5 Film Terbaik untuk Ditonton Setelah Putus Cinta, Bikin Move On!

Putus cinta bisa terasa seperti akhir dunia, tapi kadang yang dibutuhkan hanyalah film yang bisa memahami perasaan kita. Dari drama romantis yang menyayat hati sampai kisah penemuan jati diri yang menginspirasi, beberapa film bisa jadi teman yang tepat untuk menemani malam penuh renungan.
Film-film ini bukan sekadar hiburan, tapi juga cermin emosi yang membingungkan setelah sebuah hubungan berakhir. Setiap film dalam daftar ini menampilkan karakter yang juga mengalami luka, kebingungan, dan pencarian makna setelah perpisahan.
Lewat cerita mereka, kita belajar bahwa putus cinta bukanlah akhir segalanya, melainkan awal untuk menemukan versi diri yang lebih jujur dan berani. Jadi, film mana yang akan kamu pilih untuk menemanimu melewati masa sulit ini?
1. The Worst Person in the World (2021)

Film Norwegia karya Joachim Trier ini terasa seperti melihat hidup sendiri diputar di layar lebar. Julie menjalani serangkaian hubungan yang rumit sambil mencoba mencari jati diri di usia dewasa muda. Ia membuat keputusan yang membingungkan, menghadapi ketidakpastian cinta dan karier, dan sering merasa terombang-ambing tanpa arah.
Namun, justru itu yang membuat film ini begitu menyentuh karena jujur dalam menggambarkan betapa sulitnya menjadi dewasa. Lewat visual indah dan teknik narasi yang tak biasa, film ini tidak menawarkan solusi instan, tapi malah merangkul kekacauan hidup.
Julie bukan pahlawan sempurna karena ia membuat kesalahan, menyesal, dan mencoba lagi. Penonton yang sedang patah hati mungkin akan melihat sedikit diri mereka dalam Julie, dan dari sana muncul semacam penghiburan bahwa tersesat bukanlah hal yang memalukan.
2. Frances Ha (2012)

Frances Ha bukan kisah putus cinta yang klise, tapi lebih kepada kehilangan, baik hubungan romantis maupun persahabatan yang mendalam. Frances, seorang penari muda di New York, harus menghadapi hidup sendiri ketika sahabatnya, Sophie, mulai membangun kehidupan baru tanpa dirinya.
Dibintangi Greta Gerwig, film ini penuh energi dan humor khas generasi muda yang belum sepenuhnya jadi. Walau terasa ringan, film ini memiliki lapisan emosional yang kuat. Frances sering merasa tidak pada tempatnya, tapi ia terus melangkah, bermimpi besar, dan belajar mencintai dirinya sendiri.
Film ini cocok untuk mereka yang merasa hancur, tapi ingin diingatkan bahwa hidup tidak harus sempurna untuk bisa dijalani dengan bahagia.
3. An Unmarried Woman (1978)

Apa jadinya jika pasanganmu selama 15 tahun tiba-tiba pergi demi wanita yang lebih muda? Itulah yang dialami Erica dalam film An Unmarried Woman. Tapi alih-alih berkubang dalam kesedihan, film ini justru memperlihatkan bagaimana Erica bangkit perlahan dan menemukan dirinya kembali.
Dibawakan dengan nuansa tahun 70-an, film ini menghadirkan sisi baru dari kisah perempuan yang belajar menjadi mandiri. Erica menjalani perjalanan emosional yang tak mudah, tapi penuh harapan. Ia belajar bahwa hidup sendiri bukan berarti kesepian dan bahwa cinta bisa datang dalam bentuk yang tak terduga, termasuk cinta pada diri sendiri.
Film ini cocok untuk mereka yang merasa kehilangan arah setelah ditinggalkan, dan butuh pengingat bahwa setiap akhir bisa menjadi awal yang indah.
4. The Green Ray (1986)

Delphine memulai libur musim panasnya dalam kondisi tidak ideal yaitu baru putus cinta dan ditinggal sahabatnya yang mendadak batal liburan bersama. Dalam film Prancis yang tenang ini, ia mengembara dari satu kota ke kota lain. Delphine merasa asing dan canggung di tengah dunia yang tampaknya terus berjalan tanpa dirinya.
Namun justru dalam kesunyian itu, ia mulai menghadapi perasaannya sendiri. Film ini tidak menawarkan drama besar, melainkan keheningan yang menyembuhkan. Delphine belajar bahwa kesendirian bisa menjadi pintu menuju pemahaman yang lebih dalam akan diri sendiri.
Bagi mereka yang baru putus cinta dan merasa dunia terlalu bising, The Green Ray adalah pelukan lembut yang menenangkan hati.
5. Shirley Valentine (1989)

Shirley adalah ibu rumah tangga paruh baya yang hidupnya terasa monoton dan kosong. Ia bicara pada dinding karena suaminya tak lagi mendengarkan, dan rutinitasnya hanya diisi memasak dan membersihkan rumah. Ketika mendapat undangan liburan ke Yunani, Shirley akhirnya memberanikan diri keluar dari zona nyamannya.
Di sana, ia menemukan kebebasan dan kenikmatan hidup yang selama ini ia pendam. Dengan humor khas Inggris dan narasi yang penuh semangat, Shirley Valentine membuktikan bahwa hidup tidak berhenti di usia tertentu. Penonton diajak menyaksikan transformasi seorang wanita yang akhirnya memilih dirinya sendiri.
Putus cinta memang menyakitkan, tapi film-film ini menunjukkan bahwa dari kehancuran bisa tumbuh kekuatan, dari kesedihan bisa muncul pemahaman baru. Kadang dengan duduk diam menonton kisah orang lain, kita bisa mulai menyusun kembali kepingan hati kita sendiri. Jadi, dari kelima film ini, mana yang paling kamu butuhkan saat ini?