IMGR 2026: 61 Persen Milenial-Gen Z Nonton Mikrodrama Hampir Tiap Hari

- 61% Milenial dan Gen Z di Indonesia menonton mikrodrama hampir setiap hari
- Mikrodrama harus memadatkan world-building, karakterisasi, dan pesan sosial menjadi mikro-struktur yang tepat dalam durasi super singkat
- Mikrodrama Indonesia mengusung tema slice of life yang realistis, lebih relate dirasakan penonton
Setelah OTT menjadi fenomena menikmati tayangan film dan serial, kini muncul kebiasaan baru lagi ketika mikrodrama hadir. IDN meluncurkan NONTON, platform mikrodrama di dalam IDN App untuk merespons ledakan konsumsi serial berdurasi super singkat yang sedang menjadi tren di kalangan Milenial dan Gen Z.
Mikrodrama hadir bukan hanya sebagai eksperimen format baru, tapi sudah menjadi niche atau kebiasaan. Survei IMGR 2026 membuktikan, 61 persen Milenial dan Gen Z di Indonesia menonton mikrodrama hampir setiap hari. Bagaimana serial drama singkat ini bisa menempel di kehidupan sehari-hari?
1. Diuntungkan dari desain mobile dan durasi yang sangat singkat

Berbeda dari nonton serial di OTT yang butuh waktu luang untuk menyelesaikan rangkaian episodenya, mikrodrama memiliki kelebihan berupa durasi yang sangat singkat, rata-rata hanya 1-5 menit saja per episodenya.
Durasi ini memungkinkan kamu untuk tetap menikmati drama dalam mengisi sela waktu yang tidak terlalu banyak, misalnya seperti istirahat kerja atau sekolah, perjalanan harian seperti di kereta lokal, bus atau bahkan ojol, hingga multitasking sambil melakukan aktivitas lainnya.
Desainnya yang mobile-first dan tayang dengan visual vertikal atau potrait, juga membuat pengalaman menonton mikrodrama menjadi seperti sedang scrolling timeline Instagram Reels atau TikTok. Hasilnya, penonton mendapatkan pengalaman yang cepat tapi tuntas, cocok untuk ritme pemakai media sosial yang tak henti-hentinya bergulir.
"Microdrama di IDN App dirancang untuk menemani keseharian pengguna yang ingin menikmati hiburan singkat namun bermakna. Dengan cerita yang relatable dan durasi yang pas, kami berharap platform ini menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin menikmati drama tanpa harus menghabiskan banyak waktu," ujar Zefanya Deby, Head of IDN App.
Pernyataan Zefanya ini cocok banget dengan hasil survei IMGR 2026, yang menyebut 62 persen penonton usia 18-34 tahun sekarang lebih menyukai serial berformat pendek untuk dinikmati pada hari kerja. Oleh karena itu, mikrodrama menghasilkan engagement 1,5 kali lebih tinggi dibanding serial drama berformat panjang.
Jadi, selain mudah diakses, mikrodrama juga lebih menarik untuk diikuti karena meski durasinya singkat, tapi tetap tuntas dan mampu melibatkan emosi yang kuat.
2. Tantangan bagi pembuat mikrodrama, memadatkan setiap elemen dalam durasi super singkat

Selain durasi dan tampilannya yang mirip dengan timeline media sosial, mikrodrama masih memiliki keunggulan lain yaitu soal emotional hook yang selalu cepat sampai. Satu konflik, satu momen puncak dan satu resolusi, semua diringkas hanya dalam hitungan menit.
Namun, dengan semua alur cerita yang dibeberkan secara cepat, pertanyaan mungkin muncul: memangnya bisa cerita-cerita dengan narasi yang singkat itu bisa efisien diterima oleh emosi dari para penonton?
Nah, di sinilah tantangan kreativitas untuk pembuat mikrodrama. Bagaimana mereka harus memadatkan world-building, karakterisasi, dan pesan sosial menjadi mikro-struktur yang tepat. Dituntut harus serba cepat, mereka juga gak bisa repetitif atau mengandalkan cerita dan hook yang selalu sama. Hal ini bisa mengakibatkan berkurangnya atensi dan minat menonton.
Kuncinya, sebuah mikrodrama harus bisa membangun narasi yang jelas, menonjolkan hook awal lewat visual kuat atau pernyataan tajam, hingga memilih emosi yang dominan dalam setiap episodenya apakah akan menonjolkan emosi haru, lega, getir, atau bahkan tawa. Semua itu harus disajikan dalam waktu yang sangat singkat, bahkan harus tersampaikan dalam hitungan detik.
3. Tema slice of life dan kritik sosial lebih relate dirasakan penonton

Berbeda dari banyak format mikrodrama asal Korea atau China yang lebih banyak menonjolkan romansa atau fantasi, mikrodrama Indonesia memiliki genre khas tersendiri. Mikrodrama kita cenderung mengusung tema slice of life yang realistis dan juga kritik sosial. Genre ini sangat tepat dipakai karena lebih dekat dengan pengalaman hidup penonton Indonesia.
Namun, bukan berarti genre seperti romansa dan fantasi sedikit peminatnya. NONTON di IDN App juga memasukkan konten-konten dengan genre romansa, persahabatan, suspense, hingga komentar sosial pada strategi konten mereka. Judul-judul mikrodrama dari Asia, seperti Korea, China, dan lainnya juga ikut dihadirkan demi memuaskan rasa ingin tahu penonton muda Indonesia tentang tren yang terjadi secara global atau di wilayah tertentu.
"Mikrodrama adalah masa depan hiburan Indonesia. Di era digital, ketika waktu kian berharga, mikrodrama menawarkan pengalaman menonton yang lebih cepat, intens, dan relevan bagi generasi modern. Melalui mikrodrama, kita membuka babak baru industri hiburan, menghubungkan kisah terbaik dengan jutaan penonton secara lebih dinamis dan inovatif," kata Winston Utomo, Founder & CEO of IDN.
IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawansa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.
Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.