5 Lagu yang Terseret Skandal Kejahatan Nyata, Mengerikan!

- Charles Manson percaya lagu "Helter Skelter" The Beatles meramalkan perang ras, memicu pembunuhan brutal pada 1969.
- David Copeland terobsesi dengan lagu tema The Flintstones sebelum melancarkan serangkaian pengeboman di London pada 1999.
- Eric Harris, pelaku penembakan Columbine, suka musik industrial KMFDM yang gelap dan agresif, memunculkan spekulasi tentang pengaruh buruknya.
Sebuah lagu bisa membangkitkan nostalgia, memberi semangat, atau bahkan menjadi soundtrack bagi peristiwa tertentu. Namun, ada kalanya sebuah lagu terjerat dalam kisah yang jauh dari maksud awal penciptanya. Bukan sebagai sumber hiburan, melainkan sebagai bagian dari cerita kelam yang mengejutkan dunia.
Ketika musik dan kejahatan nyata saling bersinggungan, hasilnya bisa menimbulkan kontroversi dan spekulasi tanpa akhir. Beberapa lagu tiba-tiba mendapat makna baru yang menakutkan karena dikaitkan dengan peristiwa mengerikan. Seperti deretan lagu berikut yang tak pernah bisa dipisahkan dari skandal kejahatan yang mengguncang banyak orang.
1. The Beatles – "Helter Skelter"
Sulit membicarakan kekacauan yang menutup dekade 1960-an tanpa menyebut pembunuhan brutal yang dilakukan oleh keluarga sekte Charles Manson. Dengan dalih ajaran spiritual dan pengaruh LSD, Manson berhasil membangun kelompok pengikut yang fanatik dan patuh pada perintahnya.
Salah satu hal yang mendorongnya adalah keyakinannya bahwa album The White Album milik The Beatles menyampaikan pesan tersembunyi tentang ramalan perang ras yang akan datang. Lagu “Helter Skelter” menjadi salah satu yang paling menonjol dalam teorinya tentang kiamat yang segera tiba.
Manson dan pengikutnya bersembunyi di Spahn Ranch dan mendengarkan album ini berulang kali. Ia percaya bahwa lirik “Helter Skelter” meramalkan kekacauan yang harus dimulai dengan menyerang lingkungan mewah Beverly Hills. Pembunuhan sadis yang dilakukan oleh sektenya pada 1969, termasuk terhadap aktris Sharon Tate, sebagian besar didorong oleh keyakinan gila ini.
2. Hoyt Curtin, Joseph Barbera, dan William Hanna – "Meet the Flintstones"
Siapa sangka lagu tema kartun anak-anak bisa dikaitkan dengan kejahatan mengerikan? Pada 1999, teroris Neo-Nazi, David Copeland, melancarkan serangkaian pengeboman di London yang menargetkan komunitas imigran dan LGBTQ+. Salah satu bomnya meledak di bar Admiral Duncan yang menewaskan tiga orang dan melukai puluhan lainnya.
Copeland memiliki sejarah dalam kelompok supremasi kulit putih dan percaya bahwa ia sedang memulai perang ras di Inggris. Dalam wawancara dengan jurnalis Nick Ryan, terungkap bahwa salah satu pemicu psikologis Copeland adalah lagu tema The Flintstones.
Ia mendengar orangtuanya menyanyikannya saat kecil, dan lirik "we’ll have a gay old time" menanamkan ketakutan bahwa ia mungkin seorang homoseksual. Obsesi paranoid ini memperburuk kebenciannya dan akhirnya mendorongnya untuk melakukan tindakan keji.
3. KMFDM – "Stray Bullet"
Tragedi penembakan sekolah Columbine pada 1999 menjadi salah satu peristiwa paling mengejutkan. Eric Harris dan Dylan Klebold, dua pelajar yang melakukan serangan ini, telah lama menunjukkan tanda-tanda bahaya. Namun, tidak ada yang menduga mereka akan membawa senjata dan bom rakitan ke sekolah, menewaskan 13 orang sebelum akhirnya bunuh diri.
Tragedi ini memicu perdebatan panjang tentang kontrol senjata di Amerika Serikat, tetapi hingga saat ini perubahan signifikan masih sulit diwujudkan. Salah satu elemen yang menarik perhatian dalam kasus ini adalah kegemaran Harris terhadap musik industrial, khususnya band Jerman KMFDM. Ia bahkan mengunggah lirik lagu Stray Bullet di situs pribadinya sebelum serangan.
Lirik lagu yang gelap dan agresif membuat banyak orang berspekulasi bahwa musik ini memberi pengaruh buruk. Namun, vokalis KMFDM, Sascha Konietzko, dengan tegas mengecam aksi mereka. Ia menegaskan bahwa bandnya menentang perang, fasisme, dan segala bentuk kekerasan.
4. New Order – "True Faith"
Kasus pembunuhan Jun Lin pada 2012 mengguncang Kanada dan dunia. Mahasiswa asal China ini dibunuh secara brutal oleh Luka Magnotta, yang merekam aksinya dan mengunggahnya ke internet dengan judul 1 Lunatic, 1 Ice Pick. Tak hanya itu, Magnotta mengirimkan bagian tubuh korban ke kantor partai politik dan sekolah di Vancouver.
Tindakan yang mengerikan membuatnya menjadi salah satu pembunuh paling terkenal di era digital. Lebih mengejutkan lagu, selama video pembunuhan tersebut, lagu “True Faith” dari New Order diputar di latar belakang. Hingga kini, tidak jelas mengapa lagu ini dipilih.
Beberapa menduga karena lagu ini pernah digunakan dalam film American Psycho, sementara psikiater yang menangani Magnotta mengatakan bahwa ia pernah mendengarnya di sebuah sitkom. Tak hanya itu, lagu ini juga dipakai oleh Scarlet Blake dalam video kekerasannya terhadap hewan.
5. AC/DC – "Night Prowler"
Di pertengahan 1980-an, Los Angeles ketakutan akibat aksi Richard Ramirez, seorang pembunuh berantai yang dikenal sebagai "Night Stalker". Ia melakukan serangkaian pembunuhan dan kekerasan seksual di seluruh California, menyerang orang-orang di rumah mereka pada malam hari. Selain kekejamannya, Ramirez juga dikenal karena obsesinya dengan okultisme.
Selama persidangan, ia bahkan menggambar pentagram di tangannya dan meneriakkan "Heil Satan!" di ruang sidang. Ramirez juga merupakan penggemar berat AC/DC, dan polisi menemukan topi resmi band tersebut di salah satu tempat kejadian perkara. Salah satu lagu favoritnya adalah “Night Prowler”, yang sebenarnya tentang seorang remaja yang menyelinap ke kamar pacarnya.
Namun, Ramirez menafsirkannya sebagai lagu tentang meneror orang di malam hari. Hubungan ini menyebabkan reaksi keras terhadap AC/DC dengan banyak orang tua memprotes konser mereka. Meski lagu ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kekerasan, cap buruk tetap melekat.
Beberapa lagu lahir untuk menghibur, menginspirasi, atau bahkan membawa kenangan manis. Namun, seperti yang terlihat dalam kasus-kasus di atas, makna sebuah lagu bisa berubah drastis ketika dikaitkan dengan peristiwa tragis.