Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Shudder dalam Perang Konten Horor Masa Kini

The Ugly Stepsister (dok. Shudder/The Ugly Stepsister)
The Ugly Stepsister (dok. Shudder/The Ugly Stepsister)

Blumhouse, A24, dan NEON masih merajai konten horor masa kini. Mereka pula yang memperkenalkan elevated horror (subgenre horor yang mengutamakan kedalaman cerita dan estetika ketimbang jump scare dan gore) ke khalayak luas. Namun, di tengah tiga distributor yang berkontestasi ini, ada satu nama yang nyempil di tepian.

Shudder yang merupakan bagian dari AMC Networks juga punya portofolio film yang gak main-main. Speak No Evil yang dibuat versi Hollywoodnya pada 2024 merupakan adaptasi dari film horor Denmark yang mereka akuisisi pada 2022. Mereka pula yang bikin serial Creepshow, membuat film horor pandemik Host (2020), dan memperkenalkan karya debut Coralie Fargeat, Revenge (2017), ke publik.

Apa, sih, strategi kurasi Shudder dan bagaimana posisi mereka dalam perang konten horor saat ini? Ulik lebih jauh, yuk!

1. Film-film hasil kurasi Shudder biasanya memadukan elevated horror dengan gore

Angst (dok. Vienna International Film Festival/Angst)
Angst (dok. Vienna International Film Festival/Angst)

Bila bisa dirangkum, ada tiga tokoh penting dalam perkembangan Shudder dalam kontestasi film horor. Mereka adalah Sam Zimmerman, Craig Engler, dan Emily Gotto. Mereka berkontribusi besar dalam proses kurasi film. Pada era Zimmerman, Shudder mengakuisisi film horor klasik bertema kultus sesat, Eyes of Fire (1983), dan banyak film horor underrated, macam The Blair Witch Project (1999), Angst (1983), Lake Mungo (2008), Pulse (2001), Ring (1998), Impetigore (2018), The Wailing (2015), dan Terrified (2017).

Terlihat Shudder tak segan mencomot film-film horor non-Hollywood yang bikin koleksi mereka lebih beragam dan unik. Sebagai perbandingan, pada era yang sama, A24, NEON, dan Blumhouse masih fokus pada film-film horor indie yang dibuat di Amerika Serikat. Bila diperhatikan pula, mereka cukup jeli memilih film yang masuk kategori elevated horror. Namun, di satu sisi masih menyertakan adegan gore yang merupakan favorit penonton.

2. Pandai membaca situasi dan tren yang berkembang

serial V/H/S/94 (dok. Shudder/V/H/S/94)
serial V/H/S/94 (dok. Shudder/V/H/S/94)

Pada 2017 dan 2018, Emily Gotto dan Craig Engler hadir dengan ide segar lainnya. Gotto cukup jeli membaca tren. Di tengah naiknya topik #MeToo, ia meyakinkan timnya di Shudder untuk mengakuisisi film fitur debut Coralie Fargeat, Revenge (2017). Gotto pula yang membawa Late Night with the Devil (2023) dan berhasil membuatnya jadi film paling banyak ditonton di platform Shudder. 

Engler di sisi lain menggalakkan produksi film orisinal Shudder. Setelah kehadirannya, Shudder merilis serial orisinal berjudul Creepshow (2019) dan V/H/S/94 (2021). Salah satu film orisinal mereka, Host (2020), juga dirilis pada era Engler. Film horor berbujet rendah yang menyoal situasi mencekam saat karantina mandiri itu cukup viral pada masanya.

3. Sayangnya, ia belum punya saluran distribusi semasif rival-rivalnya

Oddity (dok. Shudder/Oddity)
Oddity (dok. Shudder/Oddity)

Sayangnya, tak banyak film Shudder yang tayang di bioskop dan streaming platform secara global layaknya tiga rival mereka. Shudder fokus pada perilisan video-on-demand (VOD) lewat streaming platform mereka. Ini keputusan yang punya konsekuensinya sendiri. Sebagai contoh, Oddity (2024) terbanting popularitasnya karena dirilis bersamaan dengan Longlegs (2024) milik NEON. Padahal, dari segi kualitas, Oddity gak kalah epik.

Itu terjadi karena platform Shudder belum bisa diakses secara global alias masih terbatas di region tertentu. Tipe film yang mereka tawarkan juga cukup niche alias sempit. Hanya horor dan thriller yang mungkin membuat sebagian orang ragu buat berlangganan. Ia beda dengan Netflix, HBO, MUBI, dan Prime Video yang jauh lebih beragam karena berbasis volume.

Sementara itu, para pesaing Shudder justru aktif menjalin kerja sama dengan streaming platform besar, selain menayangkan film mereka di bioskop. Kiranya, ini yang bikin Shudder masih bakal berada di tepian dalam konteks perang konten horor. Akankah Shudder bikin terobosan baru atas isu ini? Rasanya menarik buat menanti gebrakan Shudder mengingat kualitas kurasi mereka di atas rata-rata, lho.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us