Penjelasan Ending One Battle After Another, Leonardo DiCaprio Selamat?

Epik terbaru garapan Paul Thomas Anderson (PTA), One Battle After Another (2025), tidak hanya menyoroti konflik antara Bob (Leonardo DiCaprio) dan Steven J. Lockjaw (Sean Penn). Film ini juga menggali isu keluarga, politik, hingga revolusi. Sebagian besar cerita berfokus pada upaya Bob dan putrinya, Willa (Chase Infiniti), untuk melarikan diri dari cengkeraman Lockjaw. Namun di balik kisah pelarian itu, film ini menghadirkan potret besar tentang cinta, kebencian, dan perjuangan yang tak ada habisnya.
One Battle After Another menutup ceritanya secara emosional sekaligus politis. Bagi sebagian penonton, pertanyaan terbesarnya adalah: siapa sebenarnya Willa, apa arti klub misterius yang jadi motor konflik sepanjang film, dan apakah karakter DiCaprio benar-benar selamat di akhir? Mari kita bahas.
Artikel ini mengandung spoiler!
1. Siapa ayah kandung Willa sebenarnya?

Salah satu twist terbesar film ini adalah terungkapnya asal-usul Willa. Selama bertahun-tahun, ia diyakini sebagai putri kandung Bob. Namun, di paruh kedua film, terungkap bahwa Willa sebenarnya adalah hasil perselingkuhan Beverly (ibu kandungnya) dengan Kolonel Lockjaw. Sontak fakta ini mengguncang Willa, yang merasa hidupnya dibangun di atas kebohongan.
Meski bukan ayah kandung, Bob selalu hadir sebagai father figure untuk Willa. Di sinilah kontras antara Bob dan Lockjaw terlihat jelas. Bob mewakili cinta tanpa syarat, sementara Lockjaw hanyalah representasi kebencian dan ego. Akhir film menegaskan bahwa hubungan biologis bukanlah segalanya. Keluarga sejati ditentukan oleh siapa yang memilih untuk tetap tinggal, bukan sekadar darah yang mengalir.
Surat peninggalan Beverly yang diberikan Bob kepada Willa di bagian akhir semakin memperkuat pesan ini. Willa akhirnya memahami bahwa meski ibunya penuh "cacat," kasih sayang yang ia terima dari Bob lebih nyata daripada ayah kandungnya sendiri.
2. Apa itu Christmas Adventurers Club, dan hubungannya dengan politik saat ini?

Meskipun Lockjaw tampil sebagai antagonis utama, film ini perlahan menggeser sorotan ke organisasi rahasia bernama Christmas Adventurers Club. Kelompok ini digambarkan sebagai sekumpulan elit kaya raya yang punya koneksi ke aparat hukum, militer, dan politik. Mereka mewakili struktur kekuasaan yang korup dan menindas rakyat demi mempertahankan privilese mereka.
Bagi penonton, Klub ini terasa relevan dengan kondisi politik saat ini. Mereka melambangkan oligarki dan sistem rasisme institusional yang terus bertahan, meski wajahnya berganti-ganti. Mirip seperti KKK di masa silam. Bahkan, Lockjaw sendiri hanyalah pion bagi mereka. Setelah menggunakan Lockjaw untuk kepentingan mereka, para anggota klub dengan mudah menyingkirkannya.
Melalui klub ini, PTA menyampaikan kritik tajam terhadap politik modern: bagaimana rakyat kecil terus diperalat dalam permainan kekuasaan yang besar. Akhir film, dengan adegan protes di Oakland yang memicu Willa untuk ikut terjun ke dalam gerakan baru, memperlihatkan bahwa generasi muda harus mengambil peran melawan dominasi kelompok elite seperti ini.
3. Karakter Bob dan Kolonel Lockjaw adalah gambaran cinta dan benci

Alur cerita Bob adalah kembali ke cinta. Mungkin baginya, ini bukan lagi tentang sang istri atau pasangan, tetapi tentang membesarkan generasi muda untuk menjadi lebih baik, terlepas dari asal usulnya. Di sisi lain, alur cerita Lockjaw adalah tetap berpusat pada kebencian. Ia adalah manusia yang "ditolak," jadi ia harus membasmi semua rasa sakit dengan kejahatan. Sederhana namun kompleks.
Di babak akhir, Bob selamat (meski babak belur) sementara Lockjaw dihabisi oleh orang-orang yang justru ia coba dekati. Kontras ini memperjelas pesan film: cinta mungkin tidak menyelamatkan dunia secara instan, tapi kebencian pasti menghancurkan dirinya sendiri.
4. One Battle After Another adalah tentang perjuangan yang takkan pernah selesai

Akhir film memperlihatkan Willa membaca surat dari ibunya, lalu memutuskan bergabung dengan protes di Oakland. Adegan ini menegaskan bahwa perjuangan tidak berhenti di generasi Bob. Semangat revolusi berpindah tangan ke Willa, yang siap melanjutkan perjuangan orang tuanya dengan cara baru.
PTA seolah sengaja memberi judul One Battle After Another sebagai simbol bahwa pertarungan melawan ketidakadilan tidak pernah benar-benar berakhir. Akan selalu ada generasi baru yang harus menghadapinya dengan cara dan semangat mereka sendiri. Bob, di sisi lain, memilih mundur. Bagi Bob, cinta sudah cukup menjadi warisan. Akhir ini mungkin terasa pahit, tapi juga penuh harapan.
Secara pribadi, penulis suka ketika sebuah film menantang pikiran kita, dan tahun ini ada beberapa film yang mempertanyakan tentang keyakinan kita. Bukan keyakinan performatif kita, tetapi untuk apa kita rela turun ke jalan? Apakah kita cukup berani untuk menjadi revolusioner? Apakah cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan ada di sayap kanan dan juga kiri?
One Battle After Another menutup ceritanya dengan refleksi mendalam tentang itu semua. Sekali lagi, PTA kembali menegaskan reputasinya sebagai sutradara yang sanggup memadukan drama dengan kritik sosial-politik. Film ini menegaskan bahwa jika perjuangan harus berakhir, maka itu harus didasari oleh cinta. Dan pada akhirnya, cinta akan menaklukkan kebencian.