ini menipu Ben yang tak menyangka kalau dirinya ternyata campuran kulit hitam.

Ketidaknyamanan langsung terbesit di wajah Ben saat Lelia memperkenalkan saudara laki-lakinya yang berkulit gelap. Shadows sering disebut film yang melampaui zaman karena keberanian Cassavetes mempertanyakan kebijakan segregasi rasial yang masih berlaku di AS saat itu.

Tak berlebihan ketika orang menjuluki John Cassavetes sutradara genius. ide dan pemikirannya menggebrak zaman kala itu dan tak heran kalau sampai sekarang filmnya masih dipuji. Begitu relevan dan akurat representasinya, sudah nonton?