Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Senjata Kimia yang Punya Dampak Paling Mematikan di Dunia

dw.com
dw.com

Senjata kimia merupakan senjata yang memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Tahun 1925 Protokol Jenewa sudah menuntut larangan penggunaan senjata kimia. Adanya larangan tersebut karena senjata kimia dapat menyebabkan efek psikologis dan fisik yang sangat parah.

Penggunan senjata kimia diperkenalkan pada saat Perang Dunia I. Senjata kimia digunakan karena mereka sangat efektif untuk membunuh musuh. Tetapi dampak yang diakibatkan oleh senjata kimia dibilang sangat mengerikan. Jutaan orang bisa meninggal karena racun yang ditimbulkan. Oleh karena itu tahun 1945 protokol Jenewa melarang penggunaan senjata kimia sampai saat ini.

Berikut adalah 5 senjata kimia paling mematikan di dunia seperti yang dilansir oleh nationalinterest.org:

1. VX

Masih ingat dengan kasus pembunuhan Kim Jong Nam yang dibunuh memakai racun jenis VX. VX merupakan senjata kimia nomor satu paling mematikan di dunia. 

VX termasuk dalam senyawa organofosfor dan diklasifikasikan sebagai agen saraf karena mempengaruhi transmisi impuls saraf pada sistem saraf. VX tidak berbau dan tidak berasa dalam bentuknya yang murni, dan tampak seperti cairan berminyak kecoklatan.

VX dikembangkan di Inggris pada awal 1950-an, VX sangat manjur karena agen persisten. Setelah dilepaskan ke atmosfer, lambat laun menguap. Di bawah kondisi cuaca biasa, VX dapat bertahan berhari-hari di permukaan, sementara bisa bertahan selama berbulan-bulan dalam kondisi sangat dingin. Uap VX lebih berat dari pada udara, yang berarti saat dilepaskan,  ia akan tenggelam ke daerah dataran rendah dan menimbulkan bahaya  yang lebih besar di sana. Karakteristik semacam itu membuat VX berpotensi sebagai senjata kimia.

VX juga merupakan agen yang bertindak cepat. Gejala terkena VX bisa muncul hanya beberapa detik setelah terpapar. VX dapat megakibatkan penyempitan pupil mata, air liur keluar dari mulut, dan sesak nafas di dada. Seperti halnya agen saraf lainnya, VX bekerja dengan mempengaruhi enzim (asetilkolinesterase) yang bertindak sebagai 'saklar' tubuh untuk kelenjar dan otot. Dengan enzim yang diblokir pada tubuh seseorang, molekul dari VX terus merangsang otot dan mengakibatkan kejang otot. VX juga dapat mempengaruhi pernafasan dan mengakibatkan gagal jantung. Sangat kecil kemungkinan selamat dari racun VX.

2. Sarin

Masih ingat kasus pemboman pemerintah suriah ke warga sipil pada bulan april 2017. Kasus pemboman melibatkan senyawa paling berbahaya nomor dua yaitu gas sarin.

Sarin (juga dikenal sebagai GB) adalah agen saraf volatil tapi beracun. Tetesan tunggal seukuran kepala jarum sudah cukup untuk membunuh manusia dewasa dengan cepat. Sarin adalah cairan tak berwarna dan tidak berbau pada suhu kamar, namun menguap dengan cepat saat dipanaskan. Setelah dilepaskan, sarin akan menyebar ke lingkungan dengan cepat dan menghadirkan ancaman langsung namun singkat. Mirip dengan VX, "gejala termasuk sakit kepala, air liur dan sekresi air mata, diikuti dengan kelumpuhan otot secara bertahap" dan kemungkinan kematian.

Sarin dikembangkan pada tahun 1938 di Jerman saat para ilmuwan meneliti pestisida. Shinrikyo menggunakannya dalam serangan tahun 1995 di kereta bawah tanah Tokyo. Sementara serangan tersebut menyebabkan kepanikan massal, yang terbunuh hanya 13 orang karena zat tersebut terdispersi dalam bentuk cair. Untuk memaksimalkan korban, tidak hanya sarin saja yang menjadi gas, tapi partikelnya sangat kecil sehingga mudah diserap melalui lapisan paru-paru, namun cukup berat sehingga tidak dihembuskan keluar. Sarin tidak mudah digunakan untuk membuat senjata.

Kualitas agen juga penting. Sarin dan VX sangat rentan terhadap degradasi, terutama jika tidak murni. Sarin Irak misalnya, memiliki umur simpan sekitar satu sampai dua tahun. Sementara produk yang terdegradasi masih beracun, namun tidak bisa dijadikan senjata. Meskipun persediaan CW Suriah semakin tua dan agen-agennya cenderung memburuk secara signifikan, sarin yang digunakan dalam serangan di pinggiran kota Ghouta pada tanggal 21 Agustus 2013 lebih tinggi dari pada yang digunakan pada serangan Tokyo tahun 1995 atau di Halabja. Tapi masih jauh dari sarin yang diproduksi oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet.

3. Gas Mustard

Gas Mustard juga dikenal sebagai mustard belerang. Gas Mustard memiliki bau seperti bau bawang busuk. Mustard termasuk kelompok agen yang melepuhkan, yang bekerja dengan menargetkan mata, saluran pernapasan dan kulit. Pertama, terjadi iritasi terlebih dahulu dan kemudian sebagai racun menyebar ke sel tubuh. Gas Mustard sangat mematikan karena kerjanya yang lambat. Saat kulit terpapar, gas mustard pelan-pelan membakar kulit dan kemudian menyebabkan jaringan tubuh rusak dan nyeri parah. Mata kemudian membengkak, merobek dan mungkin buta beberapa jam setelah terpapar, dan saat dihirup atau tertelan, korban akan mengalami bersin, suara serak, batuk darah, sakit perut dan muntah.

