3 Teori Fans tentang Film Abadi Nan Jaya, Karina Hamil?

Setelah penayangan perdana film Abadi Nan Jaya di Netflix pada 23 Oktober 2025, berbagai teori fans mulai bermunculan di media sosial. Film garapan sutradara Kimo Stamboel ini membuka ruang yang memancing fans untuk berteori.
Salah satunya tentang karakter Karina atau Bu Kar yang diperankan oleh Eva Celia. Banyak penggemar yang berteori bahwa karakter yang digambarkan sebagai sahabat sekaligus ibu tiri Kenes (Mikha Tambayong) itu akan hamil. Kok bisa?
1. Karina hamil?

Teori pertama yang ramai dibahas adalah soal Karina atau Bu Kar yang mungkin saja hamil. Di awal film, Karina diduga melakukan hubungan suami istri setelah Sadimin kembali muda dan bugar, efek jamu Abadi Nan Jaya.
Jika benar, anak Karina dan Sadimin ini akan berdarah campuran manusia dan zombie yang menarik dieksplorasi lagi untuk cerita selanjutnya kalau ada. Biasanya dalam banyak cerita fiksi, anak berdarah campuran selalu punya sesuatu yang istimewa. Misalnya, dia akan kebal atau jadi penawar wabah ini!
2. Hujan diduga simbol kehendak alam dan campur tangan Tuhan

Masih ingat dengan dialog Kenes dan Raihan saat Raihan kebelet pipis? Di momen itu, Kenes sempat bilang, “Kalau kamu baik sama alam, alam juga akan baik sama kamu.” Kalimat sederhana yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari itu ternyata meninggalkan kesan mendalam bagi sejumlah penonton, karena terasa menyatu dengan pesan besar yang ingin disampaikan di film Abadi Nan Jaya.
Beberapa penggemar mengaitkan dialog tersebut dengan adegan hujan yang membuat para zombie tiba-tiba terdiam. Menurut mereka, hujan hadir sebagai balasan alam terhadap kebaikan manusia yang membuat Raihan akhirnya bisa keluar dan bertemu kembali dengan ibunya.
Di sisi lain, ada juga penggemar yang menafsirkan hal tersebut dari sisi spiritual. Mereka meyakini bahwa hujan adalah simbol campur tangan Tuhan, satu-satunya yang memiliki kehendak atas alam dan kehidupan. Dari pandangan ini, hujan bukan sekadar cuaca, melainkan tanda bahwa hanya Tuhan yang bisa menolong manusia di tengah kekacauan dunia Abadi Nan Jaya.
3. Warga Wanirejo sulit memproses serangan zombie karena latar belakang budaya mereka

Selanjutnya, teori ketiga yang membahas aspek latar belakang budaya karakter di film ini. Gak bisa dimungkiri pasti ada banyak sekali penonton yang geregetan dengan tindakan-tindakan mereka. Namun beberapa penonton menilai, alasan para karakter tampak kikuk, panik, dan sering bereaksi berlebihan bukan karena naskah yang aneh, melainkan karena film ini sengaja menyesuaikan dengan latar sosial dan budaya desa tempat cerita berlangsung, yaitu Wanirejo.
Bagi warga Wanirejo, segala hal yang bersifat aneh atau tak masuk akal mudah dianggap sebagai kejadian mistis atau kerasukan. Itulah sebabnya, ketika fenomena zombie mulai muncul, mereka tidak bisa langsung memahami bahwa itu wabah atau virus, melainkan mengaitkannya dengan hal-hal supranatural.
Hal ini juga tergambar jelas dari dialog Ningsih saat menelepon Rahman, ketika ia mengatakan bahwa apa yang dilihatnya tampak seperti situasi kerasukan. Dari sini, beberapa penonton menafsirkan bahwa reaksi kikuk dan kebingungan para karakter adalah bentuk realisme budaya, menggambarkan bagaimana masyarakat desa itu memaknai sesuatu yang baru dan di luar nalar.
Ada lagi teori kamu tentang Abadi Nan Jaya?


















