4 Akar Trauma Jo Eun Su yang Memicu Pembunuhan di As You Stood By

Akar trauma Eun Su bermula dari rumah masa kecilnya, tempat ia menyaksikan ibunya menjadi korban kekerasan brutal dan berulang dari ayahnya. Ia tumbuh sebagai saksi yang tidak berdaya, ia hanya mampu bersembunyi tanpa bisa menolong. Perasaan takut, tidak mampu, dan bersalah itu akhirnya menumpuk di dalam dirinya selama bertahun-tahun hingga dewasa. Semua emosi itu membuatnya selalu merasa terlambat melindungi orang yang ia sayangi.

Karena hal itu, saat ia melihat sahabatnya, Hui Su, mengalami kekerasan, Eun Su menolak untuk diam lagi. Ia tidak ingin mengulang penyesalan yang sama seperti masa kecilnya. Keinginannya untuk menghentikan siklus kekerasan itu membuatnya mengambil keputusan ekstrem. Dorongan inilah yang akhirnya menuntunnya pada rencana pembunuhan Noh Jin Pyo, suami Hui Su.

Ketika Hui Su muncul dengan memar dan luka yang sama seperti ibunya dulu, luka batin Eun Su langsung terbuka kembali. Ia merasa seolah masa lalunya kembali menghantamnya tanpa bisa ia hindari. Secara emosional, Eun Su tidak hanya melihat Hui Su sebagai sahabat yang sedang tersakiti, tetapi juga sebagai bayangan ibunya di masa lalu. Hal itu membuat dorongan untuk ikut campur dalam masalah Hui Su menjadi sangat kuat.

Kekerasan yang dialami Hui Su memicu kembali rasa putus asanya yang dulu pernah ia rasakan sebagai seorang anak. Ia kembali merasakan kegagalan yang sama, seolah dirinya kembali tidak mampu menyelamatkan orang yang ia sayangi. Perasaan itu akhirnya tumbuh menjadi tekanan yang menyesakkan dan mengaburkan pikirannya. Akhirnya, karena tidak tahan melihat sahabatnya menderita, ia mengajak Hui Su untuk melakukan tindakan ekstrem untuk menebus hal yang dulu tidak pernah berhasil ia lakukan, yaitu membantu korban kekerasan untuk bebas.

Titik balik emosional Eun Su terjadi saat ia menyaksikan seorang pelanggan VIP di tokonya yang menjadi korban KDRT. Perempuan itu akhirnya memilih mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke mobil suaminya yang melintas. Tragedi tersebut membuat Eun Su merasa ngeri karena ia takut Hui Su akan melakukan hal yang sama. Ia tidak mau sikap diamnya itu membuatnya gagal melindungi Hui Su, sama seperti ia gagal melindungi pelanggannya yang mengalami hal serupa.

Rasa bersalah itu akhirnya berubah menjadi dorongan yang sangat kuat. Ia merasa tidak bisa lagi diam atau menunda. Eun Su yakin bahwa jika ia tidak bertindak, Hui Su bisa mengalami nasib yang sama. Dari situ, ia merasa bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan sahabatnya adalah menghentikan pelaku, meski harus melakukannya dengan cara paling ekstrem, yaitu dengan membunuhnya.

Pengalaman masa kecil Eun Su membuatnya merasa tidak pernah memiliki ruang aman, baik di rumah yang penuh kekerasan maupun dari orang-orang di luar. Rasa terancam yang terus-menerus ini akhirnya membentuk mekanisme koping ekstrem dalam dirinya. Ia belajar bahwa satu-satunya cara bertahan adalah dengan mengendalikan segala sesuatu secara obsesif. Karena itu, Eun Su tumbuh menjadi perempuan yang sangat teratur, analitis, dan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya.

Ketika keselamatan Hui Su berada dalam bahaya, Eun Su tidak lagi percaya bahwa sistem atau orang lain mampu melindungi mereka. Ia meyakini bahwa ancaman itu hanya bisa dihilangkan dengan cara yang permanen. Rencana pembunuhan yang ia susun bukan hasil ledakan emosinya, tetapi keputusannya yang lahir dari pola kopingnya selama ini. Bagi Eun Su, tindakan itu adalah cara terakhir untuk menghentikan kekacauan dan menciptakan rasa aman yang selama ini tidak pernah ia miliki.

Karakter Jo Eun Su menunjukkan dengan jelas bahwa trauma yang tidak pernah sembuh bisa berubah menjadi keputusan yang sangat bahaya. Tindakannya adalah tanda putus asa dari orang yang selalu melihat korban kekerasan dan selalu diam, hingga akhirnya memilih cara paling ekstrem untuk mengakhiri kekerasan itu. 

Di balik tindakan kelamnya, ada hati yang terlalu lama menanggung ketakutan tanpa pernah diberi ruang aman untuk pulih. Jo Eun Su menjadi pengingat bahwa luka yang dibiarkan, tidak akan pernah hilang dan bahkan dapat mendorong siapa pun berada pada jalan berbahaya yang tak pernah ia inginkan.