Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Keputusan Terburuk dalam Industri Musik Dunia, Karier Hancur

U2 setelah tampil di Glasgow pada 7 November 2015 (commons.wikimedia.org/U2start)

Bukan rahasia lagi kalau industri musik itu adalah bisnis yang bisa dibilang cukup kejam. Semua ini terungkap ketika ditangkapnya Sean Comb alias P Diddy. Sejak awal berdirinya industri musik, muncul isu tentang penulis lagu yang dieksploitasi oleh perusahaan rekaman, tentang musisi berbakat yang bangkrut dan berakhir melarat, dan artis yang tiba-tiba kehilangan penggemar serta lenyap begitu saja dari industri musik.

Namun, terlepas dari semua ini, banyak orang berbakat yang masih tertarik untuk bergabung dengan industri musik. Yap, apalagi kalau bukan untuk mengekspresikan bakat, meraih ketenaran dan kekayaan. Di samping itu, satu keputusan saja bisa merubah segalanya, lho, seperti karier artis, perusahaan rekaman, dan bahkan perusahaan besar yang mengendalikan industri. Faktanya, ada banyak banget keputusan yang berakhir dengan kerugian. Nah, berikut ini kita akan membahas tentang keputusan paling kontroversial dalam sejarah industri musik dunia.

1. The Beatles pernah ditolak studio rekaman besar

The Beatles di Treslong (commons.wikimedia.org/Poppe de Boer)

The Beatles sangat digilai pada masanya. Namun, percaya gak percaya, nih, The Beatles pernah kesulitan mendapatkan kontrak rekaman. Soalnya, salah satu label rekaman terbesar saat itu pernah menolak The Beatles.

Pada 1962, John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Pete Best, memasuki studio rekaman besar kala itu, Decca Records. Di bawah bimbingan manajer mereka, Brian Epstein, The Beatles merekam 15 lagu dalam waktu satu jam. Saat itu, The Beatles sudah punya basis penggemar yang cukup besar di Inggris dan Jerman, tapi rekaman ini menjadi kesempatan terbesar The Beatles agar lebih dikenal di kancah internasional.

Nah, yang bikin kagetnya adalah, para eksekutif di Decca Records ternyata menolak rekaman The Beatles dan lebih memilih grup lain, yaitu Brian Poole & The Tremeloes. Produser lama The Beatles, George Martin, bilang kalau ia juga pernah menolak grup berbakat tersebut karena masalah penampilan The Beatles, yang menurutnya masih di bawah standar. Meski begitu, karena rekaman inilah George Martin pertama kali kepincut dengan bakat The Beatles, ketika Epstein memperkenalkan The Beatles kepadanya di EMI.

2. Jerry Lee Lewis menikahi gadis di bawah umur, yang merusak kariernya

Jerry Lee Lewis (commons.wikimedia.org/Maurice Seymour)

Rentetan lagu-lagu hits Jerry Lee Lewis pada akhir 1950-an, seperti "Whole Lotta Shakin' Goin' On" dan "Great Balls of Fire" menjadikan pemain piano ini sebagai rockabilly di AS dan luar negeri. Ia sangat populer di Inggris, ketika lagu "Great Balls of Fire" menduduki puncak tangga lagu. Namun, penampilannya di Inggris justru membuat karier Lewis hancur, lho.

Saat tiba di Inggris pada Mei 1958, Jerry Lee Lewis ditemani oleh seorang gadis bernama Myra Williams, yang ternyata telah dinikahinya pada Desember tahun sebelumnya. Media Inggris pun bertanya-tanya tentang perempuan itu. Namun, dengan polosnya Lewis menjawab kalau perempuan itu adalah sepupu sekaligus istrinya, yang dinikahinya di usia 13 tahun. Sementara Lewis sendiri baru berusia pertengahan 20-an.

