Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wicked: For Good, Sekuel yang Kehilangan Daya Magisnya?

poster film Wicked: For Good
poster film Wicked: For Good (dok. Universal Pictures/Wicked: For Good)
Intinya sih...
  • Wicked: For Good mengambil latar 5 tahun setelah Wicked
  • Gak cuma kompleks, Wicked: For Good juga hadirkan koneksi menarik dengan The Wizard of Oz
  • Sayangnya, eksekusi musikal Wicked: For Good terasa generik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sekuel yang paling ditunggu-tunggu, Wicked: For Good, akhirnya mendarat manis di bioskop Indonesia sejak Rabu (19/11/2025). Sebagai kelanjutan dari adaptasi musikal Broadway yang legendaris, film ini kembali mengikuti perjalanan Elphaba (Cynthia Erivo) dan Glinda (Ariana Grande) di fase yang lebih emosional dan gelap. Dengan dua lagu baru, set megah, serta cerita yang semakin dekat pada kisah klasik The Wizard of Oz, sekuel ini datang membawa ekspektasi besar dari para penggemarnya.

Namun, seiring dengan gegap gempita penayangannya, muncul juga awan keraguan yang mulai membayangi film ini. Coba tengok saja rating yang diberikan kritikus di Rotten Tomatoes. Jika film pertama perkasa di angka 88 persen, Wicked: For Good justru harus puas dengan skor yang jauh lebih rendah, yaitu sekitar 71 persen.

Penurunan ini sontak menimbulkan concern di kalangan penggemar, benarkah sekuelnya kehilangan daya magis yang dulu membuat penonton terpukau? Untuk menjawab rasa penasaran itu, penulis sudah mengupas habis berbagai sisi filmnya dalam review film Wicked: For Good di bawah ini!

1. Wicked: For Good mengambil latar 5 tahun setelah Wicked

adegan dalam film Wicked: For Good
adegan dalam film Wicked: For Good (dok. Universal Pictures/Wicked: For Good)

Tentu masih segar di ingatan bagaimana Wicked (2024) berakhir dengan momen dramatis yang mengubah nasib banyak karakter di Oz. Setelah tahu persekongkolan busuk The Wizard (Jeff Goldblum) dan Madame Morrible (Michelle Yeoh), Elphaba kabur dengan membawa Grimmerie dan bertekad untuk melawan rezim. Wicked: For Good membawa penonton 5 tahun pasca-peristiwa mencengangkan tersebut dengan cerita yang jauh lebih kompleks.

Kini, dinamika pertemanan Elphaba dan Glinda benar-benar terpecah seiring nasib yang menempatkan mereka di sisi berlawanan. Elphaba masih bergerilya di hutan sebagai buronan yang gencar mencari cara membongkar kebohongan The Wizard sekaligus memperjuangkan hak-hak para Animals. Di sisi lain, Glinda naik takhta sebagai “Glinda the Good” sekaligus juru bicara rezim, guna membuat penduduk Oz percaya bahwa Elphaba adalah ancaman terbesar mereka.

Gak cuma Elphaba dan Glinda, karakter lain juga mengalami perubahan drastis. Fiyero (Jonathan Bailey), yang kini jadi kapten pengawal dan tunangan Glinda, merasa bimbang karena ia harus memburu Elphaba yang diam-diam masih ia cintai. Ditambah Nessarose (Marissa Bode), adik tiri Elphaba, yang kini jadi Gubernur Munchkinland yang otoriter, jelas bahwa rentang waktu ini telah membawa seluruh pemain utama ke dalam posisi yang rumit dan penuh dilema.

2. Gak cuma kompleks, Wicked: For Good juga hadirkan koneksi menarik dengan The Wizard of Oz

adegan dalam film Wicked: For Good
adegan dalam film Wicked: For Good (dok. Universal Pictures/Wicked: For Good)

Seperti yang telah disinggung di atas, latar yang gak lagi berkutat di Shiz University, seperti film pertama, memfasilitasi Wicked: For Good untuk tampil lebih gelap. Isu seperti propaganda, pembatasan hak terhadap ras minoritas, hingga perlakuan kejam terhadap para Animals dipaparkan tanpa tedeng aling-aling. Khususnya sentilan terhadap bagaimana manisnya mulut para penguasa dalam membuat suara-suara kritis yang bertentangan dengan mereka luluh, bertekuk lutut, dan lupa akan perjuangannya.

