[REVIEW] maboroshi—Film Terbaik Mari Okada yang Melampaui Ekspektasi

Meski gak tayang di bioskop, film anime maboroshi akhirnya menyapa audiens Indonesia dan internasional pada 15 Januari 2024 di Netflix. Film maboroshi pastinya telah diantisipasi sejak lama mengingat film ini merupakan proyek kolaborasi antara Mari Okada yang dikenal sebagai penulis Anohana dan sutradara Maquia serta MAPPA.
Penulis sendiri langsung gercep dan udah nonton maboroshi. Penasaran bagaimana filmnya? Yuk, langsung saja simak review maboroshi berikut ini!
1. Mari Okada kembali mengangkat tema utama coming of age dan romantis

Cerita maboroshi dimulai dengan ledakan misterius pabrik baja di sebuah kota kecil bernama Mifuse. Ledakan tersebut mengakibatkan adanya retakan di langit dan munculnya asap menyerupai serigala. Tidak hanya itu, tidak ada akses keluar dari Mifuse sehingga penduduk terperangkap di sana.
Namun, masalahnya rupanya tidak sesimpel itu. Mifuse bukan hanya terisolasi dari dunia luar, melainkan juga dari realitas. Di Mifuse, waktu berhenti bekerja sehingga penduduk berhenti menua dan musim tiada berganti. Semua orang yang punya emosi berlebih juga bakal menghilang ditelan serigala asap.
Oleh karena itu, penduduk tetap menjalani kehidupan seperti biasa. Mereka pun beranggapan semua ini merupakan hukuman dari para dewa. Namun, tak semua orang puas dengan kehidupan yang monoton tersebut, termasuk remaja lelaki bernama Masamune Kikuiri. Suatu hari, Masamune diajak teman sekelasnya, Mutsumi Sagami, untuk pergi ke pabrik baja.
Rupanya, Mutsumi selama ini merawat anak perempuan tak bernama di pabrik baja. Anak itu ditahan para pekerja pabrik karena dianggap menjaga kestabilan Mifuse. Merasakan adanya koneksi misterius antara anak tersebut dan Mifuse, Masamune berusaha menyelamatkannya dan mencari tahu apa kebenaran di balik insiden Mifuse.
Melalui film ini, Mari Okada kembali unjuk gigi sebagai ahlinya genre coming of age dan romantis. Kali ini, ia memasukkan lebih banyak elemen fantasi yang lebih imajinatif dan fantastis daripada karya-karya terdahulunya. Secara keseluruhan, penulis merasa cerita maboroshi bagai campuran antara Suzume dan The Tunnel to Summer.
Kendati demikian, bukannya tidak terdapat kelemahan dalam cerita maboroshi. Menurut penulis, keseharian penduduk kota masih dapat lebih ditonjolkan lagi untuk menambah kesan kemonotonan di Mifuse. Berhentinya waktu di Mifuse juga kurang berkesan mengingat filmnya kurang menunjukkannya secara lebih jelas.
Penyebab beberapa penduduk ditelan naga asap juga tak pernah dijelaskan secara jelas. Penjelasannya malah tidak to the point dan ambigu. Hal ini diperparah dengan ketidakkonsistenan penjelasan alasan tersebut dalam beberapa adegan.
2. Penokohan para karakter cukup kuat dan berkesan

Karakter-karakter maboroshi, baik utama maupun sampingan, punya penokohan yang cukup baik. Masamune sendiri digambarkan secara apik sebagai remaja yang masih belum mengerti emosinya sepenuhnya. Meski tak kentara, tingkah dan gerak-gerik Masamune juga menjadi cara untuk audiens mengenalnya lebih baik.
Masamune juga mengalami perkembangan karakter yang brilian. Pada awal film, ia memang sudah memiliki keinginan untuk berubah dan keluar dari Mifuse, tetapi tak pernah berani untuk mengambil langkah konkret. Namun, ia secara bertahap mulai berani untuk memecahkan misteri Mifuse seiring berjalannya film.
Hal itu juga terjadi dengan para karakter sampingan. Masing-masing diberi penokohan dan kepribadian yang cukup dalam dan berbeda sehingga mereka terasa seperti karakter nyata. Hubungan antarkarakter juga tak terkesan dipaksakan, padahal hal itu merupakan kelemahan yang kerap muncul di karya-karya Okada menurut penulis pribadi.
Meski begitu, bukannya penokohan dalam maboroshi sempurna sepenuhnya. Latar belakang Mutsumi sama sekali tidak penting dan tidak berpengaruh apa-apa ke cerita. Bahkan, ada satu karakter sampingan yang perannya cukup penting dan perkembangan karakternya selesai di tengah-tengah film. Namun, itu malah menjadi momen tak berarti dalam film.
3. Visual yang bikin betah menontonnya

Film maboroshi punya gaya warna agak monokrom demi mendukung kesan monoton. Namun, itu diseimbangkan dengan tetap munculnya warna-warna mencolok yang memanjakan mata di bagian-bagian tertentu. Perbedaan antara keduanya amat mencuri perhatian. Kinerja Kazuki Higashiji sebagai art director dan tim patut diacungi jempol.
Detail-detail kecil juga terlihat luar biasa. Meski terlihat tidak penting, hal-hal semacam karat di rel kereta atau noda makanan di mulut karakter digambar secara fantastis dan membuat dunianya terasa lebih hidup. Ini semua juga dilengkapi dengan animasi yang tak kalah hebat.
Soal animasi, chief animation director Yuriko Ishii dan para animator lainnya layak dipuji habis-habisan. Bagaimana tidak? Kualitas animasi yang disuguhkan benar-benar papan atas. Pergerakan karakter dan elemen-elemen dunia di sekitar mereka begitu mulus dan terkesan realistis. Adegan aksi juga mereka sajikan secara apik.
4. Skor film dari Masaru Yokoyama dan lagu tema dari Miyuki Nakajima memanjakan telinga

Skor film karya Masaru Yokoyama berhasil melengkapi film ini dengan baik. Musik maboroshi agak kental akan gaya musik era 90-an meski tetap didominasi dengan suara orkestra. Musik yang memacu adrenalin saat adegan aksi juga tak kalah bagus digarap oleh Yokoyama.
Untuk lagu tema, Okada meminta musisi senior Miyuki Nakajima untuk berkontribusi. Meski awalnya ragu karena belum pernah mengisi lagu tema anime, Nakajima akhirnya setuju setelah membaca naskah Okada. Bertajuk "Shin-on", lagu tersebut amat cocok mengakhiri maboroshi dengan melodinya yang menenangkan.
5. Mari Okada mengukuhkan namanya sebagai sutradara menjanjikan

Mari Okada memang dikenal sebagai salah satu penulis terbaik dalam industri anime dengan karya-karya yang mencakup Anohana, Toradora, Her Blue Sky, dan The Anthem of the Heart. Pada 2018, ia melebarkan sayapnya dengan menggarap film Maquia sebagai proyek debutnya sebagai sutradara. Film tersebut berhasil menuai ulasan positif.
Film anime maboroshi ini film kedua garapannya. Meski baru menggarap dua, Okada membuktikan bahwa ia merupakan salah satu sutradara film anime paling menjanjikan saat ini. Tidak hanya dari naskah, tetapi juga visual, penokohan, musik, dan penggarapan maboroshi benar-benar melampaui ekspektasi penulis. Dapat dikatakan maboroshi merupakan salah satu karya terbaik Okada.
Overall, penulis memberi nilai 4/5 untuk maboroshi. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, langsung nonton maboroshi di Netflix dan bagi penilaianmu di kolom komentar!