Uniknya, karena kejujuran inilah tur musik Jerry Lee Lewis yang telah direncanakan gagal. Stasiun radio memboikot musiknya dan label rekamannya, Sun Records. Sementara itu, Lewis dan istrinya yang masih di bawah umur kebingungan mengapa hubungan mereka menjadi masalah besar.

Dalam sebuah wawancara dengan The Los Angeles Times pada 2022, gak lama setelah meninggalnya Jerry Lee Lewis, Myra, yang dikaruniai anak dengan Lewis setahun setelah pernikahan mereka, mengakui bahwa menjadi seorang istri dan ibu di usia 14 tahun adalah beban yang berat. Namun, ia bersikeras kalau hal itu membuatnya menjadi orang yang lebih kuat.

3. Warner Bros. alami kerugian setelah mengontrak band R.E.M

Michael Stipe (kiri) dan Peter Buck (kanan) di atas panggung di Ghent, Belgia, selama tur R.E.M. pada 1985 (commons.wikimedia.org/Yves Lorson)

Pada pertengahan 1990-an, band rocker alternatif asal Georgia, yakni R.E.M., terkenal dengan lagu-lagu kebangsaannya, seperti "Losing My Religion" dan album-album multi-platinum seperti Out of Time dan Automatic for the People. Sangking populernya, pada 1996, Warner Bros. menawarkan R.E.M., yang pada saat itu tidak memiliki kontrak, sebuah kesepakatan multi-album senilai 80 juta dolar AS atau setara dengan Rp1,3 triliun.

Seperti yang ditunjukkan oleh Entertainment Weekly, kesepakatan tersebut memecahkan rekor dalam industri musik pada saat itu. Mengalahkan beberapa artis paling populer di era itu, seperti Michael Jackson, Janet Jackson, dan Madonna. Namun, Warner Bros. mengaku menyesal karena menganggap telah membuang-buang uang. Apa ya penyebabnya?

R.E.M. memang menjadi salah satu artis terbesar di awal 1990-an. Sayangnya, popularitas mereka mulai meredup setelah menandatangani kontrak dengan Warner Bros. Hal ini bermula ketika anggota pendiri band tersebut, Bill Berry, meninggalkan band setelah menandatangani kontrak tersebut.

Tak satu pun dari album mereka yang mencapai puncak tangga lagu Billboard seperti dulu. Industri musik kala itu juga mulai berubah akibat munculnya berbagi format file ilegal yang beredar di internet dan pertumbuhan platform streaming. Adapun, kaset CD gak lagi diminati. R.E.M. sendiri mengumumkan bubar pada 2011.

4. Hancurnya karier band Badfinger setelah merekrut Stan Polley sebagai manajer mereka

Badfinger (commons.wikimedia.org/Apple Records)

Band pop rocker asal Welsh, Badfinger, yang menandatangani kontrak dengan label rekaman Apple milik The Beatles, cukup populer pada akhir 60-an dan awal 70-an. Pada 1970, band tersebut menjadikan Stan Polley sebagai manajer mereka. Namun, Polley adalah seorang penipu, yang mengambil uang band tersebut untuk memperkaya diri sendiri.

Pete Ham, vokalis utama dan penulis lagu Badfinger, sangat terpukul ketika band yang telah ia bangun selama bertahun-tahun hancur. Akibatnya, Pete Ham mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada 24 April 1975. Ham bahkan meninggalkan catatan dan menyebut Polley sebagai manusia yang gak berperasaan. Rekan satu band Pete Ham, bassis Tom Evans, juga meninggal karena bunuh diri 8 tahun kemudian.

5. Lagu "Umbrella" yang dinyanyikan Rihanna, awalnya ditawarkan ke Britney Spears

Britney Spears di atas panggung (commons.wikimedia.org/Sam Lavi)

Pada 2007, Rihanna mencetak salah satu hit terbesar dalam industri musik dengan lagu "Umbrella." Lagu ini bertahan selama 7 minggu di puncak Billboard Hot 100. Bahkan album ketiganya, Good Girl Gone Bad, menjadi album multi platinum.

