[REVIEW] Film Amsterdam, Bertabur Bintang tapi Cerita Kurang Nendang

Jika kamu penggemar sejarah, pasti pernah membaca soal Business Plot, kan? Terjadi pada 1933, Bussiness Plot alias Wall Street Putsch adalah dugaan konspirasi politik untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Franklin D. Roosevelt.

Konon, rencana tersebut melibatkan sebuah organisasi fasis yang ingin mengganti pemerintahan demokratis Amerika Serikat menjadi pemerintahan diktatorisme. Peristiwa bersejarah tersebut mengilhami David O. Russell dalam membuat Amsterdam.

Di film ini, Business Plot diceritakan lewat sudut pandang Burt Berendsen (Christian Bale), dokter yang pernah berpartisipasi dalam Perang Dunia I. Bersama sesama veteran sekaligus sahabatnya, Harold Woodsman (John David Washington), Burt menyelidiki penyebab kematian seorang senator yang pernah menjadi komandannya dulu.

Penyelidikan tersebut tanpa sengaja membuat mereka bertemu dengan seorang teman lama bernama Valerie Voze (Margot Robbie). Ketika semakin dalam menginvestigasi, ketiganya pun menyadari kalau mereka sedang terlibat dalam sebuah konspirasi jahat.

Tahu istilah screwball comedy? Sempat populer di era 40-an, film screwball comedy kental dengan nuansa slapstick, karakter perempuan yang lebih mendominasi, dialog komedi yang tumpang tindih, serta romantisme antara dua kelas sosial yang berbeda.

Semua unsur dalam film screwball comedy di atas dapat kalian temui dalam Amsterdam. Hampir semua pemeran dalam film ini diberi jatah melucu, khususnya Chris Rock. Berperan sebagai Milton King, Rock sukses bikin ngakak lewat celetukannya soal rasisme.

Uniknya, David O. Russell turut mencampurkan elemen screwball comedy tersebut dengan crime thriller serta misteri pada alur ceritanya. Tak hanya dibikin tergelak, penonton juga dibuat ikutan kepo tentang penyebab kematian sang senator serta peran organisasi rahasia bernama Committee of the Five di baliknya.

Karena berlatar masa lampau, semua unsur dalam Amsterdam diperhatikan secara detail. Mulai dari kostum hingga desain produksi, film ini berhasil menampilkan pernak-pernik Hollywood era 30-an dengan sangat menawan.

Melihat hal tersebut, tak heran jika Amsterdam sampai meraih nominasi Academy Awards tahun depan lewat dua kategori di atas. Tak hanya itu, penempatan sejumlah properti serta karakter dalam layar pun tersaji secara simetris sehingga enak dilihat.

Hal tersebut juga ditunjang oleh sinematografi memikat besutan Emmanuel Lubezki (Gravity, The Revenant). Lewat bidikan lensanya, sinematografer peraih tiga piala Oscar tersebut sukses menghadirkan palet warna yang memanjakan mata. Berasa lihat film-film karya Wes Anderson, deh!

Tak bisa dimungkiri, salah satu daya tarik Amsterdam adalah jajaran pemainnya yang mentereng. Meski sebagian dari mereka, seperti Taylor Swift, Rami Malek, Anya Taylor-Joy, hingga Robert De Niro, mendapat screentime tak banyak, mereka tetap mampu menyuguhkan penampilan yang solid.

Di luar hal tersebut, Amsterdam sesungguhnya adalah film milik ketiga bintang utamanya, Christian Bale, Margot Robbie, dan John David Washington. Selain menampilkan chemistry yang apik, penjiwaan mereka pada masing-masing karakter pun sangat luar biasa.

Dari ketiganya, yang paling mencuri perhatian adalah Robbie. Berperan sebagai Valerie Voze, Robbie berhasil gaet atensi penonton lewat pembawaannya yang quirky dan berjiwa bebas. Gemesin pol!

Meski juara dari segi akting dan teknis, Amsterdam sayangnya tak luput dari beberapa kekurangan. Di paruh awal, film ini berhasil tampil memikat berkat selipan komedi serta misteri seputar keberadaan Committee of the Five.

Namun, sebagai sajian misteri, Amsterdam cenderung dikemas secara straightforward. Ketika terungkap siapa dan motif di balik Committee of the Five, alur ceritanya tak lagi menarik. Hal itu juga diperparah oleh durasinya yang terlampau panjang, 2 jam 14 menit!

Alih-alih menambah misteri baru yang mampu mengecoh ekspektasi penonton, David O. Russell justru memilih menjabarkan misterinya dengan proses berbelit-belit. Padahal, kalau dipikir baik-baik, film ini bisa saja selesai setengah jam lebih awal.

Walau mempunyai beberapa kekurangan yang cukup mengganggu, Amsterdam tetap layak kamu tonton karena menyuguhkan teknis serta akting yang juara dari para aktor dan aktrisnya. Ulasan di atas sudah cukup meyakinkanmu untuk menonton Amsterdam, kan? Yuk, langsung amankan tiketnya sekarang juga!