Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

V/H/S/Halloween, Film Antologi Horor Paling Gila di 2025!

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)
Intinya sih...
  • "Kidprint" menjadi segmen paling lemah dengan tone serius dan twist yang mudah ditebak.
  • "Diet Phantasma" jadi frame narrative yang dinamis meski repetitif, dengan estetika 80-an yang menarik.
  • "Ut Supra Sic Infra" karya Paco Plaza terlalu aman tapi tetap efisien dalam membuat penonton ngeri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Seri V/H/S telah lama dikenal sebagai film antologi horor legendaris yang kerap menghadirkan ide-ide ekstrem dengan gaya found footage-nya yang khas. Setelah tahun lalu sukses dengan V/H/S/Beyond (2024), tahun ini, waralaba tersebut kembali menggebrak lewat V/H/S/Halloween yang resmi tayang di Shudder sejak Jumat (3/10/2025).

Beda dari edisi-edisi sebelumnya, V/H/S/Halloween hadir dengan lima segmen bertema malam Halloween yang diikat oleh satu narasi utama. Deretan sutradara di baliknya pun bukan nama sembarangan, dari Paco Plaza, Casper Kelly, hingga Alex Ross Perry. Hasilnya? Film ini mendapat pujian kritis dengan skor 94 persen di Rotten Tomatoes, bahkan disebut sebagai salah satu film paling konsisten dalam seri V/H/S sejauh ini.

Apakah klaim ini benar adanya? Penulis sudah menonton dan siap membongkar satu per satu segmen, dari yang paling lemah hingga yang paling bikin merinding, dalam review film V/H/S/Halloween berikut. Namun, siap-siap, akan ada spoiler  yang mungkin mengganggu pengalaman menontonmu nanti!

1. Kidprint

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Walau punya Alex Ross Perry, yang dikenal lewat film-film independen berkualitasnya, di kursi sutradara, “Kidprint" menurut penulis justru jadi yang paling lemah di antara semuanya. Berlatar era 90-an, ceritanya mengikuti Tim Kaplan (Stephen Gurewitz), pemilik toko elektronik yang menawarkan layanan bernama Kidprint, di mana ia merekam video anak-anak sebagai bentuk pencegahan jika mereka hilang. Awalnya tampak seperti ide baik, sampai malam Halloween tiba dan salah satu anak yang pernah direkam mendadak menghilang.

Segmen ini berujung pada twist kelam ketika Tim sadar bahwa teknisi kepercayaannya, Bruce (Carl William Garrison), adalah dalang di balik serangkaian penculikan dan pembunuhan anak-anak. Nahas, Tim akhirnya dibunuh oleh dua remaja korban yang mengira ia terlibat, sebelum Bruce kembali muncul dan menghabisi keduanya. Puncaknya adalah ketika Bruce malah berhasil memanipulasi keadaan dan mengambil alih bisnis Kidprint.

Permasalahan utama "Kidprint" terletak pada tone-nya yang terlalu serius dan gelap, sehingga terasa janggal bagi atmosfer waralaba V/H/S yang biasanya dipenuhi unsur supernatural konyol, absurditas, dan adegan gore yang eksplosif. Tema pembunuh berantai yang diusungnya memang mengerikan, tapi durasi pendeknya gak menyisakan ruang yang cukup bagi pengembangan karakter, khususnya sang villain. Alhasil, baik cerita maupun twist-nya kurang berdampak dan mudah ditebak.

2. Diet Phantasma

adegan dalam film V/H/S/Halloween.
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Sudah jadi tradisi bagi setiap film V/H/S untuk punya wraparound story atau frame narrative yang jadi benang merah antar segmen. Dalam V/H/S/Halloween, peran itu diemban oleh “Diet Phantasma”, garapan Bryan M. Ferguson. Meski gak masuk jajaran segmen terbaik, setidaknya ia jauh lebih solid dibanding “Abduction/Adduction” milik V/H/S/Beyond yang tahun lalu gagal memberi kesan kuat sebagai pembuka maupun penutup.

