5 Perspektif Baru Yoo Me Ri soal Pernikahan di Would You Marry Me

- Pernikahan tidak bisa jadi tolok ukur kesuksesan perempuan
- Rumah tangga yang terlihat baik, bukan berarti nol masalah
- Membangun hubungan itu butuh dua orang
Drama Korea Would You Marry Me menggambarkan pergulatan batin karakter-karakternya dalam memahami makna pernikahan. Salah satu tokoh utamanya, Yoo Me Ri (Jung So Min), mengalami perubahan pandangan yang signifikan terhadap komitmen dan cinta setelah hubungannya kandas.
Berikut lima momen dalam drakor Would You Marry Me yang turut membentuk perspektif baru tentang pernikahan. Di dalamnya, perspektif baru ini terbentuk dari pengalaman lama, patah hati dengan seseorang, dan kisah rumit yang tidak bisa ditoleransi dengan kesempatan lagi.
1. Pernikahan tidak bisa jadi tolok ukur kesuksesan perempuan

Yoo Me Ri terdesak oleh usia yang mulai beranjak kepala tiga. Ini membuat ibunya dan orang sekitar mengharapkan ia untuk menikah tanpa berlama-lama pacaran. Meski niat mereka mungkin baik, tapi penyampaian dari orang lain juga menentukan pengaruhnya. Dalam kasus Me Ri, ia turut terbujuk.
Namun, jelang menikah, Kim Woo Ju (Seo Bum June) berselingkuh. Hal ini membuka pandangan baru buat Me Ri, bahwa pernikahan tidak bisa dilakukan hanya sekadar mempertimbangkan usia perempuan. Pernikahan juga perlu dilihat dari kesetaraan dan kecocokan pasangan.
2. Rumah tangga yang terlihat baik, bukan berarti nol masalah

Lewat drama ini, kita sebagai penonton juga ikut disadarkan bahwa dalam kehidupan pernikahan bukan hanya soal bahagia bersama. Rumah tangga juga mengajarkan dua orang untuk terus berkompromi dan memecah masalah keluarga bersama. Hal ini tidak ditemukan Yoo Me Ri dalam hubungannya.
Sejak masih pacaran, lebih banyak keputusan yang diserahkan ke Me Ri, dan Woo Ju bisa dibilang hanya terima beres. Ketika mereka berpisah, beberapa masalah justru hanya dibebankan pada Me Ri sendirian. Meski demikian, sehancur apa pun Me Ri dalam menghadapi konflik hubungan, ia tetap bersandiwara seolah hidupnya baik-baik saja.
3. Membangun hubungan itu butuh dua orang

Yoo Me Ri memang sudah lama menjalin hubungan, hingga akhirnya memutuskan untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Namun, masalah datang di luar kendalinya. Bila melihat pola hubungan Me Ri dan Woo Ju, sinyal toxic itu sebenarnya sudah sering diperlihatkan Woo Ju, tapi selalu dimaklumi.
Dari hubungan Me Ri dan Woo Ju, terlihat bahwa yang lebih berusaha membangun hubungan hanya Me Ri. Sedangkan, Woo Ju lebih santai dan tidak menghargai usahanya. Momen ini jadi gambaran kalau membangun hubungan perlu dua orang, tidak hanya salah satunya saja.
4. Pernikahan itu soal kerja sama, bukan cuma status sosial

Pernikahan dalam beberapa kasus hanya dilakukan demi status sosial. Jika pernikahan dijadikan alat untuk menaikkan status semata, bukan berdasarkan kesesuaian pribadi, maka risiko konflik rumah tangga dan ketidakbahagiaan bisa meningkat. Ini memicu keretakkan hingga kegagalan hubungan.
Padahal, pernikahan itu bukan sekadar status sosial, melainkan kerja sama seumur hidup dengan pasangan. Momen pernikahan yang dialami oleh Me Ri dan calon suaminya masih sebatas panggung dan alat untuk menjaga martabat keluarga, bukan hanya berdasarkan cinta pribadi saja.
5. Komunikasi baik dan secure adalah fondasi utama dalam pernikahan yang sehat

Tanpa komunikasi yang sehat, hubungan suami istri mudah diterpa konflik, salah paham, dan parahnya bisa berujung pada renggangnya hubungan. Komunikasi yang baik dan secure jadi dua hal yang absen dalam hubungan Me Ri dan Woo Ju, hingga pada akhirnya mereka mendadak berpisah.
Pasangan seharusnya bisa saling jujur soal perasaan, harapan, dan masalah tanpa takut disalahkan atau dihakimi. Namun, hal itu justru tidak dialami Me Ri. Ia justru menjadi satu-satunya yang disalahkan ketika ada masalah dan akhirnya tidak pernah ada solusi karena mereka lebih sering berdebat saat bertemu.
Would You Marry Me berhasil mengajak penonton merenungkan kembali apa arti pernikahan sebenarnya. Melalui perjalanan Yoo Me Ri, kita belajar bahwa pandangan tentang pernikahan bisa berkembang, karena pengalaman, pemahaman, dan penerimaan diri.