7 Lagu Lawas yang Sekarang Bisa Kena Cancel, Kenapa?

- "Dude (Looks Like A Lady)" - AerosmithLiriknya merendahkan identitas transgender dan memperkuat stereotip berbahaya.
- "Kim" - Eminem (2000)Menggambarkan kekerasan ekstrem terhadap pasangan, menormalisasi kekerasan terhadap perempuan.
- "Barbie Girl" - Aqua (1997)Objektifikasi terhadap tubuh perempuan, dinilai merendahkan perempuan di era sekarang.
Dunia musik terus berkembang, begitu pula dengan nilai dan norma sosial yang mengiringinya. Lagu-lagu yang dulu dianggap keren dan berani kini bisa terasa tidak pantas, bahkan ofensif jika didengarkan sekarang. Beberapa di antaranya mengandung lirik yang merendahkan perempuan hingga menormalisasi kekerasan, hal-hal yang kini jelas tak bisa dianggap enteng.
Menariknya, banyak lagu tersebut dulunya sangat populer, bahkan dianggap ikonik. Namun, ketika liriknya dikupas lebih dalam, maknanya justru menimbulkan rasa tidak nyaman. Dari rock klasik hingga pop ceria, berikut tujuh lagu lawas yang mungkin dulu hits di radio, tapi kalau dirilis sekarang, bisa jadi akan langsung menuai hujatan.
1. “Dude (Looks Like A Lady)” – Aerosmith
Lagu rilisan 1987 ini mungkin terdengar catchy dan penuh energi khas era glam rock, tapi liriknya kini terasa sangat problematik. “Dude (Looks Like a Lady)” bercerita tentang seorang pria yang terkejut saat mengetahui bahwa perempuan yang ia sukai ternyata seorang laki-laki. Di masa kini, konsep ini dianggap merendahkan identitas transgender dan memperkuat stereotip berbahaya.
Desmond Child, salah satu penulis lagu, sempat mengatakan bahwa kisahnya terinspirasi dari pengalaman nyata di klub malam. Namun, niat bercanda lewat lirik justru berubah menjadi bentuk ejekan terhadap komunitas trans. Di tengah meningkatnya kesadaran akan inklusivitas gender, lagu ini jelas akan dianggap ofensif bila dirilis hari ini.
2. “Kim” – Eminem (2000)

Eminem dikenal karena lirik-liriknya yang brutal dan jujur, tapi “Kim” melampaui batas dengan menggambarkan kekerasan ekstrem terhadap pasangan. Lagu ini merupakan luapan emosi Eminem terhadap istrinya saat itu, Kim Mathers, dan ditulis dengan gaya storytelling menyeramkan yang menampilkan jeritan dan ancaman pembunuhan.
Sebagian orang menyebutnya karya seni yang jujur dan emosional, tapi banyak yang menilai lagu ini menormalisasi kekerasan terhadap perempuan. Di masa kini, karya seperti ini kemungkinan besar tidak akan lolos sensor atau justru memicu kecaman luas, karena dianggap melewati batas kebebasan berekspresi.
3. “Barbie Girl” – Aqua (1997)
Sekilas terdengar seperti lagu pop lucu dan ceria, tapi “Barbie Girl” sebenarnya menyimpan pesan yang ambigu. Liriknya menggambarkan perempuan sebagai sosok yang hanya ada untuk kesenangan laki-laki. Lirik “life in plastic, it’s fantastic” terdengar ringan, tetapi maknanya bisa dibaca sebagai objektifikasi terhadap tubuh perempuan.
Meski Aqua pernah mengklaim bahwa lagu ini adalah sindiran terhadap perusahaan Mattel dan standar kecantikan yang tidak realistis, pesan satirnya tidak selalu terbaca oleh semua pendengar. Di era sekarang yang lebih sensitif terhadap isu seksisme, lagu ini kemungkinan besar akan diserang karena dinilai merendahkan perempuan.
4. “Brown Sugar” – The Rolling Stones (1971)

“Brown Sugar” adalah contoh klasik bagaimana lagu legendaris bisa punya makna kelam. Lagu ini menyinggung perbudakan, pemerkosaan, dan eksploitasi rasial dengan gaya yang dianggap nakal dan menggoda. Jika dirilis hari ini, liriknya pasti akan diprotes karena dinilai memanfaatkan penderitaan sejarah sebagai hiburan.
Mick Jagger pernah mengatakan bahwa lagu ini ditulis dalam waktu singkat tanpa banyak pemikiran, tapi konteksnya sulit untuk diabaikan. The Rolling Stones bahkan berhenti membawakan lagu ini di konser setelah banyak kritik muncul. Dalam budaya saat ini, “Brown Sugar” akan dianggap terlalu ofensif untuk dipertahankan.
5. “Run For Your Life” – The Beatles (1965)
The Beatles mungkin dikenal dengan lagu-lagu cinta yang lembut, tapi “Run For Your Life” berbeda. Lagu ini berisi ancaman pembunuhan terhadap pasangan yang selingkuh dengan lirik “I’d rather see you dead, little girl, than to be with another man.” John Lennon sendiri kemudian mengakui bahwa ia tidak bangga dengan lirik tersebut.
Mendengarnya sekarang, lagu ini terasa seperti bentuk kekerasan verbal yang ekstrem. Meskipun pada masa itu dianggap ekspresi cemburu, kini banyak yang melihatnya sebagai bentuk toxic masculinity. The Beatles mungkin tidak bermaksud jahat, tapi jelas lagu ini tidak akan diterima oleh publik modern yang lebih sadar akan isu kekerasan dalam hubungan.
6. “Daughters” – John Mayer (2003)

Secara musikal, “Daughters” terdengar indah dan menyentuh. Namun, liriknya menimbulkan perdebatan karena menegaskan stereotip gender yang usang. Mayer menyiratkan bahwa perilaku perempuan sepenuhnya dibentuk oleh cara ayah memperlakukan mereka, seolah-olah perempuan tidak memiliki kendali atas emosinya sendiri.
Lagu ini dianggap bermaksud baik, tapi tetap terasa patronizing. Dalam konteks saat ini yang lebih menekankan kesetaraan gender, “Daughters” mungkin akan dikritik karena terlalu menyederhanakan kompleksitas hubungan manusia dan menempatkan perempuan dalam posisi pasif.
7. “One in a Million” – Guns N’ Roses (1988)
Inilah contoh paling ekstrem dalam daftar ini. “One in a Million” berisi kata-kata kasar, penghinaan terhadap imigran, dan slur terhadap komunitas LGBTQ+. Axl Rose mengklaim liriknya mencerminkan kemarahannya terhadap dunia, tapi bagi banyak orang, lagu ini tak lebih dari ujaran kebencian.
Di era 80-an, lagu ini sudah menuai kritik keras dan hari ini isinya jelas tak akan bisa diterima. Tidak ada konteks seni yang bisa membenarkan penghinaan terhadap kelompok tertentu, dan “One in a Million” kini menjadi contoh klasik bagaimana kebebasan berekspresi bisa berubah menjadi alat diskriminasi.
Beberapa lagu di atas menunjukkan bagaimana musik bukan hanya cerminan emosi, tapi juga nilai sosial zamannya. Apa yang dulu dianggap keren bisa terasa ofensif sekarang, karena masyarakat terus belajar tentang empati dan kesetaraan. Nah, bagaimana jadinya jika lagu-lagu di atas dirilis masa kini?


