Segmen ini berfokus pada perusahaan misterius bernama Octagon Company yang sedang menguji Diet Phantasma, minuman ringan baru yang terbuat dari “ekstrak poltergeist” sungguhan. Para penguji coba diminta meminum soda tersebut di depan para ilmuwan yang mengamati dari balik kaca satu arah. Namun, bukannya efek segar seperti iklan soda pada umumnya, para subjek justru mengalami hal-hal yang mengerikan.

“Diet Phantasma” efektif menjaga ritme film tetap dinamis dan jadi palate cleanser di antara segmen utama. Namun di sisi lain, strukturnya yang repetitif (adegan minum, mati, ulangi lagi) membuat daya tariknya perlahan menurun dan kehilangan elemen kejutan. Meski begitu, estetika analog yang kasar, nuansa throwback ke era 80-an, serta efek praktikal yang menjijikkan, tapi kreatif, yang diusung membuatnya tetap menarik untuk disimak.

3. Ut Supra Sic Infra

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Paco Plaza, yang dikenal lewat waralaba horor legendaris [REC], juga menyumbang segmen berjudul “Ut Supra Sic Infra” dalam V/H/S/Halloween. Berlatar di Spanyol, kisahnya mengikuti penyelidikan polisi atas pembantaian brutal di sebuah rumah tua tempat pesta Halloween berlangsung. Satu-satunya penyintas, Enric (Teo Planell), mengaku bertanggung jawab atas kematian teman-temannya. Ngerinya lagi, semua korban ditemukan tewas dengan bola mata yang dicongkel keluar.

Segmen ini menampilkan gabungan antara found footage dan rekaman investigasi yang saling melengkapi untuk membangun atmosfer mencekam. Namun, di balik eksekusinya yang rapi, “Ut Supra Sic Infra” dinilai terlalu “aman” untuk ukuran V/H/S. Beberapa penonton juga merasa segmen ini terlalu bergantung pada shock value ketimbang memperdalam mitologi atau menjelaskan asal-usul entitas supranaturalnya.

Meski begitu, penulis tak menampik bahwa Plaza tetap menunjukkan kelasnya dalam menciptakan horor yang atmosferik dan intens. Ia tahu cara membangun ketegangan lewat ritme visual dan desain suara yang memikat, bahkan ketika naskahnya medioker. “Ut Supra Sic Infra” mungkin bukan segmen paling gila dalam V/H/S/Halloween, tapi jelas salah satu yang paling efisien dalam membuat penonton ngeri tanpa perlu banyak gimmick!

4. Fun Size

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Ditulis dan disutradarai Casper Kelly, “Fun Size” sukses menyampaikan pesan moral tentang keserakahan lewat cara yang lucu sekaligus mengerikan. Segmen ini mengikuti dua pasangan muda yang memutuskan untuk ikut trick-or-treat setelah pesta Halloween. Mereka menemukan semangkuk permen dengan tulisan “ambil satu saja”, tapi seperti yang bisa ditebak, rasa penasaran (baca: serakah) bikin mereka melanggar aturan itu.

Begitu mengambil lebih dari satu, keempatnya langsung tersedot ke dunia mimpi buruk berupa pabrik permen. Di sana, mereka berhadapan dengan maskot Fun Size, sosok humanoid menyeramkan dengan kekuatan supernatural. Satu per satu, mereka mati dengan cara brutal, dari dicincang jadi permen sampai dipaksa menelan gumball hingga wajahnya meledak!

Kelly, yang dikenal lewat film pendek absurd seperti Too Many Cooks (2014), benar-benar memanfaatkan gaya khasnya di sini. Lewat dunia cartoonish yang bergelimang darah, ia menjadikan “Fun Size” layaknya parodi gelap film slasher dan iklan permen era 90-an. Satu-satunya yang penulis kritik adalah eksekusinya yang kelewat vulgar, yang mungkin terasa terlalu berlebihan bagi sebagian orang.

