Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Pengepungan di Bukit Duri, Bukan Film yang Menghibur

cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)
cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)

Jakarta, IDN Times - Film ke-11 Joko Anwar yang berjudul Pengepungan di Bukit Duri akhirnya siap dirilis. Digarap sejak tahun 2007, film ini mengemas isu-isu sosial yang relevan dengan kisah Edwin, si guru pengganti.

Kalau kamu masih mikir dua kali untuk nonton film ini, langsung baca ulasan singkat berikut. Siapa tahu bisa jadi bahan pertimbangan.

1. Pengepungan di Bukit Duri bukan film yang menghibur

cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)
cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)

Pengepungan di Bukit Duri bukan film yang bisa dinikmati untuk hiburan santai. Baru beberapa menit awal film diputar, intensitas dan ketegangan langsung disajikan tanpa ampun. Film ini juga mungkin akan membuka luka lama sakitnya dampak rasisme yang pernah terjadi di masa lalu.

Ungkapan Pengepungan di Bukit Duri adalah film yang tidak menghibur ini juga dibenarkan Joko Anwar. Dalam konferensi pers, sutradara hits ini mengaku memang karya terbarunya bukan untuk menghibur, melainkan bertujuan menyadarkan penonton dengan realita dan memicu percakapan.

Film teranyarnya ini benar-benar menguras tenaga. Durasi 118 menit serasa lama. Saya sendiri merasa mual dengan kekejaman yang ditampilkan dan ikut lelah seperti karakter utamanya. Ini pengalaman yang lebih mirip seperti ikut terseret dalam neraka kecil Edwin.

2. Akting para figuran gak kalah dari pemeran utamanya

cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)
cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)

Dalam wawancara beberapa waktu lalu dengan IDN Times, Morgan Oey sempat menjelaskan treatment khusus Joko Anwar yang mengarahkan langsung para pemeran figuran satu per satu. Hal ini ternyata penting, karena mereka jadi gak kaku, lho.

Kehadiran extras di film ini bukan cuma sebagai pemanis latar, tapi benar-benar terasa di dalam dunia ceritanya. Jadi, gak cuma lewat-lewat doang atau teriak-teriak tanpa makna.

Dari segi teknis, pergerakan kamera Pengepungan di Bukit Duri patut diacungi jempol. Tepat sasaran dalam membangun ketegangan hingga menimbulkan ketidaknyamanan di hati. Setiap gerakan kamera saat adegan menegangkan bisa bikin jantung ikut berdebar, deh.

3. Rasanya kita butuh character sheet

cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)
cuplikan film Pengepungan di Bukit Duri (dok. Come and See Pictures/Pengepungan di Bukit Duri)

Sayangnya, saya merasa sempat dibawa lari-lari begitu saja di pertengahan film. Ada beberapa dialog atau adegan yang saya rasa tidak perlu ditambahkan. Seolah hanya ingin memperpanjang durasi, bukan memperdalam narasi.

Ketika masuk pada bagian plot twist di akhir film, rasanya gak terlalu mengejutkan. Sudah agak ketebak sejak awal. Cuma gak seru, kan kalau dibagikan di sini?! Jadi spoiler nanti!

Terakhir, Pengepungan di Bukit Duri punya after taste yang sama seperti karya Joko Anwar lainnya: karakternya harus dijelaskan di luar film. Saya merasa sutradara harus mengunggah character sheet di media sosial untuk membuka setiap layer dari karakter yang ada. Ini akan membantu penonton untuk bisa lebih memahami cerita.

Misalnya, karakter Dotty yang diperankan Satine Zaneta. Karakternya terasa kosong dan seperti topping di antara sekumpulan pria. Namun ketika mendengar penjelasan Joko Anwar soal latar belakangnya, saya baru memahami, 'Oh ternyata begini.'

Nah, daripada penasaran, kamu bisa menyaksikan Pengepungan di Bukit Duri di bioskop mulai 17 April 2025. Pastikan kamu sudah mempersiapkan mental yang kuat, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
Elizabeth Chiquita Tuedestin Priwiratu
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us