Namun faktanya, penulis lagu "Umbrella", Terius Nash dan Christopher Stewart, awalnya ingin menggaet Britney Spears untuk menyanyikan lagu tersebut, serta membawa Britney comeback ke masa popularitasnya. Namun, pihak Britney Spears menolaknya. Gak berhenti sampai disitu, lagu "Umbrella" juga ditolak oleh penyanyi Mary J Blige. Nah, Rihanna ternyata menjadi orang yang beruntung karena menerima untukvmerekam lagu tersebut, yang membuat namanya dikenal di kancah internasional.

6. U2 bekerja sama dengan Apple, tapi albumnya banyak dihapus pengguna iTunes

U2 setelah tampil di Glasgow pada 7 November 2015 (commons.wikimedia.org/U2start)

Punya album-album klasik yang bonafide, seperti Achtung Baby, Joshua Tree, dan War, grup rock Irlandia bernama U2, memantapkan band mereka sebagai salah satu grup musik terkemuka di era 80-an—90-an. Bahkan hingga hari ini, aksi panggung mereka masih diminati berbagai generasi, nih. Namun, meskipun selalu menduduki tangga lagu terbaik di abad ke-21, dengan single-single, seperti "Beautiful Day" dan "Elevation," band ini mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa kritikus berpendapat kalau kualitas musik U2 mengalami penurunan. Apalagi, mengingat U2 menjadi artis besar selama lebih dari 4 dekade. Hal ini bermula ketika U2 merilis album pada 2014. Album ini dirilis pertama kali untuk iPhone.

Pasalnya, iPhone 6 diluncurkan dengan sangat meriah pada September 2014. Adapun, 500.000 pembeli iPhone 6 mendapat album ke-13 U2 yang berjudul Songs of Innocence. Lagu-lagu dari album ini tersedia di aplikasi iTunes mereka dan bisa diputar secara gratis. Sayangnya, lagu-lagu ini gak bisa dihapus dari memori iTunes.

Bagi orang-orang yang gak suka U2, tentunya hal ini sangat mengganggu. Jadinya, banyak orang yang berlomba-lomba mengunduh aplikasi untuk menghapus lagu-lagu U2 di iTunes mereka. Album ini pun memegang rekor sebagai album yang paling banyak dihapus dalam waktu singkat. Di sisi lain, Apple pun membuat platform agar pengguna bisa menghapus album U2 dari iTunes, alih-alih mengunduh aplikasi dari luar. Vokalis U2 sendiri, Bono, mengeluarkan permintaan maaf kepada publik terkait hal tersebut.

7. Apple menolak layanan streaming berlangganan

Spotify vs Apple (commons.wikimedia.org/Apple)

Dengan adanya iTunes, semua pengguna Apple bisa membeli musik secara daring. Yap, pengguna bisa mengunduh album atau lagu secara mudah dan mentransfernya ke iPod dan iPhone mereka. Namun, ketika Spotify diluncurkan pada 2011, layanan streaming baru ini diminati banyak orang berkat sistem langganan bulanannya.

Namun, Apple bertahan dengan model iTunes-nya selama beberapa tahun sebelum menyadari bahwa langganan menjadi jalan keluarnya. Apple akhirnya meluncurkan Apple Music pada 2015, tetapi saat itu, Spotify sudah lebih unggul dalam industri layanan streaming. Selama beberapa tahun terakhir, Apple mencoba berbagai strategi untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, termasuk peluncuran album eksklusif dari artis-artis besar, tapi Apple masih belum mampu mengejar ketertinggalannya.

Semua orang pernah blunder dalam hidupnya. Sampai akhirnya, nasib buruk menimpanya. Namun, manusia memang gak diberi kapasitas untuk mengetahui kejadian yang akan menimpanya lewat keputusan tersebut. Yap, contohnya seperti kisah di atas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us