5 Dampak Krisis Ekonomi yang Digambarkan di Typhoon Family, Depresi?

- Banyak pabrik lokal bangkrut, termasuk bank yang memberikan pinjaman nasabah
- Banyak kehilangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran
- Meningkatnya angka kemiskinan dan menurunnya daya beli masyarakat
Drakor Typhoon Family (2025) digambarkan tentang seorang pemula bisnis, Kang Tae Poong (Lee Jun Ho), yang ingin mempertahankan nama perusahaan yang telah dibangun ayahnya dengan susah payah. Sayangnya, perusahaan mereka harus bangkit dan bersaing di tengah gempuran krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997. Krisis ini membuat Typhoon Trading harus kehilangan aset dan seluruh karyawannya setelah dinyatakan bangkrut.
Namun, Kang Tae Poong seakan berusaha membuktikan mimpinya untuk terus mempertahankan bisnis ayahnya ini. Dalam prosesnya, Kang Tae Poong seakan menyadari jika dampak krisis ekonomi ini sangat luas dan membuat rakyat menderita. Lalu, apa saja dampak krisis ekonomi yang digambarkan di drakor Typhoon Family?
Peringatan, artikel ini mengandung spoiler.
1. Banyak pabrik lokal yang bangkrut

Salah satu yang paling menonjol mengenai krisis ekonomi ini adalah bangkrutnya pabrik-pabrik lokal yang dianggap sebagai raksasa industri di Korea Selatan. Kondisi ini digambarkan ketika Typhoon Trading menjual kain import asal Italia pada sebuah pabrik tekstil terkemuka, Daebang Textile. Dalam kasus ini, Daebang Textile dianggap gagal dalam membayar angsuran dan bank. Pada akhirnya, dia juga mengalami kebangkrutan dan menghentikan seluruh produksi mereka.
Kondisi ini juga dialami oleh bank-bank yang memberikan pinjaman nasabah. Banyak nasabah yang gagal membayar hutang mereka sehingga membuat bank harus kehilangan banyak modal operasional. Pada akhirnya, mereka juga menghentikan operasional mereka dan merumahkan seluruh karyawannya.
2. Banyak kehilangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran

Setelah pabrik dan kantor tutup, jelas para pengusaha harus mengencangkan ikat pinggang dan meminimalisir anggaran operasional mereka. Hal ini dilakukan agar usaha mereka bisa terus berjalan sekalipun krisis ekonomi sedang melanda seluruh Asia. Sayangnya, kondisi ini juga berdampak pada pekerja yang dirumahkan.
Lowongan kerja semakin sedikit dan angka pengangguran naik drastis karena banyaknya pemutusan hubungan kerja. Pada akhirnya, para pekerja harus memutar otak untuk menghidupi keluarganya dengan berbagai cara.
3. Meningkatnya angka kemiskinan

Setiap negeri pasti punya sisi gelapnya tersendiri. Sayangnya, setelah krisis ekonomi melanda, banyak orang kehilangan rumah dan seluruh harta bendanya karena bisnis yang gagal maupun kehilangan pekerjaannya. Hal ini ditunjukkan secara langsung pada kehidupan Kang Tae Poong setelah ayahnya meninggal dunia.
Kang Tae Poong dan ibunya harus kehilangan seluruh harta benda bahkan rumahnya karena jadi jaminan untuk bisnis ayahnya. Dalam semalam, Kang Tae Poong harus jadi tunawisma dan menetap sementara di ruang kantor ayahnya. Jika sosok semampu keluarga Tae Poong saja bisa kehilangan harta dalam sekejap, pasti banyak masyarakat yang juga bernasib sama bahkan lebih parah lagi.
4. Menurunnya daya beli masyarakat

Daya beli masyarakat menunjukkan secara langsung potensi ekonomi negara, lho. Ketika angka pengangguran naik, masyarakat juga mulai mengencangkan ikat pinggang dan berusaha membeli keperluan pokok mereka saja. Hal ini sangat digambarkan ketika Kang Tae Poong harus mencari pasar untuk menjual helm kokoh.
Saat itu, Kang Tae Poong hanya berpikiran untuk menjual helm tersebut ke luar negeri karena dianggap mereka lebih dulu bangkit dalam keterpurukan ekonomi. Selama ini, Kang Tae Poong juga menargetkan pasar luar negeri untuk penjualan barang mereka, lho.
5. Banyak orang putus asa dan mengalami depresi

Kehilangan pekerjaan bisa mengakibatkan banyak hal hingga tekanan mental. Hal ini digambarkan langsung dengan sosok konsultan jasa dan bisnis pemerintah di Typhoon Trading, Koo Myung Gwan (Kim Song Il). Dia menganggap jika dirinya merupakan orang yang gagal bagi keluarga serta temannya.
Pada akhirnya, Koo Myung Gwan terjerumus ke sebuah aliran sesat yang mengatas namakan nabi dan harapan besar. Kondisi ini jelas sangat miris untuk dialami sosok hebat sepertinya. Untungnya, Kang Tae Poong berusaha mencari orang kepercayaan ayahnya tersebut untuk membantunya mengelola perusahaan lagi.
Dampak krisis ekonomi ini gak hanya mengakibatkan sebuah negara bisa bangkrut dalam sekejap. Namun, setiap individu juga bisa merasakan kehancuran yang sangat kejam dalam hidupnya. mereka kehilangan harapan pada negara hingga putus asa. Menurutmu, apakah kondisi ini bisa dihindari di dunia nyata?


