Tapi paparan gas mustard tidak selalu berakibat fatal. Ketika pertama kali digunakan di WW1, hanya membunuh 5 persen dari mereka yang terpapar. Gas mustard menjadi senjata kimia populer yang digunakan dalam perang dunia kedua, selama perang sipil di Yaman dan perang Iran-Irak.

Seiring efek fisiknya yang mengerikan, gas mustard sangat stabil secara kimia dan sangat gigih. Gasnya enam kali lebih berat dari pada udara dan bisa berada di dekat tanah selama beberapa jam. Hal ini membuatnya sangat berguna untuk mengisi dan mencemari sarang musuh. Ini tetap beracun untuk satu atau dua hari dalam kondisi cuaca rata-rata dan dari minggu ke bulan dalam kondisi sangat dingin. Terlebih lagi, persistensi dapat ditingkatkan dengan "menebalkan" agen: melarutkannya dalam pelarut non volatil. Ini menimbulkan masalah yang signifikan untuk perlindungan, dekontaminasi dan pengobatan.

Mustard relatif mudah diproduksi, dengan prekursor awal yang tersedia. Ini juga mempertahankan kualitasnya untuk waktu yang lama. Misalnya, amunisi Jerman yang digunakan dalam perang dunia masih digali secara berkala di Belgia dan agennya hampir tidak terdegradasi.

Gas mustard memaksa pasukan musuh untuk memakai alat pelindung penuh sehingga menurunkan efisiensi. Tapi alat pelindung tidak selalu bekerja. Masker gas misalnya, seringkali tidak cukup. Selama perang Iran-Irak, gas mustard meresap melalui topeng saat janggut muda pasukan Iran tumbuh sehingga memecahkan segel topeng. Gas mustard juga mudah menembus melalui pakaian, sepatu atau bahan lainnya.

4. Phosgene

Sampai hari ini, fosgen dianggap salah satu senjata kimia paling berbahaya yang ada. Fosgen pertama kali digunakan dalam kombinasi dengan gas klorin pada tanggal 19 Desember 1915 ketika Jerman menjatuhkan 88 ton gas pada tentara Inggris. Hal ini menyebabkan 120 kematian dan 1.069 korban jiwa. Selama Perang Dunia I fosgen menyumbang 80 persen dari semua korban meninggal akibat senjata kimia. Meski tidak sekuat sarin atau VX,  fosgen jauh lebih mudah dibuat dan lebih mudah diakses semua orang.

Phosgene adalah bahan kimia industri yang digunakan dalam fabrikasi plastik dan pestisida. Fosgen dibuat dengan cara mengekspos senyawa hidrokarbon terklorinasi ke suhu tinggi. Dengan kata lain, bisa dilakukan di rumah dengan cara mengekspos kloroform ke sinar UV selama beberapa hari.

Phosgene adalah agen dengan menyerang jaringan paru-paru. Gejala awal kemungkinan batuk, sesak di dada, mual, dan sesekali muntah terjadi beberapa menit setelah terpapar. Dampaknya mungkin tampak cepat tapi sebenarnya korban yang terus menghirupnya akan terkena dampak yang lebih jelas. Efek tertunda bisa terjadi hingga 48 jam setelah terpapar.

Pada suhu kamar dan tekanan, fosgen adalah gas yang hampir tidak berwarna dan berbau seperti rumput yang baru dipotong dalam konsentrasi rendah. Fosgen tidak mudah terbakar dan menguap saat dipanaskan di atas delapan derajat, yang membuatnya mudah menguap. Tapi kepadatan uapnya lebih dari tiga kali lipat dari udara, yang berarti akan tertinggal di daerah dataran rendah termasuk daerah parit.

5. Chlorine

OPCW (Organisasi Anti Senjata Kimia) menyatakan bahwa agen iritasi paru-paru seperti klorin, telah digunakan secara sistematis ke dalam sejumlah serangan di Suriah setelah Assad berjanji untuk melepaskan senjata kimianya. Hal ini menyebabkan keraguan tentang nilai kesepakatan AS.-Rusia mengenai penghapusan senjata kimia di Suriah.

Klorin adalah bahan kimia industri yang banyak tersedia untuk keperluan mausia seperti bahan pemutih kertas dan kain, bahan dalam pembuatan pestisida dan karet, sebagai pelarut dan membunuh bakteri dalam air minum serta kolam renang. Klorin adalah contoh sempurna dari bahan kimia dengan penggunaan ganda yang sangat bermasalah. Meski memiliki sifat ganda manfaatnya, namun penggunaan klorin sebagai senjata kimia masih dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia (Chemical Weapons Convention/CWC).

Gas klorin berwarna kuning-hijau dan memiliki bau kuat mirip pemutih. Seperti phosgene, klorin adalah agen yang menghalangi sistem pernapasan dan mengakibatkan kerusakan jaringan di tubuh. Dengan mudah dapat bertekanan dan didinginkan ke keadaan cair sehingga bisa dikirim dan disimpan. Klorin menyebar dengan cepat dan tetap dekat ke tanah karena lebih berat dari pada udara. Meski kurang mematikan dibanding zat kimia lainnya, klorin berbahaya karena mudah diproduksi dan disamarkan.

Sumber:

http://nationalinterest.org/feature/the-five-most-deadly-chemical-weapons-war-10897?page=show

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Ahmad Edi Darmawan
EditorAhmad Edi Darmawan
Follow Us