7 Alasan Gang Hun Menggugat “Tuhan” Terasa Masuk Akal di Pro Bono

- Gang Hun tidak menggugat sosok Tuhan, melainkan simbol kekuasaan absolut yang tak bisa disentuh
- Keputusan RS Woongsan menolak aborsi tanpa mempertimbangkan masa depan ibu dan anaknya
- Gang Hun hidup bukan karena dunia siap merawatnya, tapi dengan dalih "hidup harus dihormati"
Di episode 3–4 Pro Bono, keputusan Gang Hun untuk menggugat “Tuhan” terdengar ekstrem. Namun semakin dalam kasusnya dibuka, semakin jelas bahwa gugatan itu bukan soal iman, melainkan kemarahan Gang Hun akan nasibnya yang menderita atas kehidupannya.
Pada akhirnya, yang benar-benar digugat adalah RS Woongsan, institusi yang mengambil keputusan atas nama nilai, tapi menolak bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Menarik diulas, inilah tujuh alasan Gang Hun menggugat "Tuhan" terasa masuk akal di Pro Bono.
1. Gang Hun tidak benar-benar menggugat sosok Tuhan. Ia menggugat sesuatu yang terasa absolut, tak bisa dibantah, dan selalu menang

2. "Tuhan" adalah simbol dari kekuasaan yang tak bisa disentuh. Seperti sistem yang mengatasnamakan moral dan agama

3. Karena sistem itu, permintaan aborsi ibunya ditolak. Keputusan itu diambil tanpa mempertimbangkan masa depan ibu dan anaknya

4. RS yang menolak aborsi tidak hadir di kehidupan Gang Hun setelah ia lahir. Tidak ada dukungan berkelanjutan, perlindungan, atau tanggung jawab sosial

5. Gang Hun akhirnya hidup bukan karena dunia siap merawatnya, tapi dengan dalih "hidup harus dihormati". Keberadaannya dipakai sebagai argumen

6. Seperti Gang Hun, kalau hidupmu dijadikan pembenaran moral, maka masuk akal kalau kamu menggugat moral itu sendiri

7. Gang Hun sendiri tidak ingin pernah lahir atas sendirinya, namun ia akhirnya menderita, dan hidup terasa sia-sia

Pro Bono menunjukkan bahwa gugatan Gang Hun adalah kritik terhadap institusi yang berlindung di baliknya. Ketika keputusan atas hidup seseorang diambil atas nama Tuhan, tapi tanggung jawab manusia dihilangkan, maka menggugat “Tuhan” justru menjadi cara paling jujur untuk menunjuk siapa yang sebenarnya berkuasa.


















