Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jadi Hiburan Seru, 7 Hal ‘Unik’ dari Radio Jadul Ini yang Bikin Rindu

Cefonline.com
Cefonline.com

Berbeda dengan generasi zaman now yang hanya mendapat hiburan dari smartphone dengan segala kecanggihannya, generasi zaman old mendapat hiburan dari berbagai sudut. Bisa dengan permainan luar rumah, berkumpul di gubuk tengah sawah, atau hanya dengan duduk-duduk santai di atas pohon besar sambil melihat temannya main petak umpet. Dari semua hiburan tersebut, ada satu lagi hiburan yang cukup membuat generasi masa lalu merasa bahagia, yaitu ‘mendengarkan radio’.

Ini serius lho, hanya dengan mendengarkan radio, generasi jadul bisa merasakan keseruan tak terlupakan. Jangan salah, meski hanya mendengarkan radio, ada beberapa hal unik yang tidak bisa didapatkan oleh generasi masa kini. Ada 7 hal berikut ini yang bisa membuat acara ‘mendengarkan radio’ menjadi lebih berkesan dan bikin seru.

1. Rajin dengerin sandiwara radio

Unicefusa.org
Unicefusa.org

Jauh sebelum film kolosal menghiasi layar lebar dan televisi, generasi zaman dulu sudah terlebih dahulu tahu jalan cerita tentang beberapa judul kisah kolosal seperti: Brama Kumbara, Tutur Tinular, Misteri Gunung Merapi, dan lainnya. Malam hari sebelum tidur, biasanya anak-anak dan remaja berkumpul di salah satu rumah dan sama-sama mendengarkan kisah sandiwara radio yang menegangkan.

Suara pedang yang beradu, suara ‘hait-cia’ para pendekar, dan suara kaki kuda yang berlari menjadi beberapa hal yang sangat dirindukan hingga sekarang. Asli, bikin kangen banget deh suasananya!

2. Ngebayangin wajah para penyiar yang suaranya merdu

Buahbibir.news
Buahbibir.news

Sudah pasti, seorang penyiar memang akan memiliki suara merdu yang terdengar indah dan mengagumkan. Selain memiliki kemampuan ‘cuap-cuap’ yang mumpuni, para penyiar pun biasanya mampu menghidupkan sebuah acara dengan suaranya yang memiliki ciri khas antara suara penyiar yang satu dengan yang lainnya.

Sekali-kali generasi pada saat itu biasanya akan membayangkan kecantikan atau kegantengan para penyiar yang mereka dengarkan nyaris setiap malam menjelang tidur. Dalam pikiran mereka, suara merdu selalu berbanding lurus dengan wajah yang rupawan.

3. Gak mau diam putar saluran dan antena radio

Youtube.com/Adie Riyanto
Youtube.com/Adie Riyanto

Suka kesal gak sih kalau siaran radio berbunyi ‘kresek, kresek’ ketika tidak pas menempatkan posisi saluran radio? Akibatnya, tangan tidak bisa diam karena harus memutar-mutar tombol mencari saluran yang tepat. Atau bisa juga dengan menggerak-gerakkan antena radio ke kiri ke kanan agar suara kresek-kresek bisa segera hilang dan berganti dengan suara penyiar yang merdu.

Yang unik, antena radio bisa ditarik dengan panjang yang ditentukan sendiri dan bisa dikembalikan ke posisi semula.

4. Dengerin qasidah 'Nasidaria' dan ceramah tiap pagi

Pexels.com/Breakingpic
Pexels.com/Breakingpic

Sesaat setelah orangtua pulang dari musholla selesai melaksanakan shalat Subuh, biasanya kuping anak-anak dan remaja akan disuguhi oleh lagu-lagu qasidah (dulu disebut ‘mawalan’) dari grup musik Nasida Ria, seperti: Suasana di Kota Santri, Jilbab Putih, Adikku Melanggar Hukum, dan sebagainya.

Dan ketika lagu-lagu qasidah usai, biasanya para penceramah radio akan mulai berbicara dengan suara lantang diiringi dengan gelak tawa para jamaahnya. Paling sering sih yang ceramah yaitu KH. Zainudin MZ dengan jargon khasnya: “Betulll??” (yang kini kerap ditirukan oleh pelawak Kiwil).

5. Galau kalau batu baterai habis

Mary-bs-mary.deviantart.com
Mary-bs-mary.deviantart.com

Ada sebagian model radio jadul yang memakai kabel colokan, namun tak sedikit juga yang menggunakan tenaga batu baterai. Semakin kecil tenaga baterai akibat sering digunakan, maka semakin kecil juga suara radio yang terdengar.

Karena suara radio semakin lama semakin samar, biasanya remaja generasi masa lalu akan merasa ‘galau’ karena tidak bisa mendengarkan siaran favorit, seperti sandiwara radio atau lagu-lagu kesayangan.

6. Rajin dengerin ocehan 'Mang Oneng'

Cefonline.com
Cefonline.com

Memang sih, tidak semua daerah bisa menerima siaran dari acara Mang Oneng. Namun, Mang Oneng merupakan sosok yang sangat diidolakan bagi generasi masa lalu, terutama orangtua. Mang Oneng biasanya hadir setiap sore setelah Ashar dengan menghadirkan kisah-kisah yang lucu dan unik. Memakai bahasa Sunda, Mang Oneng mampu melakukan dialog dengan beberapa tokoh berbeda.

Hebatnya, tokoh-tokoh berbeda itu semuanya disuarakan oleh Mang Oneng yang mampu mengubah suaranya, baik suara cowok atau suara cewek. Ikonik banget lho Mang Oneng ini di masanya.

7. Girang kalau kiriman atensi dibacakan penyiar

Pexels.com/Heissenstein
Pexels.com/Heissenstein

Ketika mendengarkan radio, generasi masa lalu biasanya akan mendengarkan suara penyiar yang membacakan kiriman atensi dari para penggemar. ‘Atensi’ ini biasanya berupa kertas kecil dari stasiun radio berisikan biodata dan request lagu. Jika sekarang request lagu di radio bisa melalui media sosial, maka dulu kertas ‘atensi’ menjadi barang mahal yang membahagiakan.

Ketika atensi yang dikirimkan dibaca oleh penyiar, generasi jadul biasanya akan girang bukan main ketika nama, alamat dan kata-kata bijaknya dibacakan dengan lantang oleh penyiar. Dan ketika esok harinya saat berada di sekolah, teman-teman satu kelas biasanya akan heboh ketika nama pengirim atensi disebut di radio. “Ih, hebat banget sih, nama kamu tadi malam ada di radio, ciye jadi artis sekarang,”

Jangankan radio jadul, ponsel canggih di masa sekarang terkadang membuat bosan dan tidak bisa menjadi penghibur yang cukup berarti dalam kehidupan. Padahal, setiap hal paling sederhana sekalipun bisa menjadi sesuatu yang cukup berharga dan berkesan jika hati merasa bahagia. Yuk, hargai setiap hal sehingga menjadi sesuatu yang berkesan dan menjadikan hidupmu menjadi lebih ‘berwarna’.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us