5. Coochie Coochie Coo

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Bayangkan Barbarian (2022) bertemu Wewe Gombel, tapi versi yang lebih sadis dan absurd. Itulah sensasi yang ditawarkan oleh “Coochie Coochie Coo”, segmen pembuka garapan Anna Zlokovic dalam V/H/S/Halloween. Dibuka dengan ringan lewat percakapan dua remaja yang ingin bernostalgia, segmen ini langsung berubah jadi mimpi buruk yang penuh darah, tangisan, dan lolongan yang bikin bulu kuduk berdiri.

Kisahnya mengikuti dua sahabat, Kaleigh (Natalia Montgomery Fernandez) dan Lacie (Samantha Cochran), yang memutuskan untuk trick-or-treat terakhir sebelum kuliah. Dalam perjalanan, mereka ditantang untuk mengunjungi rumah yang konon dihuni "The Mommy”, makhluk yang suka menculik remaja nakal setiap malam Halloween. Awalnya mereka menganggap itu cuma urban legend, tapi begitu masuk, rumah itu menutup pintunya sendiri, dan dimulailah mimpi buruk keduanya.

Kalau kamu tipe yang tahan dengan horor menjijikkan dan body horror ekstrem, segmen ini bakal jadi salah satu yang paling susah kamu lupakan. Sepanjang durasi, kamu akan diajak menengok visual The Mommy yang benar-benar disturbing, lengkap dengan “bayi-bayi” dewasa hasil ciptaannya. Penulis bahkan gak heran kalau setelah menontonnya, kamu terus terngiang suara lembut The Mommy yang berbisik, “Coochie coochie coo…” di kepala.

6. Home Haunt

adegan dalam film V/H/S/Halloween
adegan dalam film V/H/S/Halloween. (dok. Shudder/V/H/S/Halloween)

Di atas, penulis sempat menyinggung ciri khas seri V/H/S yang selalu memadukan ide gila, darah berceceran, dan kreativitas tanpa batas dalam format rekaman amatir. Nah, semua elemen itu mencapai puncaknya di segmen pamungkas berjudul “Home Haunt”, garapan Micheline Pitt-Norman dan R.H. Norman. Segmen ini gak cuma layak jadi yang terbaik, tapi juga hadir sebagai surat cinta "berdarah" untuk pertunjukan rumah hantu.

Kisahnya mengikuti Keith (Jeff Harms), pria yang setiap tahun membuat atraksi Halloween di halaman belakang rumahnya. Putranya, Zack (Noah Diamond), yang kini remaja, sudah mulai malu dengan hobi eksentrik sang ayah. Namun, ketika Zack mencuri piringan hitam misterius dari toko antik, mereka tanpa sadar membangkitkan kutukan kuno yang membuat dekorasi Halloween mereka berubah jadi makhluk hidup haus darah.

"Home Haunt” bekerja sempurna karena benar-benar merangkul semangat Halloween dengan cara yang paling maksimal. Memang, cerita ayah-anaknya gak dieksplorasi terlalu dalam, tapi semuanya berhasil terbayar lunas lewat adegan gore yang digarap solid, desain makhluk yang kreatif, dan pacing yang melaju bak roller coaster. Oh, dan jangan lupakan juga ending-nya yang seolah memberi penghormatan pada The Cabin in the Woods (2011) itu!

Secara keseluruhan, V/H/S/Halloween jadi bukti bahwa seri ini masih bisa tampil segila dan sekreatif dulu. Walau “Kidprint” terasa agak datar, segmen lain seperti “Fun Size” dan “Home Haunt” sukses bikin film ini naik level dibanding edisi sebelumnya. Buat para pencinta horor ekstrem, ini jelas tontonan wajib yang sayang untuk dilewatkan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Hype

See More

Sinopsis dan Daftar Pemain The Beatles - A Four-Film Cinematic Event

16 Okt 2025, 20:58 WIBHype