IMGR 2026: Sousenkyo JKT48, Fenomena Partisipasi Aktif Penggemar

- Penggemar muda suka terlibat dan berpartisipasi dalam fandom
- Sousenkyo bukan cuma acara tahunan, tapi ritual komunitas penggemar
- Di satu sisi, aktivitas ini juga dikritisi karena pengeluaran biayanya
Jakarta, IDN Times - Pernah mendengar voting dari penggemar untuk memilih member idola favorit? Sistem pemilihan ini sudah lama digunakan JKT48, girl group Indonesia, untuk memilih posisi dan peran member dalam aktivitas grup. Pemilhan ini dikenal dengan Senbatsu Sousenkyo atau akrab disebut Sousenkyo.
Aktivitas yang melibatkan partisipasi fans tersebut menunjukkan, hiburan kini bukan lagi sekadar pelarian pasif, melainkan sebuah ekspresi yang membentuk identitas, memproses emosi, dan mengekspresikan budaya. Data Indonesia Gen Z Report (IMGR) 2025 yang dirilis oleh IDN Research Institute menyebut, hampir setengah Gen Z, sekitar 45 persen, mengaku mengikuti forum atau grup fans dari idola mereka, sementara 36 persen sisanya berasal dari generasi Milenial.
Riset ini menjelaskan bagaimana penggemar di kalangan Milenial dan Gen Z mulai bergeser dari mengonsumsi menjadi ikut berpartisipasi. Salah satu contoh yang diambil adalah fenomena Sousenkyo. Berikut penjelasannya.
1. Penggemar muda suka terlibat dan berpartisipasi dalam fandom

Budaya penggemar di generasi sekarang cenderung mengekspresikan diri untuk menunjukkan siapa mereka, apa yang mereka anggap penting, dan kelompok mana yang mereka rasa cocok. Keterlibatan ini juga terlihat dari partisipasi dalam tren digital. Sebanyak 27 persen Gen Z aktif mengikuti tantangan viral, lebih banyak dibanding 20 persen Milenial.
Ini menunjukkan perubahan cara penggemar yang tumbuh dalam generasi interaktif yang membuat mereka juga berinteraksi dengan hiburan. Generasi Milenial dan Gen Z di Indonesia kini tak lagi sekadar penonton, tapi juga pelaku. Mereka pun mencari komunitas untuk bisa terhubung.
Data menunjukkan selain 66 persen penggemar mengikuti akun media sosial, 38 persen fans lain membeli produk merchandise, 33 persen penggemar membuat konten fan-made untuk dibagikan kembali ke sesama fans, dan 45 persen memilih untuk menghadiri konser atau acara dari idola mereka untuk mengungkapkan bentuk fandom-nya. Pada satu titik, 42 persen penggemar juga melakukan voting untuk idolanya dalam sebuah kompetisi atau polling.
2. Sousenkyo bukan cuma acara tahunan, tapi ritual komunitas penggemar

Aksi penggemar untuk melakukan voting juga diterapkan dalam Sousenkyo yang menjadi semacam ritual bagi penggemar dan JKT48 itu sendiri. Pemungutan suara tersebut menghadirkan rasa kesinambungan dan nostalgia, memperkuat ikatan emosional yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Fenomena ini diadaptasi dari apa yang sudah dilakukan di AKB48.
Sousenkyo pun bukan cuma urusan pemilihan belaka. Ada ekosistem luas di belakangnya yang memuat kampanye pra-pemilihan, koordinasi di media sosial, hingga video buatan fans. Gak jarang, proses ini mengeluarkan biaya dari kantong penggemar agar sang idola bisa berada di peringkat pertama. Begitu proses Sousenkyo selesai, para penggemar juga memberikan analisis pasca pemilihan.
Hal ini telah membentuk ruang budaya yang unik di mana interaksi dari online dan offline saling terhubung. Dalam ruang tersebut pula, hiburan berubah menjadi bentuk untuk menciptakan makna, visibilitas, dan narasi.
Sousenkyo JKT48 pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 dan sempat terhenti pada 2019. Proses pemilihan ini lalu kembali diadakan setelah 5 tahun pada pertengahan 2024. Terakhir, JKT48 menggelar masa voting selama 3 bulan untuk menentukan member yang mengisi single ke-26 yang berjudul #SukiNanda.
3. Di satu sisi, aktivitas ini juga dikritisi karena pengeluaran biayanya

Di sisi lain, aktivitas ini menuai pemikiran kritis dari Gen Z. Muncul pertanyaan soal akses, keadilan, dan bagaimana idola telah menjadi komoditas yang bisa dibeli. Para penggemar harus mengeluarkan biaya yang terus meningkat untuk bisa berpartisipasi. Kenaikan biaya dalam hiburan ini menimbulkan ketegangan baru terkait inklusivitas dan hambatan materiil untuk merasa menjadi bagian dari komunitas.
IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.
Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.