Bicara soal “bumbu”, salah satu yang paling mencolok juga datang dari penggambaran masa kecil Glinda yang gak ada di versi musikal. Lewat sebuah kilas balik , penonton diajak memahami mengapa Glinda begitu terobsesi pada penerimaan publik dan citra sempurna yang harus selalu ia tampilkan. Detail kecil, tapi signifikan ini bikin transformasi Glinda terasa lebih manusiawi.

Perubahan radikal ini pun terasa ketika For Good bersinggungan dengan The Wizard of Oz (1939) lewat kehadiran Dorothy Gale. Penonton diberi sudut pandang lain, yang jauh dari kata manis tentunya, dari adegan-adegan ikonis, misalnya, ketika Dorothy memulai perjalanannya menyusuri Yellow Brick Road. Bahkan, motivasi di balik bergabungnya tiga teman seperjalanannya, yakni Scarecrow, Tin Man, dan Cowardly Lion, ikut diberi konteks baru dan twist yang bakal mengubah caramu melihat kisah klasik tersebut.

3. Sayangnya, eksekusi musikal Wicked: For Good terasa generik

adegan dalam film Wicked: For Good
adegan dalam film Wicked: For Good (dok. Universal Pictures/Wicked: For Good)

Sementara cerita yang lebih gelap bikin Wicked: For Good terasa lebih matang, film ini rupanya tak lepas dari satu kelemahan besar yang sulit diabaikan. Salah satu yang penulis juga sepakati dari kebanyakan kritikus adalah bagaimana adegan musikalnya terasa kurang menggigit dibandingkan film pertama. Alhasil, beberapa momen yang seharusnya jadi kekuatan utama justru kehilangan daya pikatnya dan berakhir datar saja.

Lagu orisinal, seperti “The Girl in the Bubble,” memang mencoba menawarkan teknik sinematografi mirror shot yang menarik. Namun, beberapa nomor lainnya justru terdengar mirip satu sama lain akibat pengadeganan generik (baca: terlalu bergantung pada CGI) kalau gak mau dibilang membosankan. Kondisi ini jauh jika disejajarkan dengan intensitas yang pernah ditorehkan Jon M. Chu (Crazy Rich Asians), sebagai sutradara, lewat “Defying Gravity” atau “Popular" di film pertama.

Meski begitu, Wicked: For Good masih punya visual dan desain produksi solid yang mampu merepresentasikan kemegahan dunia Oz. Momen puncak Elphaba dan Glinda di “For Good” juga jadi pengecualian manis di tengah inkonsistensi musikal sepanjang film. Namun, tentu saja, satu momen gemilang gak cukup menutupi fakta bahwa secara keseluruhan, eksekusi musikalnya masih kalah dari pesona magical yang dimiliki Wicked (2024).

4. Akting para aktor sukses tambal kekurangan, Ariana wajib masuk Oscar lagi!

adegan dalam film Wicked: For Good
adegan dalam film Wicked: For Good (dok. Universal Pictures/Wicked: For Good)

Di balik perubahan positif dan kekurangannya, satu hal yang tetap konsisten mengangkat Wicked: For Good adalah akting para pemainnya. Marissa Bode dan Ethan Slater (Boq), yang di film pertama cenderung sebatas peran pendukung pemanis, tampil lebih menonjol. Keduanya sukses padukan getir, kemarahan, dan ketegangan dalam salah satu adegan paling krusial di For Good.

Sebagai Elphaba, Cynthia Erivo pun kembali menunjukkan kelasnya. Ada momen ketika tatapannya saja sudah cukup menjelaskan badai batin yang dialami sang Wicked Witch of the West. Begitu aktris asal Inggris ini membuka suara, terutama dalam nomor monumental, seperti “No Good Deed,” film ini serasa menemukan momentumnya kembali.

Namun, jika ada satu nama yang benar-benar mencuri sorotan, Ariana Grande-lah orangnya. Di satu titik, pelantun "twilight zone" ini bisa tampil menyebalkan, lucu, dan heartbreaking sekaligus. Banyak kritikus menyebutnya sebagai performa award-worthy, dan memang, sulit untuk gak setuju melihat Grande kembali dinominasikan dalam kategori Best Supporting Actress di Oscar 2026!

Wicked: For Good memang belum mampu menyamai gemerlap pendahulunya. Namun, kompleksitas cerita, world-building yang makin gelap, serta penampilan akting yang ciamik tetap berhasil menyuguhkan roller-coaster emosi yang sayang untuk dilewatkan. Gak perlu bingung lagi, yuk, tonton sendiri di bioskop kesayanganmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Hype

See More

RADWIMPS Merilis Dear Jubilee, Album Tribute untuk Ultah ke-20

21 Nov 2025, 11:39 WIBHype